HARI PENGHABISAN
T.Sandi Situmorang
Penghabisan hari penuh hujan
kita tersesat di antara orang-orang
mereka mengeluh kedinginan
ada yang berteriak gembira
di ujung sekali, ada perempuan mengusap wajah anaknya
:anak itu berkata lirih, ia sangat lapar
hujan tak henti-henti
sedang langit semakin pekat
satu-satu menerobos hujan
ada yang merutuk
ada yang memekik
perempuan dan anaknya itu pergi sembari memeluk perut
kita tetap di sini
membaca-baca langit
meraba-raba angin
inikah hari penghabisan bagi kita
Binjai, 28 Oktober 2016
KOTA BADUT
T.Sandi Situmorang
Kota ini makin lucu, Sayang
tetaplah di situ
besarkan anak-anak kita bersama empasan Danau Toba
jangan biarkan anak-anak kita besar di sini
:telah lama kota ini hanya berisi patung dan badut
JATI
T.Sandi Situmorang
Langkah kecilmu telah hilang
tersisa baumu di sini
juga bertumpuk kenangan yang kusimpan
hari-hari bergerak terasa lebih lambat
rindu ini terkadang gagal kupanggul
kehilangan memang selalu perih
:cinta akan kekalkanmu dalam hati
KEPULANGAN KEDUA
T.Sandi Situmorang
Tetap ada luka
walau ini bukan pertama
semestinya kita telah belajar
tetapi entahlah, cinta teramat sukar dipahami
atau barangkali karena kita sadari
pada kepulangan kedua ini
tak akan pernah ada lagi kepulangan selanjutnya
ini pulang yang paling abadi
SAJAK PAHLAWAN #1
Abd. Rahman M.
Tertulis dalam sejarah ini negeri, negeri patriot
siapa tak kenal kerasnya Teuku Umar
gigihnya Pangeran Diponegoro
tabahnya Tuanku Imam Bonjol
Sisingamangaraja nan gagah berani
hingga di timur berdiri kokoh
semangat pantang menyerah Pattimura
Prapat Janji, 2016
SAJAK PAHLAWAN #2
Abd. Rahman M.
Ketika pahlawan-pahlawan terdahulu gugur adakah kita masih ingat tentang perjuangan berjuang menahan segala amarah amarah sang pecinta pemecah belah anak negeri
Prapat Janji, 2016
SAJAK PAHLAWAN #3
Abd. Rahman M.
Konon di punggung mereka ada mimpi
melihat tanah pertiwi berseri-seri
andai kata ini negeri bercerai-berai
maka tumpahlah segala tangis paling seluruh
Prapat Janji, 2016
SAJAK PAHLAWAN #4
Abd. Rahman M.
Kutulis sajak tentang pahlawan nan patriotik mengenang semangat yang paling sangat adakah darah mereka terlalu mudah diusap ataukah kita yang terlanjur mahir mengenang segala pedihnya penindasan
Prapat Janji, 2016
JIWA MUDAMU
Amrin Tambuse
Di atas bumi Indonesia
jiwa mudamu terus membara
mengobarkan semangat muda tiada tara
kepalan tanganmu yang kencang
teriakanmu nan lantang
menembus cakrawala
Babalan, Oktober 2016
DI BARISAN PALING DEPAN
Amrin Tambuse
Pemuda,
di barisan paling depan, engkau berdiri tegap
menghadang ribuan musuh yang datang menyergap
tak gentar, sebab sayap-sayapmu begitu kokoh dan kuat
Babalan, Oktober 2016
DUHAI PEMUDA
Amrin Tambuse
Duhai pemuda pemudi di tanganmu segala adab, budaya dan adat istiadat digenggam agar kelak engkau menjadi generasi yang gemilang
teruslah berjuang, pemudaku raihlah masa depan, demi tanah air tercinta
Indonesia
Babalan, Oktober 2016
DI PUNDAKMU
Amrin Tambuse
Wahai pemuda di pundakmu bertahta segala asa dan cita
yang harus segera diwujudkan
demi kemajuan Indonesia Raya
Babalan, Oktober 2016
LANGIT MENDUNG
A. Magdalena Simarmata
Berselimut resah kubasuh wajah peluh
jam dinding pemberianmu
detaknya semakin lama makin lemah
di samping jendela terlihat langit mendung sebimbang inikah dahiku
menanti luka mengering menunggu langit terang
SSSK, Senja Oktober 2016
SENANDUNG SEPI
A. Magdalena Simarmata
Desah rerumputan dan angin berbisik lirih menjelma bait-bait puisi nan kasih
nadanya bernadi berirama riang
melesap dalam genggaman jemari
sebening kasih kutunggu engkau
berselimut malam temaram
SSSK, Senja Oktober 2016
MENYULAM SENJA
A. Magdalena Simarmata
Kucoba menyulam senja di kala petang merajai supaya kau menepikan segala cemburu barangkali akulah rindumu yang kau kubur bersama suara-suara iri
SSSK, Senja Oktober 2016
BUNGA MAWAR
A. Magdalena Simarmata
Kulihat jejak-jejak kakimu berserak ragu
kau adalah mawar putih yang mencoba merah padahal kilauanmu nan memukau seperti putihnya salju sebening benih embun kau bunga mawar yang mencoba menjauh
barangkali akulah salah pukau
SSSK, Senja Oktober 2016
BIARKAN GELAP MALAM
Ibing Hermawan Purnomo
Biarkan awan bermain dengan hitam
semilir angin membawa air pun biarkan biarkan semua bermain dengan malam menyempurnakan suram sunyi kesepian
apalah arti purnama rembulan
pun pijaran indah bintang-gemintang
bila perempuan tuaku telah pulang
tanpa sempat kuukir segurat senyuman
Padangsidimpuan, 30 Oktober 2016
OKTOBER
Ibing Hermawan Purnomo
Lidahku menyatakan sumpah
otak diam membisu
jeritan memekik dari dalam sukma
awan kian menghitam warnanya
mentari dan rembulan
menepi di sudut langit
hanya burung yang berani berkicau
dari sangkar jerami di bawah ranting rapuh "besok sudah November!"
