Merangkul Kembali Warga Papua

merangkul-kembali-warga-papua

Oleh: Putra Kaslin Hutabarat MPd. Narasi berbau rasis kembali merobek persatuan bangsa ini. Kita tentu me­nye­sal­kan adanya peristiwa tidak seharusnya dialami oleh beberapa oknum maha­sis­wa di Malang dan Surabaya. Kesalah­paha­man yang meng­akibatkan adanya reaksi yang diung­kapkan oleh warga Pa­pua di Manokwari. Tentu bagi kita seba­gai rakyat Indonesia harus berhati-hati dalam menyikapi masalah konflik yang terjadi. Masalah rasisme yang sering di­ungkapkan oleh banyak media menjadi per­bincangan yang tidak pernah selesai di tanah air ini. Sebagai negara yang sa­ngat ber­ane­karagam dari segi suku, aga­ma, ras, budaya masih menjadi persoalan fundamental yang harus diselesaikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia sangatlah besar, meliputi wilayah dari Sabang-Merauke, tidak ada tawar mena­war untuk membeda-bedakan sesama anak bangsa dalam lingkup berbangsa dan bernegara.

Hakikatnya identitas budaya menja­di­kan manusia hidup lebih teratur dalam tatanan kehidupan yang telah diatur dan dise­pakati bersama. Bahkan kebera­ga­man ras di Indonesia menjadikan bangsa ini semakin unik, namun masih tetap mem­pertahankan sikap kerukunan antar iden­titas budaya. Identitas yang dimiliki­nya tidak menjadi persoalan baginya untuk dapat berbaur dengan kebudayaan dan identitas masyarakat lainnya. Be­gitu­lah uniknya bangsa ini, dengan luas wila­yah dan keragaman yang dimiliki ma­sih tetap bisa mempertahankan besar­nya wilayah NKRI, walaupun masih te­tap dihiasi adu domba di beberapa wila­yah perbatasan akibat politik global yang saling mempengaruhi situasi nasional suatu negara.

Peradaban yang telah dibangun oleh bangsa­ Indonesia pada dasarnya merupa­kan hasil dari kebudayaan yang dicip­takan melalui rasa, cipta dan karsanya sebagai wujud dari manusia yang berbudaya. Namun dengan kebudayaan yang dihasilkan menjadikan manusia mampu memahami kehidupan sosialnya secara utuh melalui identitas budaya yang dimilikinya, hingga pada akhirnya mewujudkan masyarakat dalam sebuah negara yang multikuturalisme.

Papua menjadi mutiara tidak hanya dalam beberapa syair bahasa, melainkan menjadi suatu realitas yang tidak bisa dipungkiri. Mulai dari kekayaan alam yang dimiliki, sejarah perjuangan, hingga keunikan budaya yang menyatu bagi NKRI. Keunikan Papua menjadi salah satu kekuatan penting bangsa ini dalam menjaga persatuan. Upaya-upaya untuk memajukan dan mensejahterakan masyarakat Papua telah banyak dila­kukan oleh pemerintah Indonesia. Persoalan rasisme menjadi musuh bersama di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat yang masih saja ada perlakuan tidak seharusnya bagi kaum minoritas kulit hitam.

Papua tetap Indonesia

Memaknai kita sebagai warga negara yang mempunyai identitas adalah salah satu cara untuk menyakinkan diri sebagai pribadi yang bernegara. Kita adalah rakyat Indonesia yang tak bisa terpisahkan dengan bumi pertiwi. Papua harus tetap kita jaga, setiap warga-masyarakatnya yang ada di seluruh tanah air harus diperlakukan sama, baik secara hukum, politik, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Bahkan kita dorong agar mereka mampu melangkah lebih maju dari ketertinggalan saat ini. Sudah saatnya elite politik dan generasi muda wajib menjunjung tinggi persaudaraan antarsesama anak bangsa yang didukung dengan sikap-sikap positif dalam menja­lani kehidupan berbangsa dan bernegara. Yang pada akhirnya tujuan dari semua­nya itu adalah untuk kebaikan diri kita semua dan kemajuan, serta kesejahteraan bangsa Indonesia. Dan itu merupakan salah satu tujuan sederhana yang man­faat luar biasa bagi kehidupan bangsa Indonesia.

