Mengapa Banyak Pohon yang Tumbang?

Oleh M. Anwar Siregar.

Sudah banyak cara untuk menjaga sistem ekologis bumi, salah satunya kampanye “go green earth”, atau kampanye “mari menanam pohon semilyar”, yang berperan menumbuhkan satu tunas pohon untuk masa depan bumi yang lebih baik dan berbagai program hijau yang kadang menimbulkan sebuah ironi yang tragis.

Program pembangunan lingkungan harus diorientasikan kepada upaya pelestarian taman hutan dan taman lingkungan hidup di perkotaan dan desa urban untuk mampu menunjang pembangunan, melalui gerakan penanaman pohon setiap tahun. Hasilnya cukup signifikan untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan pemanasan global.

Namun untuk perawatannya, berbanding terbalik. Banyaknya pohon dihancurkan, dibiarkan merana hingga pohon itu menjadi “berbicara” dengan menelan korban dan harta benda bagi manusia itu sendiri. Buktinya, lihatlah berita-berita di surat kabar.

Atau mungkin anda sudah mengalami seperti penulis alami yang nyaris bikin copot jantung ketika melintas di jalan terpanjang di Medan, Jalan Sisingamangaraja menuju Tanjung Morawa. Saat itu Medan di guyur hujan deras dan angin kencang. Pohon-pohon tanpa akar kuat nyaris menghantam kendaraan yang lewat.

Bagai Tubuh Manusia

Pohon seharusnya berfungsi sebagai pelindung dari panas, ternyata kini sebagai pembawa “maut”. Banyak pohon tumbang karena usia lanjut. Namun pohon juga seperti manusia, bisa tumbang karena semakin lemah karena di makan usia tua. Pohon yang ada dibeberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Medan, Makassar, Semarang, Bandung dan Bekasi telah meminta “upeti” korban, baik dalam bentuk harta berupa hancurnya sebuah mobil ketika lewat atau parkir, rumah terbakar karena korlesting listrik.

Bahkan ada yang tewas tertimpa pohon yang tumbang akibat hujan deras dan angin kencang. Setelah jatuh korban, baru menjadi pusat perhatian untuk perawatan. Itulah yang terjadi dan menjadi cerita tragis di tanah bencana seperti di kota-kota besar di Indonesia.

Pohon bisa tumbang karena banyak faktor. Pohon juga seperti tubuh manusia, yang mengalami degradasi fisik karena kehausan, tidak adanya air, kurang oksigen dan lain-lain. Jika mengalami penyumbatan akar oleh “arsitektur keramik” made in manusia, maka pohon itu juga merasakan ketidakadaan penyuplai “vitamin” bagi akarnya untuk menyimpan air sebagai “tenaga udara hidup”, maka akar pohon kadang mampu membelah dan membentuk undukan di permukaan aspal jalanan seperti yang penulis lihat sepanjang jalan kota di Kampung Baru, terus ke Padang Bulan hingga lewat Kampus USU, akan terlihat akar dan kadang badan jalan itu telah membentuk kubangan kecil yang dapat membahayakan pengendara kendaraan bermotor. Jangan anggap remeh lubang kecil ini. Meski kecil, tapi dapat membawa maut. Oleh karena itu hal ini harus benar-benar menjadi perhatian dari instansi terkait.

Biopori Tersumbat

Ketersumbatan akar di bawah aspal atau semenisasi ruas-ruas koridor jalan yang menjadi taman kota tanpa sistem biopori dapat mempercepat kerusakan dan kerapuhan batang pohon hingga patah dan tumbang. Bahkan terjadi proses hidrogeologis di manaair menjadi pelumas material tanah menjadi sebuah gerakan a-seismik bagi model gerakan tanah longsoran kecil untuk melemahkan fondasi kesatuan antar akar.

Kemudian terjadi pengosongan sekitar tubuh pohon. Lalu ketika hujan deras, ruang rongga (kosong) di tubuh bawah pohon menjadi “lunak” dan air itu mudah “lulus”, mempercepat laju air ke permukaan. Akibatnya terjadi banjir dan akar pohon tidak mampu lagi menyerap air ke dalam tubuhnya. Mendapat tekanan frontal di bawah tanah dan di atas permukaan oleh angin, maka pohon itu menunggu waktu untuk menjadi tumbang.

