Kardioprotektif Makanan

Oleh: Prof. Dr. Albiner Siagian

BADAN Penelitian dan Pengem­bangan Kesehatan (Balitbangkes) Ke­menterian Kesehatan melalui Sample Re­gistration Survey (SRS) 2014 me­ngurutkan 10 pe­nya­kit utama penye­bab ke­ma­tian di Indonesia. Dari ke­se­puluh penyebab kematian tersebut, pe­nyakit jantung iskemik (seperti pe­nyakit jantung koroner) menduduki po­sisi kedua. Posisi pertama diduduki pe­nyakit cere­bro­vaskular (seperti stro­ke). Po­sisi ketiga dan keempat, ma­sing-masing, diduduki dia­be­­­tes mellitus serta kompli­kasinya dan penyakit TBC pernafasan.

Peningkatan peran penya­kit jantung iskemik sebagai penyebab utama ke­ma­tian meningkat tajam dalam ku­run waktu 3 (tiga) dekade ter­akhir. Pada de­kade 1990-an, penyakit jantung is­ke­mik belum termasuk 10 (sepuluh) besar penyebab kematian di Indonesia. Selanjutnya, pada dekade 2000-an, penyakit jantung iskemik langsung me­n­duduki urutan kelima. Fakta terak­hir mengung­kap­kan, pada dekade 2010-an, penyakit jantung iskemik lang­­sung menempati posisi kedua se­bagai penyebab uta­ma kematian.

Urutan penyakit penyebab utama ke­­matian di Indonesia ini sedikit ber­beda dengan urutan penyebab uta­ma ke­matian global. Menurut Or­ganisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyebab utama ke­matian global adalah penya­kit jantung iskemik, disusul oleh stroke dan penyakit sa­luran pernafasan ba­wah, ma­sing-masing, pada posisi ke­dua dan ketiga.

Dari 56,4 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2015, 8,76 juta kasus dise­­bab­kan penyakit jantung is­ke­mik. Se­mentara itu, stroke menyebabkan 6,24 juta ke­ma­tian, sedangkan penya­kit saluran pernafasan bawah me­nye­babkan 3,19 juta ke­ma­tian.

Fakta ini menunjukkan bah­wa pe­nyakit jantung dan penyakit terkait gang­guan pa­da pembuluh darah (vas­ku­lar) lainnya adalah masalah kese­ha­tan serius saat ini. Na­mun demikian, karena penya­kit ini adalah penyakit yang bisa dicegah, ancaman kema­tian akibat penyakit ini dapat diminimalisir dengan menge­nali faktor risikonya dan mengendalikannya.

Faktor risiko atau faktor penyebab utama penyakit kar­diovaskular, antara lain ada­lah tekanan darah tinggi, ka­dar kolesterol darah, kebiasa­an mero­kok, konsumsi alko­hol, pola makan yang tidak sehat, dan aktivitas fisik yang kurang.

Semua faktor risiko yang saya se­but­kan ini dapat di­ubah atau diken­da­likan. Se­bagai contoh, dengan meng­ubah pola makan menjadi pola makan se­imbang, risiko penyakit jantung koro­ner dan penyakit terkait gangguan pem­buluh darah lainnya akan berku­rang secara bermakna. Tambahan lagi, hanya de­ngan membiasakan diri me­ngonsumsi sayur dan buah, itu akan menurunkan risiko penyakit jantung koroner hampir 20%.

Mengapa demikian? Ja­wabannya adalah makanan mengandung kom­po­nen kar­dioprotektif yang secara umum akan melindungi jan­tung. Mozaffarian dan ka­wan-kawan telah merang­kum berbagai jenis dan ke­lompok makanan yang me­mi­liki komponen kardio­pro­tektif, yaitu senyawa kimia dalam ma­ka­nan yang berpe­ran melindungi jan­tung dari berbagai tekanan degeneratif. Mereka menyebutnya sebagai manfaat kardiometabolik (cardiometabolic benefits) ma­kanan.

