Di Purworejo Ada Kampung Bernama Afrikan

Purworejo, (Analisa). Satu-satunya kota di Indonesia yang mem­punyai kampung bernama Kam­pung Afrikan mungkin hanya terdapat di Kabu­paten Purworejo Jawa Tengah. Pemberian nama tersebut cukup beralasan dan punya sejarah sendiri.

Kampung Afrikan yang terletak di Pangen Juru Tengah, Purworejo ini dulunya terdapat pemukiman tentara bayaran dari Afrika Barat yang sering disebut sebagai Belanda Hitam atau Londo Ireng. Mereka ini direkrut oleh pemerintah Hindia Belanda untuk berperang melawan orang pribumi karena tidak banyak lagi tentara dari Eropa.

Kampung Afrikan yang terletak di Kelu­rahan Pangen Juru Tengah, Kecamatan Pur­worejo, hingga sekarang masih sering dikunjungi oleh orang-orang keturunan Afri­ka bahkan Belanda. Namun, serdadu Londo Ireng dan keturunannya kini sudah tidak lagi bisa ditemukan di kampung itu. Hanya jejak bangunan atau tempat tinggal yang tidak berubah dari dulu hingga sekarang.

Sejarawan Purworejo, Atas Danu­subroto menceritakan kepada detikcom, dalam sejarah tercatat, jatuhnya pemerintah Kolonial Belanda pada Maret 1942 dan datangnya tentara Jepang lalu disusul ke­merdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945 ikut berpengaruh pada keberadaan kampung Afrikan. Saat Indonesia merdeka, Presiden Soekarno tidak mengizinkan ada warga Belanda termasuk Londo Ireng untuk menempati Indonesia.

"Sejak saat itu kampung Afrika dikosong­kan. Rumah dan tanah milik para Londo Ireng sudah berpindah kepemilikannya lewat proses jual beli dengan warga pribumi, dan jejak-jejak mereka pun hilang," tuturnya, Jumat (13/12).

Keturunan Londo Ireng bersama keluar­ganya ini kemudian ada yang memilih ikut Belanda dan berpindah ke Belanda.

Meskipun mereka itu menghilang, hingga kini masih terdapat beberapa peninggalan mereka berupa bangunan khas Belanda yang masih terawat dengan baik. Pagar beton dengan kawat berduri buatan zaman kolonial juga masih berjajar rapi menghiasi sepan­jang gang kampung Afrikan itu.

Salah satu bangunan peninggalan Londo Ireng yang ditempati oleh Setia (67) bersama keluarga, hingga kini masih terlihat jelas keasliannya meski­pun di beberapa bagian terdapat tambahan renovasi.

Setia yang menempati rumah itu sejak tahun 1970 mengaku bahwa rumah tersebut diberikan oleh orangtuanya yang dulu mem­beli dari keturunan Londo Ireng.

"Saya di sini sejak tahun 1970, dulu orangtua yang beli dan saya tinggal menem­pati. Ini cuma saya tambahi sedikit payon (atap) peneduh, tapi bagian yang lain seperti pintu, jendela, tembok, teras masih asli," kata Setia.

Bagian dalam rumah khas rumah model Belanda dengan kamar dan ruangan yang luas. Pintu dan jendela yang lebar dan tinggi yang merupakan ciri rumah daerah tropis. Tembok bangunan masih tembok lama. Kusen, daun jendala dan pintu terbuat dari kayu jati yang tebal. (dtc)

()

Baca Juga

Rekomendasi