Pertemuan di Senayan

Jokowi-Prabowo Makan Sate Bersama

jokowi-prabowo-makan-sate-bersama

Jakarta, (Analisa). Presiden terpilih Joko Widodo dan Calon Presiden Prabowo Subianto makan sate bersama sebagai menu santap siang di salah satu pusat perbelanjaan di Senayan, Jakarta pada Sabtu (13/7). Keduanya tiba sekitar pukul 10.40 WIB di restoran yang sudah dipenuhi warga tersebut.

Warga pun berteriak-teriak me­nyam­­but keduanya hingga harus ber­dorongan dengan wartawan yang me­liput. Dalam pertemuan tersebut Joko­wi didampingi Sekretaris Kabinet Pra­mono Anung, Kepala BIN Budi Guna­wan, Menteri Perhubungan Budi Kar­ya Sumadi, sedangkan dari kubu BPN Ahmad Muzani Dasco Ahmad, Edy Prabowo

Jokowi-Prabowo sebelumnya me­naiki Moda Raya Terpadu (MRT) dari stasiun Lebak Bulus pada sekitar pukul 10.12 WIB. Mereka menaiki MRT se­lama sekitar 15 menit hingga turun di stasiun MRT Senayan yang berde­katan dengan FX Mall.

Pertemuan itu merupakan pertemu­an pertama setelah 15 hari yang lalu Mahkamah Konstitusi memutuskan menolak gugatan Perselisihan Hasil Pe­mi­lihan Umum (PHPU) yang diaju­kan Prabowo-Sandi, sehingga memu­tus­kan Jokowi-Ma'ruf Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia terpilih.

Dalam konferensi pers di Stasiun MRT Senayan, Jokowi mengatakan pertemuannya dengan Prabowo adalah pertemuan dua orang sahabat.

Menyahuti itu, Prabowo mengung­kap­kan, "Saudara-saudara, dikatakan beliau bahwa kita bersahabat dan kita berkawan. Memang kenyataan seperti itu, jadi kalau kita kadang-kadang ber­sa­ing, kadang-kadang saling mengritik itu tuntutan politik dan demokrasi."

Ia pun mengakui bahwa kompetisi tersebut kadang keras. "Tetapi kita tetap dalam kerangka keluarga besar RI. Kita sama-sama anak bangsa. Kita sama-sama patriot dan sama-sama ingin berbuat terbaik untuk bangsa."

Prabowo juga mengucapkan sela­mat atas terpilihnya Jokowi sebagai Pre­si­den.  Juga menyatakan siap mem­bantu pemerintahan yang akan diben­tuk Joko Widodo bila diperlukan. "Ka­lau beliau mau ketemu saya, ya saya akan manfaatkan untuk menyampai­kan hal-hal demi kebaikan bersama."

Prabowo pun mengakui para pendu­kung­nya masih banyak yang emosio­nal. "Saya mengerti banyak yang mung­ kin masih emosional. Kita mengerti banyak hal yang kita harus perbaiki. Intinya saya berpendapat bahwa antara pemimpin kalau hubungan­nya baik kita bisa saling ingatkan. Jadi saya ucapkan selamat bekerja."

Prabowo pun kembali mengucap­kan selamat, menyalami hingga memeluk Jokowi yang sama-sama mengenakan kemeja putih.

"Menjadi presiden itu mengabdi. Masalah yang dipikul besar. Kami si­ap membantu kalau diperlukan. Mo­hon maaf kalau kita mengkritisi bapak sekali-sekali," tambahnya.

Cebong-Kampret

Joko Widodo dan Prabowo Subianto sepakat tidak ada lagi sebutan "cebong" dan "kampret" untuk para pendukungnya pascapertemuan tersebut. "Tidak ada lagi yang namanya cebong. Tidak ada lagi yang namanya kampret, yang ada adalah Garuda, Garuda Pancasila."

"Jadi saya sangat setuju. Sudah tidak ada cebong-cebong, tidak ada kampret-kampret. Semuanya Merah Putih," kata Prabowo.

Jokowi pun mengajak seluruh masyarakat untuk bersatu. "Marilah kita rajut, kita gerakkan kembali persatuan kita sebagai sebagai sebuah bangsa karena kompetisi global dan antar negara sekarang ini semakin ketat sehingga memerlukan sebuah kebersamaan dalam membangun negara yang kita cintai."

Jokowi mengatakan, pertemuan di MRT tersebut disepakati keduanya. "Sebetulnya pertemuan di manapun bisa. Di MRT bisa. mau di rumah Pak Prabowo bisa. di Istana bisa. Tapi kami sepakat memilih, sepakat."

Namun terkait apakah Gerindra bergabung dengan pemerintahan atau tidak, Jokowi mengaku harus membicarakannya lebih dulu dengan partai koalisi lainnya.

"Mengenai pembahasan koalisi saya harus omong apa adanya. Saya harus juga merundingkan mendiskusikan dengan sahabat-sahabat saya di koalisi Indonesia Kerja, ya saya kira Pak Prabowo juga melakukan hal yang sama. Dengan relawan juga akan saya diskusikan," tambah Jokowi.

Jokowi pun menyerukan seluruh pendukungnya dapat bergandengan tangan dengan pendukung Prabowo. "Saya kira kalau sudah melihat para pemimpinnya sudah bergandengan, mestinya pendukung sudah selesai dan bergandengan semuanya."

Makna Pertemuan

Pakar bahasa tubuh dan mikroekspresi Monica Kumalasari mengatakan, Jokowi yang menyukai hal-hal simbolik dinilai sengaja memilih MRT untuk menggam­barkan sebuah persatuan, sebab MRT terdiri dari beberapa gerbong yang disatukan untuk menuju arah yang sama.

"Kenapa MRT, bukan istana atau Hambalang? Itu sekalian buat nunjukkin kalau 'Ini lho, kalau gue kerja'. Simbolik selanjutnya adalah MRT berjalan di atas dua rel, seimbang jalannya, dan jalannya selalu ke depan bukan ke belakang," katanya.

Dia melanjutkan, "Kereta itu terdiri dari gerbong-gerbong yang disatukan oleh lokomotif menuju ke satu tujuan. Itu adalah pertanda yang bisa dicermati bahwa inilah gaya bahasa non-verbalnya Pak Jokowi."

Sementara, sate yang dipilih oleh Jokowi untuk acara makan bersama, menurut Monica, juga merupakan sebuah simbol yang maknanya serupa dengan kereta MRT. "Sate terdiri dari potongan-potongan daging atau ayam yang kemudian disatukan, ditusuk, dimakan jadi nikmat. Itu juga perlambangnya sama dengan gerbong kereta tadi."

"Dan di sini, kalau kita lihat juga, itu adalah tradisinya Indonesia kalau yang terkenal adalah sate. Kalau kedua tokoh itu adalah tokoh internasional sehingga sate lah, sate khas Senayan juga yang dipilih," tuturnya.

Pertemuan santai antara Jokowi dan Prabowo itu juga dianggap sebagai simbol perdamaian dengan cara yang sederhana dan sangat menunjukkan keindonesian kedua tokoh politik itu.

"(Pertemuan) itu karena berusaha memberikan kesan bahwa kedua tokoh sekaliber internasional itu sudah berdamai, sudah berekonsiliasi sehingga yang diharapkan secara ekonomi akan membaik, harga saham akan meningkat, dan sebagainya," ujar Monica. (Ant)

()

Baca Juga

Rekomendasi