lupakan, dan tidurlah
Padangsidimpuan, 28 Oktober 2016
BIARLAH I
Lea Willsen
Biarlah aku merasuk mimpimu
membaca isi hatimu
yang tak pernah sanggup kutafsir
pada sepasang mata sayumu
mata yang masih menyihirku
tak kuasa lari dari cinta ini
BIARLAH II
Lea Willsen
Biarlah aku berdongeng
tentang tangga sejuta suka
menuju istana langit
yang menjadi impian para eva
segalanya hanya imaji rapuh
aku hanya ingin kau tersenyum
HANYA DAN TAK LEBIH
Lea Willsen
Dunia dan kapal tanpa kemudi
mereka yang bersama tanpa rasa
kita yang jauh dan merindu
pun hanya memandangi matamu
mimik manja menyimpan jiwa tangguh
tak akan meminta lebih dari itu
MENYATU
Lea Willsen
Rintik hujan masih di luar sana
kulihat tawa riangmu dalam bebas
akankah esok tawa itu masih
menghias wajah indah menawanmu
andaikan kita menyatu
dalam kapal tanpa kemudi
Medio Agustus - akhir Oktober
DI TENGAH MALAM, AKU
MENABUR HARAP
Toba Sastrawan Manik
Inilah pengembaraan sesungguhnya
yang paling sadis dan mengerikan
lewat secangkir kopi aku menabur harapan di tengah malam aku memilih malam karena penantian kami yang sama malam adalah teman terbaik untuk berharap kelam, hitam, gelap, sepi, bungkam, sunyi tapi ia adalah api harapan dalam sekam
JALAN PILIHAN
Toba Sastrawan Manik
Aku telah memilih jalan ini
walau kutemukan saat senja akan tenggelam biarlah angin kan menertawakan digelap malam, aku akan mengumpulkan cahaya bintang disaat bayangku kan bersembunyi karena candra hantu kan kujadikan teman. karena, bumi kan berputar.
TERMINAL
Mirna Alfiani
Terik matahari siang ini begitu menyengat sudut kiri, pedagang asongan mengumpat sebab dagangannya tak kunjung laku.
kendaraan umum mondar-mandir di jalanan banyak asap berterbangan, pun orang-orang berlalulalang dengan tujuan. sedang aku sibuk mencari kenangan yang tak sengaja terbawa supir angkot.
FKIP UMSU
TERBAKAR HABIS
Mirna Alfiani
Kota ini padat oleh ribuan kaki
menapaki setiap liku jalanan
menebas segala peluh demi sebuah rumah yang berpenghuni oleh bidadari. dan jika semuanya sudah terbakar habis bersama kenangan
namun dalam bait-bait sajak ini, kau akan tetap abadi.
FKIP UMSU
HUJAN MENAKUTKAN
Mirna Alfiani
Tidak ada yang lebih menyenangkan
selain menatapmu dibalik jendela
aku tidak bohong!
kau turun seperti gadis kecil yang pemalu, menggemaskan.
sekarang kau berubah. bukan lagi gadis kecil yang menggemaskan itu.
melainkan seperti air pasang dan petir yang terlihat menakutkan dan misterius.
FKIP UMSU
PERCAKAPAN DI MEJA MAKAN
Mirna Alfian
Kau cantik, Ly.
dengan lipstick merah yang kau pakai, dan di meja makan ini juga segala kerumitan-kerumitan di dalamnya menyingkir. kini saatnya kita hangatkan kembali rindu yang sempat kau santap sendiri
kala lapar menyerangmu paksa.
FKIP UMSU