KOREA Utara (Korut) terancam mengalami kekeringan menyusul sedikitnya curah hujan dalam 37 tahun terakhir. Kondisi ini akan memperparah situasi di negara komunis itu setelah PBB menyatakan kekhawatiran akan kurangnya pasokan bahan makanan ke Korut akibat sanksi.
Terhitung mulai Januari sampai awal Mei 2019, Korut hanya mendapatkan 54,4 milimeter hujan atau salju. Jumlah itu terendah sejak 1982 pada periode yang sama. Kantor berita KCNA menggambarkan situasi ini sebagai kekeringan ekstrem.
Pada April lalu, Badan PBB seperti WFP dan FAO dalam sebuah laporan bersama mengungkap hasil panen Korut pada tahun lalu telah menyentuh level terendah sejak 2008. Itu berarti, diperkirakan sekitar 10 juta orang atau 40 persen dari total populasi Korut dalam kondisi sangat membutuhkan makanan.
"Situasi ini bisa terus memburuk jika bergantung pada musim dari Mei sampai September 2019 dan jika tidak ada tindakan yang diambil untuk mengatasi masalah kemanusiaan," tulis laporan PBB itu.
Dengan kondisi kekurangan pangan seperti itu, negara tetangga Korut, Korea Selatan (Korsel) siap memberikan bantuan pangan. Korsel, Senin (20/5/2019), menyatakan rencananya untuk memberi bantuan kemanusiaan senilai 8 juta dollar AS atau sekitar Rp 115 miliar kepada Korut yang sedang dilanda kekeringan.
Selain itu, Seoul juga tengah mempertimbangkan pengiriman bantuan makanan ke Pyongyang. Jurubicara Kementerian Unifikasi Korsel, Lee Sang-min mengungkapkan, pemerintahnya akan membahas rencana tersebut dengan Program Pangan Dunia dan UNICEF, di mana bantuan itu akan diserahkan untuk kemudian didistribusikan ke rakyat Korut.
Korsel juga tengah berupaya membangun dukungan publik maupun politik untuk dapat memberikan bantuan pangan secara langsung maupun melalui organisasi internasional kepada Korut.
"Sementara mengenai masalah bantuan langsung, kami akan mempertimbangkannya dengan mengumpulkan pendapat dari warga," tambahnya.
Menurut Presiden Korsel Moon Jae-in, dengan pemberian bantuan diharapkan akan dapat membantu menghidupkan kembali diplomasi dengan Pyongyang, yang sempat mengalami kemunduran setelah pertemuan antara Kim Jong Un dengan Presiden AS Donald Trump di Hanoi, Februari lalu tidak berjalan lancar. Namun upaya pemerintah Korsel untuk mengambil langkah nyata terhadap rencana ini terhambat keputusan Pyongyang yang kembali melakukan uji coba rudal baru-baru ini.
Kantor berita Korea Utara, KCNA, Rabu (15/5) pekan lalu melaporkan, rata-rata hujan turun di negara itu telah mengalami level terendah sejak 1982. Dua hari sebelumnya, surat kabar pemerintah, Rodong Sinmun melaporkan curah hujan di Korut mengalami tingkat terendah sejak 1917.
Menurut Badan pangan AS, awal Mei sekitar 10 juta orang mengalami kekurangan pangan setelah Korut mengalami musim panen terburuk dalam satu dekade terakhir. Pemerintah Pyongyang juga telah berkampanye untuk mendesak agar petani melakukan usaha terbaik dalam menumbuhkan tanaman pangan mereka tahun ini. Korsel terakhir kali memberi bantuan kemanusiaan kepada Korut melalui badan internasional pada 2015. (ap/es)