Perlambatan Aktivitas Manufaktur Lemahkan Dolar AS

perlambatan-aktivitas-manufaktur-lemahkan-dolar-as

Singapura, (Analisa). Sebagian besar mata uang Asia naik tipis terhadap dolar AS, Rabu (2/10), di­du­­kung oleh data manufaktur AS yang mengecewakan, meningkatkan eskpektasi pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve AS (Fed) di masa depan.

Data aktivitas pabrik dari negara eko­nomi terbesar dunia itu membebani pasar ekuitas, berdampak pada meningkatnya kekhawatiran seputar perlambatan per­tum­buhan ekonomi AS dan meningkatkan kekhawatiran investor seputar kesehatan ekonomi global.

Di antara sejumlah mata uang Asia, peso memimpin penguatan dengan ke­naikan 0,2 persen. Disusul oleh ringgit dengan kenaikan 0,1 persen.

Peso beringsut lebih tinggi didukung oleh meningkatnya sentimen investor se­telah Bank Sentral Filipina, Bangko Sen­tral ng Pilipinas (BSP) menerapkan bebe­rapa kebijakan untuk mendorong ekono­mi Filipina.

BSP menetapkan rasio cadangan wajib (reserve requirement ratio/RRR) sebesar 100 basis poin.  Menurut seorang analis di ING, langkah itu disampaikan langsung oleh Gubernur BSP dan memastikan bah­wa proyeksi inflasi terbaru bank sentral negara itu akan meningkat rata-rata 2,5 persen pada 2019.

Ringgit menguat setelah mantan Gu­bernur Bank Negara Malaysia (BNM)  Tan Sri Dr Zeti Akhtar Aziz mengung­kap­kan keyakinan bahwa ekonomi negara itu memiliki kemampuan untuk meng­hadapi segala potensi krisis di masa men­datang.

Berbicara pada wartawan di pembu­kaan program Asia School of Business Master of Central Banking, dia mengata­kan Malaysia telah menerapkan sistem yang tangguh dan mampu menahan gun­cangan ekonomi.

Zeti, yang saat ini adalah ketua Permo­dalan Nasional Bhd, menegaskan bahwa bank sentral negara itu akan memainkan pe­ran penting dalam upaya untuk men­dukung perekonomian jika terjadi krisis ekonomi.

Pasar keuangan di Tiongkok tutup ka­rena libur nasional.

Pasar keuangan di India tutup karena libur nasional.

Rupiah menguat terhadap dolar AS pada Rabu setelah data manufaktur AS me­nunjukkan perlambatan. Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjen­dra di Jakarta mengatakan, sekeranjang mata uang regional termasuk rupiah ber­gerak menguat menyusul data manufaktur AS yang lemah. Indeks manufaktur nega­ra itu turun menjadi 47,8 pada September, level terendah sejak Juni 2009.

Sementara dari dalam negeri, kata Ariston, isu domestik mengenai demons­trasi diperkirakan masih akan membaya­ngi pasar meski tensinya relatif mulai me­reda. Namun, penguatan rupiah cende­rung terkoreksi dipicu oleh adanya indi­ka­si perlambatan kegiatan usaha pada Agustus tahun ini.

Pada awal perdagangan rupiah dibuka pada 14.205

Pada pukul 10.00 rupiah berada pada level 14.190

Di akhir perdagangan rupiah berada pada tingkat 14.190, menguat dari perda­gangan sebelumnya.

Kurs terakhir berbagai mata uang Asia terhadap dolar AS, tercatat sebagai berikut:

Dolar Singapura: 1,385, stabil

Dolar Taiwan: 31,05, turun dari 31,02

Won Korea: 1205,10, turun dari 1199,20

Baht Thailand: 30,66, naik dari 30,67

Peso Pilipina: 51,94, naik dari 52,00

Rupee India: -

Ringgit Malaysia: 4,190, naik dari 4,191

Yuan Tiongkok: -

Di Tokio, yen beringsut lebih tinggi terhadap dolar AS pada Rabu didukung oleh meningkatnya minat investor terha­dap aset aman di tengah perlambatan per­tumbuhan ekonomi AS. Data yang dirilis pada Rabu (2/10) menunjukkan, aktivitas sektor manufaktur di negara ekonomi ter­besar dunia itu merosot ke level terendah sejak Juni 2019 menjadi 47,8 pada Sep­tember.

Dolar AS semakin tertekan dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran seputar per­lambatan ekonomi global dan kemung­kinan pemangkasan suku bunga lebih lanjut dari Federal Reserve AS (Fed) aki­bat dari anjloknya aktivitas sektor manu­faktur negara itu.

Dolar AS terakhir tercatat 107,64 yen, turun 0,1  persen dibandingkan dengan level sebelumnya.

Di London, euro melemah dan menuju penurunan terendah dalam dua tahun pada Rabu menyusul data perlambatan ma­nufaktur AS. Namun, Michael Hewson, analis di CMC Markets mengatakan, pe­nurunan euro masih lebih mengecewakan meski aktivitas manufaktur AS anjlok ke level terendah sejak Juni 2009.

Hewson menegaskan perlambatan sek­tor manufaktur AS tidak akan berdampak signifikan bagi dolar hingga Federal Re­serve AS (Fed) melakukan pelonggaran moneter. Bahkan, jika Fed memangkas suku bunga, dolar AS diproyeksikan akan tetap kuat di antara sejumlah mata uang dunia.

Yen  Jepang: 107,41, turun dari 108,32

Franc Swiss: 0,9997, turun dari 0,9999

Dolar Kanada: 1,3245, turun dari 1,3283

Sterling terhadap dolar: 1,2267, naik dari 1,2235

Euro terhadap dolar: 1,0933, naik dari 1,0898

HARGA EMAS

Di  Comex  New York, harga emas me­nguat pada pembukaan Rabu.

Kontrak Desember 2019 diperda­gangkan pada level $1.491,60 per ounce, naik $0,17.

Harga spot kitco pada pukul 13.30 GMT (20.30 WIB) tercatat $1.493,30 per ounce, naik 0,99 persen.

Di London, harga emas naik pada Rabu setelah data manufaktur AS yang mengecewakan memicu pembatasan reli terhadap dolar yang sebelumnya melon­jak ke level tertinggi dua tahun.

Aktivitas manufaktur AS merosot ke laju paling lambat dalam lebih dari satu de­kade pada September, membuat AS menjadi ne­gara yang mengalami penu­run­an manu­faktur paling tajam di tengah perang per­dagangan Beijing dan Wa­hington.

London, harga emas $1.483,70 per ounce, naik 0,3 dari penutupan sebelum­nya di New York.

Harga perak tercatat $17,25 per ounce, turun 0,1 persen dari penutupan sebe­lumnya.

Di Singapura, harga emas meningkat pada Rabu setelah rilis data manufaktur AS menunjukkan perlambatan, mening­kat­kan kekhawatiran seputar pertumbu­han global dan ekspektasi pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Re­serve AS (Fed), mendorong investor un­tuk cenderung beralih ke safe-haven emas.

Di Singapura, harga emas $1.481,76 per ounce, naik 0,2 persen dari penutupan sebelumnya di New York.

Di Tokio, kontrak benchmark Oktober 2019 mencapai 5,121 yen per gram, menguat 21 dari penutupan sebelumnya. (Rtr/AP/AFP/ant/htb)

()

Baca Juga

Rekomendasi