Sejarah Cheng Beng

Diceritakan pada zaman Dinasti Ming ada seorang anak bernama Cu Guan Ciong (Zhu Yuan Zhang, pendiri Dinasti Ming) yang berasal dari sebuah keluarga yang sangat miskin. Dalam membesarkan dan mendidik Cu Guan Ciong, orangtuanya meminta bantuan kepada sebuah kuil.

Semakin dewasa, karma Cu Guan Ciong semakin baik. Sehingga ketika dewasa, Beliau menjadi seorang kaisar. Setelah menjadi kaisar, Cu Guan Ciong kembali ke desa untuk menjumpai orangtuanya. Sesampainya di desa ternyata orangtuanya telah meninggal dunia dan tidak diketahui keberadaan makamnya.

Kemudian untuk mengetahui keberadaan makam orangtuanya, sebagai seorang kaisar, Cu Guan Ciong memberi titah kepada seluruh rakyatnya untuk melakukan ziarah dan membersihkan makam leluhur mereka masing-masing pada hari yang telah ditentukan (5 April). Selain itu, diperintahkan juga untuk memberikan tanda kertas kuning di atas makam-makam tersebut.

Setelah semua rakyat selesai berziarah, kaisar memeriksa makam-makam yang ada di desa dan menemukan makam-makam yang belum dibersihkan serta tidak diberi tanda. Kemudian kaisar menziarahi makam-makam tersebut dengan berasumsi di antara makam-makam tersebut pastilah merupakan makam orangtua, sanak keluarga, dan leluhurnya. Hal ini kemudian dijadikan tradisi setiap tahunnya.

Bakti kepada orang tua adalah dasar dari segala perbuatan. Yang paling utama adalah bakti saat orang tua masih hidup yaitu dengan berusaha membalas jerih payah mereka yang membesarkan kita. Saat orangtua telah meninggal dunia, kita mengenang dan mengingat kembali budi-budi mereka dan sekuat tenaga membalasnya. (int)

()

Baca Juga

Rekomendasi