Medan, (Analisa). Pada 2020 akan masuk era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Di era tersebut dokter dari negara lain akan masuk dengan bebasnya ke Indonesia. Kondisi ini akan menciptakan persaingan antara dokter asing dan dokter dari Indonesia.
"Ini menjadi tantangan bagi Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI). Kami dari profesi dokter penyakit dalam tetap ingin melayani dan jadi tuan rumah di negeri sendiri," tegas Ketua Umum PB PAPDI dr Sally Aman Nasution, SpPD, KKV, FINASIM, FACP kepada wartawan pada Pekan Ilmiah Nasional (PIN) XVI Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI) yang diselenggarakan di Hotel JW Marriot, Medan baru-baru ini.
Menghadapi pasien, lanjutnya, tidak hanya melihat penyakitnya tetapi juga budayanya, tradisi, yang belum tentu orang asing bisa memahami. "Kami dari spesialis penyakit dalam juga tidak hanya melihat penyakitnya, tapi juga budaya dan tradisi. Kita selalu mengikuti era digital dan update keilmuan," jelasnya yang turut didampingi Sekretaris Jenderal PB PAPDI dr Eka Ginanjar SpPD, KKV, FINASIM, FACP, FICA, Ketua Panitia Pelaksana Dr Edi Rizal Wahyudi SpPD, KGer, FINASIM, Ketua PAPDI Sumut dr Mardianto SpPD, KEMD, FINASIM dan Ketua Departemen Penyakit Dalam USU dr Refly Hasan SpPD KKV, SpJP, FINASIM.
Untuk menghadapi MEA, PAPDI telah menyiapkan diri jauh hari sebelumnya. "MEA tidak mungkin dihindari, karena ini sudah merupakan kesepakatan pada supra sistem. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Kami dari berbagai profesi sejak lima tahun sebelum sejak MEA dicanangkan, sudah mempunyai komitmen bersama bahwa dokter kita harus bisa menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Ini memang sangat menjadi tantangan untuk daerah-daerah tertentu yang dekat dengan perbatasan, termasuk Medan dan daerah lainnya. Strategi menghadapi tantangan MEA ini tidak lain dengan membangun imej dan kepercayaan di tengah masyarakat," paparnya.
Sementara Ketua Panitia PIN XVI PB PAPDI dr Edy Rizal Wachyudi, juga mengatakan, dalam acara ini dilakukan kuliah umum dan 12 simposium serta 63 workshop. Hal ini untuk update ilmu di bawah 12 keilmuan penyakit dalam. Diikuti 700 lebih spesialis penyakit dalam baik sebagai narasumber maupun peserta.
Sekretaris Jenderal PB PAPDI, dr Eka Ginanjar, ini menambahkan, kami berkewajiban update ilmu agar masyarakat dapat ditangani dengan pelayanan yang update. Tiap tahun diadakan PIN dan 2019 akan dilaksanakan di Surabaya. tujuannya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Sedangkan Ketua PAPDI Cabang Sumatera Utara (SUMUT) dr. Mardianto didampingi Wakil Ketua Lokal Panitia PIN XVI PB PAPDI dr Refli Hasan mengatakan, kesempatan PIN ini dimanfaatkan untuk update bagi PAPDI yang di cabang. Pentingnya fokus pelayanan kesehatan di Sumut. (mc)