Untuk mengetahui gejala pohon tumbang, masyarakat bisa memperhatikan kondisi fisik batang pohon yang tertanam di koridor jalan, antara lain, aspal menjadi terbelah, dinding taman koridor jalan banyak yang retak. Banyaknya tali dan kawat serta paku yang tertusuk di pohon, dapat mempercepat pohon tumbang. Selain itu, banyak pohon tua tidak terawat, dan belum pernah diregenerasi secara menyeluruh.

Kurangnya perawatan merupakan penyebab utama pohon tumbang. Lucunya sekaligus ironis, pohon itu juga ada merayakan “hari raya” tertentu. Malah sering tertusuk benda tajam dari pemasangan iklan kampanye hari hijau. Sebenarnya tidak tahu atau pura-pura tidak tahu kalau tindakan tersebut merusak tubuh dan keindahan pohon? Kasus ini di banyak terlihat di seluruh kota di Indonesia.

Pohonku

Pada zaman Belanda, menanam pohon disesuaikan dengan kondisi fisik tanah agar tumbuh dan berkembang sehat serta kuat pengakarannya. Bentuk tanah dan topografi juga disesuaikan guna untuk air lebih cepat dan menjaga keseimbangan struktur lapisan tanah dengan akar jenis tanaman pohon yang ditanam, jadi tidak sembarang pohon.

Bagi daerah panas dapat ditanam jenis pohon yang rindang, tidak besar, akar pohon tidak cepat menyembul ke permukaan tanah, dan menyerap hawa panas. Begitu juga bila menanam pohon di daerah sekitar rawa dan sempadan sungai maupun koridor jalan, antisipasi utama adalah bagaimana agar akar pohon itu mendapat suplai oksigen (air) jika suatu saat nanti ada semenisasi. Perlu diberikan ruang khusus berupa lubang seperi biopori.

Kita umunya tahu, bahwa pohon merupakan salah satu investasi bagi manusia untuk pelestarian air, kehidupan rantai makanan, mencegah pemanasan global. Kita perlu memahami tubuh pohon agar tidak ada tindakan anarkis seperti tersebut di atas, yakni dipaku, diikat dengan kawat besi, dipasangi spanduk sehingga suplai oksigen pohon tersumbat serta akan membahayakan manusia dan pohon itu sendiri.

Karena itu, kita perlu memahami beberapa fakta tentang jiwa pohon bagi kehidupan di bumi, antara lain:

Pertama, kontribusi bahan baku, pohon menghasilkan pekerjaan dan memberikan kontribusi bahan baku untuk bangunan, surat kabar, buku dan lebih dari 15.000 produk hutan lainnnya. Pohon juga dapat diperbaharui, dapat terurai secara biologi dan dapat didaur ulang. Kayu pohon dapat diolah menjadi produk olahan seperti vitamin, plastik, film fotografi, pasta gigi dan obat-obatan. Jadi kita harus menjaga regenerasinya dengan tidak mengganggu pertumbuhannya.

Kedua, investasi propertis rumah. Jika anda menanam tiga atau lebih pohon di sekitar bangunan rumah, maka dapat menghemat biaya AC sampai 50 persen. Pohon meningkatkan nilai properti rumah yang dikelilingi oleh pohon, karena bisa terjual 18-25 persen lebih tinggi dari rumah tanpa pohon. Jika rumah anda memiliki halaman depan samping atau belakang dengan lebar 2 x 3 meter atau lebih, manfaatkanlah untuk menanam pohon dan pastikan tidak membiarkan pihak luar menempelkan sesuatu di tubuh pohon.

Ketiga, oksigen bagi bumi. Dengan mengikuti kegiatan program hijau atau kampanye perlindungan lingkungan, misalnya menanam 20 juta pohon dalam satu provinsi, maka akan tersedia 260 juta ton suplai oksigen bagi bumi dan makhluk hidup. Ini sangat penting, terutama bagi manusia itu sendiri. Pohon sebanyak itu akan menghapuskan 10 juta ton CO2. Sebuah pohon besar dapat menyerap 1 ton karbon dioksida.

Keempat, fungsi akar. Setelah dewasa, pohon akan lebih banyak tumbuh ke bawah, bukan ke atas. Akarnyalah yang akan semakin menjalar mencari ruang-ruang oksigen dan menyerap air. Jadi, seperti itulah yang terjadi, mengapa banya pohon tumbang di beberapa kota di Indonesia.

(Penulis adalah Enviromental Geologist, pemerhati masalah tata ruang lingkungan dan energi geosfer)

()

Baca Juga

Rekomendasi