Perjuangan merebut Irian Barat (Pa­pua) dari kekuasaan Belanda dan barat tidaklah mudah, di saat kemer­dekaan Republik Indonesia dikumandangkan. Belanda masih berkuasa dan berupaya untuk tetap mengambil alih Irian Barat. Kendati telah diadakan Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949 sebagai upaya pengakuan kemerdekaan Republik Indonesia dari Belanda, namun wilayah Irian Barat belum disertakan dalam agenda pengakuan kemerdekaan tersebut. Hing­ga puncak ketegangan Indonesia-Be­landa terjadi pada tanggal 19 Desember 1961, Bung Karno mengeluarkan perin­tah Trikora (Tri Komando Rakyat), yaitu me­ng­gagalkan pembentukan negara bo­neka Papua buatan Belanda dan sekutu, Kibarkan Sang Merah Putih di tanah Papua, bersiap untuk mobilisasi umum guna mempertahankan NKRI. Selanjut­nya pada 2 Januari 1962, Bung Karno mengeluarkan Keputusan No 1 Tahun 1962 untuk membentuk Komando Mandala Pembebasan Irian Barat yang dipimpin Mayor Jenderal Soeharto.

Hingga di akhir perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut Irian Barat dari cengkeraman kekuasaan Belanda, maka puncaknya pada 19 November 1969 keluarlah resolusi PBB Nomor 2504 yang menegaskan pengakuan wilayah Papua adalah milik NKRI. Bukanlah suatu hal yang instan dan begitu saja wilayah Papua bagian dari Indonesia, melainkan melalui perjuangan yang panjang. Setiap rakyat Indonesia harus memahami betapa pentingnya Papua bagi Indonesia, sehingga para founding fathers kita berjuang untuk merebut Irian Barat.

Presiden Jokowi menyikapi persoalan di Manokari dengan bijak, yakni menge­depankan upaya merangkul masyarakat Papua walaupun dalam keadaan emosi yang tidak stabil. Ungkapan dan ajakan yang dilakukan oleh Presiden setidaknya mampu membuat warga Papua bisa merasa dilindungi haknya. Di samping selama 5 tahun terakhir juga Papua men­dapatkan perhatian yang cukup dari pemerintah. Perlakuan tersebut juga harus dilakukan secara simultan, tidak parsial dan hanya terjadi pada satu aspek saja, melainkan harus secara keselu­ru­han. Papua memiliki persoalan yang jauh berbeda dengan daerah lain, sehingga harus dipahami pola-pola dan pendekatan persuasif untuk membangun kemajuan di tanah daerahnya.

Isu maupun peristiwa yang terjadi di Ma­lang dan Surabaya seharusnya men­jadi peristiwa terakhir yang dialami warga Papua, serta suku lain yang ada di Indonesia. Pendekatan parsial yang dila­­kukan hanya pada aspek pem­bangu­nan memang tentu belum bisa dikatakan se­bagai jaminan, melainkan harus dila­ku­­kan melalui pendekatan persatuan se­ba­gai satu bangsa. Sebagai satu bangsa tentunya upaya meredam konflik harus di­tanamkan secara dini bagi generasi muda. Penulis berharap, peme­rintah memfokuskan upaya membangun sum­ber­­­daya manusia yang unggul secara merata termasuk bagi warga Papua, tidak hanya pada infrastuktur se­mata. ***

Penulis Pengurus Bidang Pendidikan, Riset dan Teknologi BKPRMI Kabupaten Tapanuli Tengah.

()

Baca Juga

Rekomendasi