Mengukur Kekuatan Roket Super SpaceX

ROKET Falcon Heavy didaulat sebagai yang terkuat di dunia saat ini. Roket ini menjadi yang terkuat setelah roket Saturnus V milik NASA. Total beban yang didorong ke orbit oleh roket ini sebesar 64 ton. Beban ini nyaris dua kali lebih berat dari kemam­puan roket Delta IV Heavy, roket besutan United Launch Alliance, saingan terberat SpaceX.

Tapi kemampuan daya dorongnya masih dibawah Saturnus V. Sebab roket itu bisa mengangkat beban dua setengah kali lebih berat dari Falcon Heavy. Namun, roket itu sudah pensiun sejak 1972. Meski demikian, CEO SpaceX, Elon Musk menyatakan bahwa mereka sebenarnya bisa menambah daya dorong roket tersebut.

"Jika mau, kami sebenarnya bisa me­nambah dua roket pendorong samping lagi dan membuatnya menjadi Falcon Super Heavy, dengan daya dorong 9 juta pon (nya­ris dua kali daya dorong saat ini)," kata­nya seperti dikutip Business Insider.

Dengan tinggi 23 lantai, Falcon Heavy adalah roket terbesar yang pernah dibuat SpaceX. Roket ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama adalah pendorong dengan tiga roket. Tiga roket Falcon yang masing-masing terdiri dari sembilan mesin roket Merlin 1D (SpaceX).

Tiga roket Falcon ini masing-masing ter­diri dari 9 mesin roket Merlin 1D. Sehing­ga total terdapat 27 mesin Merlin 1D untuk meluncurkan pesawat. Daya dorongnya didapat dengan membakar oksigen cari dan kerosin dengan daya dorong 5 juta pon (22.819 kilonewton) saat meluncur.

Bagian kedua adalah roket pendorong dengan satu mesin yang digunakan untuk menggerakkan pesawat ketika pendorong pertama sudah dilepaskan.

Serta bagian puncak yang berisi muatan pesawat: mobil listrik Tesla Roadster dan manekin astronot yang mengendarainya.

"Jika misi ini berhasil, saya kira kami siap untuk menempatkan satelit di misi be­rikutnya," jelas Musk, seperti dikutip Space. Tak lama-lama kemungkinan Spa­ceX akan meluncurkan satelit itu akan terjadi dalam tiga hingga enam bulan mendatang.

Dua dari tiga roket Falcon yang diguna­kan untuk misi ini sudah pernah digunakan sebelumnya. Satu roket digunakan untuk meluncurkan satelit komunikasi Thaicom 8 pada Mei 2016. Sementara satu roket lain, sempat digunakan untuk mengirimkan kargo milik Nasa menggunakan roket Dra­gon pada Juli 2016.

Pendorong kedua terdiri dari satu mesin ro­ket Merlin 1D dengan bahan bakar yang sa­ma. Hanya saja mesin roket ini dimo­difikasi agar bisa digunakan diruang hampa udara.

Rahasia

Sementara itu, SpaceX telah membuka tahun 2018 dengan peluncuran sebuah roket misi rahasia milik pemerintah Amerika Serikat dari Stasiun Angkatan Udara Cana­veral di Florida, AS.

SpaceX kembali menggunakan roket Falcon 9 untuk merampungkan misi yang di­namakan Zuma ini. Misi ini sejatinya dijad­walkan meluncur pada November lalu.

Perusahaan milik Elon Musk ini meng­ungkapkan alasan penundaan peluncuran lantaran pihanya masih melakukan pengu­jian pada roket yang menampung muatan. Cuaca ekstrem yang terjadi di AS juga menjadi alasan lain penundaan peluncuran.

NASA mengungkapkan Zuma dijadwal­kan dikirim ke orbit rendah dengan jalur or­bital kurang dari 1.903 km di atas permu­kaan bumi.

Sebagai misi rahasia, sejumlah pihak memprediksi Zuma membawa muatan yang berkaitan dengan bidan militer, termasuk isu keamanan nasional, pertahanan, hingga pengawasan. Pemerintah AS diketahui membangun dan membiayai sendiri sendiri wahana antariksa Zuma.

Perusahaan kedirgantaraan dan perta­ha­nanan Northrop Grumman (NOC) sebagai pihak yang dipercaya untuk mengem­bang­kan misi ini menolak mengomentari misi rahasia tersebut.

Setelah merampungkan misi peluncuran untuk pemerintah, CNN melaporkan SpaceX menargetkan lebih banyak pelun­curan di tahun ini.

Salah satu yang paling ditunggu adalah pe­luncuran roket yang memiliki kemam­puan dorong tiga kali lebih besar dari Falcon 9, yakni Falcon Heavy. (cnnc/rtr/evn/ar)

()

Baca Juga

Rekomendasi