Resign dari Maskapai Penerbangan Swasta

Eksis Bisnis Oleh-oleh Bandung

CUANKI, dari namanya pasti anda pernah melihat pen­jual­nya memikul dua kotak berisi kompor dan panci, di kotak beri­kut­nya ada botol saos dan sambal yang disusun. Tapi kini sudah ada cuan­ki instan, tinggal seduh su­dah bisa dinikmati.

Siapa sebenarnya pembuat cuanki instan ini?

Berawal dari hobi mengon­sumsi cuanki, Rosalia atau yang akrab disapa Ocha kini suk­ses menjalankan bisnis cuanki instan ber­nama Lakoca. Ocha mence­ri­takan, cuan­ki instan merupakan makanan favorit­nya dan Lakoca adalah salah satu pelopor cuanki instan.

Ia mulai membuat Lakoca pada Desem­ber 2013, awalnya ia menjual ke teman-teman de­kat. Produksi awal tak terlalu banyak karena memang ia laku­kan seorang diri. Mulai packing, mengantar pesanan setelah ia pulang kerja atau menjual pada Sabtu-Minggu.

Dalam membangun bisnis, ada trial and error yang ia lalui. Ketika membuat cuanki instan ini dia membutuhkan percobaan se­la­ma tujuh bulan. Mulai dari rasa, bentuk hingga kemasan. Tak mulus, Ocha juga menda­pat­kan komplain dari pelanggan selama pembuatan tersebut.

Sebelum menjadi juragan cu­an­­ki instan, Ocha awalnya ada­lah salah satu staf di sebuah mas­kapai penerbangan swasta di Ban­dara Soekarno Hatta. Beker­ja di maskapai tersebut mem­buat­nya memiliki banyak teman di seluruh Indonesia. Bakat da­gang Ocha memang sudah ter­ben­tuk saat itu, di sana ia mulai men­jual oleh-oleh khas Bandung.

"Dulu masih musim BBM kan, saya posting saja makanan khas Bandung atau apapun lah waktu saya pulang kampung. Semua orang yang di mes titip, ya preorder lah namanya saya udah lama pakai metode itu," kata Ocha kepada detikFinance, baru-baru ini.

Kemudian ia resign dari mas­ka­pai penerbangan itu dan pindah kerja di sebuah travel agency dan menduduki posisi konsul­tan. Di sana ia sering pergi ke luar negeri untuk menghadiri pameran di se­jum­lah negara. Karena penga­la­man itu ia merasa wawasannya se­makin luas dan ia melihat pe­luang setiap pulang dari luar ne­geri.

Ia selalu membawa sampel produk unik asal negara tersebut seperti sprei, baju, sandal. Oleh-oleh tersebut dia pelajari dan dia­mati kemudian ia meniru sekali­gus memo­difikasi dan ia jual ke teman-temannya.

Dalam melahirkan Lakoca, ia menge­luarkan modal sekitar Rp 5 juta untuk membeli perala­tan press untuk bumbu, beli plastik dan bahan baku cuanki instan tersebut. Seiring berjalan­nya waktu, Ocha merasa usaha­nya makin besar akhirnya sete­lah berjalan 6 bulan ia menga­ju­kan pinjaman ke sebuah bank dengan menggunakan skema kredit usaha rakyat (KUR).

"Ini karena permintaan sema­kin banyak, membeli alat juga un­tuk efisiensi dan orang kan tidak bisa menunggu PO," ujar­nya.

Terkait omzet, Ocha tak bisa menye­butkan berapa angka yang ia kantongi setiap bulannya. Na­mun saat ini, Lakoca sudah me­­miliki aset seperti kendaraan, ru­mah pro­duksi, rumah tinggal dan mesin pengolah bahan baku.

Setiap bulannya, Lakoca bisa diproduksi sekitar 20.000 hingga 30.000 cup. Saat ini Lakoca ter­diri dari rasa original, soto, kari. Ocha kini juga sedang mengem­bangkan LAKOLAk yakni kolak instan pertama di dunia. Selain itu juga ada LATAGOR yaitu batagor bumbu kacang khas Ban­dung. Satu cup Lakoca, La­kola dan Latagor dibanderol se­harga Rp 15.000.

Seluruh produksi CV Rosalia Jaya ini adalah makanan instan namun halal dan tidak memakai zat kimia. "Ke depannya inshaAllah peru­sa­haan ini akan bergerak se­ba­gai produsen makanan instan yang tetap terasa tradisional di lidah," ujar dia.

Sebagai wirausaha, Ocha per­nah menda­patkan penghar­ga­an wirausaha muda baru tahun 2015 se-Jawa Barat. Selain itu ia juga mendapatkan pangan award se Indonesia kategori inovasi pa­ngan baru periode 2015.

Ada keinginan Ocha untuk mem­buat Lakoca Go Internasi­onal, kini ia sedang menyiapkan diri untuk pangsa ekspor. Saat ini menurut dia peluangnya cukup besar namun masih terganjal do­ku­men dan kesempatan yang be­lum datang.

Selama menjadi pengusaha, Ocha memiliki motto 'simpan ke­se­dihanmu dan ceritakan saat kamu sukses'. Menurut dia, ja­ng­an pernah takut mencoba saat ber­usaha, karena kita tidak akan pernah tahu ketika kita tidak mencoba.

"Kita juga harus coba dengan totalitas, tapi ya jangan merasa belum ada hasilnya kalau usaha kita belum terasa maksimal," pungkasnya. (dtc)

()

Baca Juga

Rekomendasi