Melalui publikasinya pada jurnal il­miah Circulation (2011), Mozaf­farian dan ka­wan-kawan mengelom­pok­­kan 7 kelompok ma­kanan yang me­miliki komponen kar­dio­protektif, yaitu buah, sayur, biji-bi­jian, ikan, ka­cang-ka­ca­ngan, dairy pro­duct, dan minyak sa­yuran. Buah me­nye­diakan vitamin dan mineral yang sangat di­butuhkan oleh tubuh, secara umum, untuk tetap sehat. Selain itu, buah mengandung senyawa fitokimia, serat, dan antioksidan yang beperan melindungi jantung dan pem­buluh darah. Anjuran kon­sumsi buah adalah 4-5 kali sehari.

Sayur juga merupakan sumber uta­ma vitamin, mineral, dan serat bagi tu­buh. Mineral kalium dan magnesium di­­ketahui berperan me­ngendalikan te­kanan darah yang merupakan faktor ri­siko bagi penyakit jantung koro­ner. Sayur juga kaya akan serat. Sama hal­nya dengan buah, anjuran konsumsi sa­yur adalah 4-5 kali sehari. Sementara itu, biji-bijian (se­realia, beras, dan ja­gung) me­rupakan sumber vitamin B, Vit­amin E, asam folat, dan serat. Vita­min E dikenal se­bagai vitamin antio­k­si­dan yang baik. Asupan makanan pro­duk biji-bijian ini diha­rapkan tidak melebihi 450 kkal per hari.

Ikan, terutama ikan laut, selain sebagai sumber protein, adalah sumber asam lemak tak jenuh ganda (ome­ga-3, omega-6, dan omega-9). Ikan juga me­­ngandung mi­neral selenium dan magnesium.

Asam lemak tak je­nuh ganda telah lama dike­ta­hui berperan melindungi jantung melalui pengenda­li­an kadar kolesterol darah (LDL- dan HDL-cholesterol).

Selenium juga dike­nal sebagai mi­ne­ral antioksidan yang kuat. Mengu­rangi sum­ber protein dari daging dan menggantinya dari ikan ada­lah upaya yang baik untuk ke­sehatan jantung.

Selain itu, mengurangi kon­sumsi daging olahan (mi­salnya daging yang dikaleng­kan) juga cara yang baik un­tuk memelihara kesehatan jantung. Kita harus mengu­rangi konsumsi ikan yang diolah dengan cara memba­kar atau memanggang, kare­na hal itu akan meningkatkan bilangan peroksida lemak yang terdapat pada ikan ter­se­but. Bilangan peroksida lemak ter­kait dengan sifat oktidatif (merusak) lemak tersebut.

Kacang-kacangan (kacang kedelai, buncis, dan kacang panjang) adalah sumber protein nabati, fosfor, magnesium, dan senyawa fitokimia yang baik bagi jantung. Le­mak kacang-kacangan juga diketahui baik untuk kese­hatan jantung. Asupan ka­cang-kacangan diharapkan 4-5 kali seminggu.

Sementara itu, dairy product (susu, yogurt, dan keju) mengandung kal­sium, magnesium, asam lemak, dan vitamin D. Mengonsumsi 1-2 gelas susu rendah lemak se­tiap hari adalah baik bagi ke­sehatan jantung. Minyak sa­yuran (misalnya canola dan soybean oil) mengandung asam lemak tak je­nuh ganda (seperti asam linoleat) yang berperan menurunkan koles­terol da­rah. Anjuran asupan minyak sayuran adalah 2-6 kali sehari.

Akhirnya, salah satu upa­ya untuk me­ncegah penyakit jantung adalah meng­hindari atau mengendalikan fak­tor risikonya. Mengubah pola ma­kan adalah salah satu upa­ya untuk itu, karena memilih makanan yang tepat, yang memiliki komponen kardio­pro­tektif, telah terbukti ber­peran melin­dungi jantung dan penyakit terkait gang­gu­an pembuluh darah lainnya.

(Penulis adalah guru be­sar Ilmu Gizi FKM USU)

()

Baca Juga

Rekomendasi