Kesuraman Wanita

kesuraman-wanita

Oleh : MH Heikal

WANITA sering disebut-sebut sebagai makhluk miste­rius. Mak­hluk yan tak mudah ditebak isi hatinya. Kebanya­kan cakap pula menyimpan rahasia. Di balik itu semua, wanita juga punya sisi ke­sura­man atau ketidakbahagiaan.

Pelukis Taras Loboda kira­nya hendak mengungkap peri­hal kesuraman ini dalam ka­rya-karyanya. Warna hitam yang men­dominasi lukisan­nya. Seolah menjelaskan, di ba­lik kecerahan wajah seorang wanita, ada begitu banyak ke­suraman dibelakangnya.

Taras Loboda lahir di Iva­no-Frankovsk, Ukraina pada 4 Mei 1961. Dia sebenarnya sekadar meneruskan apa yang sudah menjadi profesi keluar­ga­nya, sebagai seniman. Ayah­nya adalah I. I. Loboda. Satu dari tiga seniman Ukraina yang tenar di Galeri Roger Yost. Mereka membuat inspi­rasi dari dunia menarik yang muncul di Praha, yaitu “City of Spires”.

Sebagai anggota keluarga seniman dengan ayah terkenal, otomatis mempengaruhi per­kembangan Loboda. Keingi­nan­nya untuk menciptakan ka­rya seni tentu salah satu pe­ngaruh besarnya. Bahkan se­jak usia tiga tahun Loboda mu­lai terbiasa memegang kuas.

Di pendidikan lanjutnya, Loboda menempuh stu­di di Institut Seni Kiev (1979-1985). Sebelum me­mulai kuli­ah­nya, dia sempat menghadiri Studio Zaretsky yang terkenal. Setelah itu, sejak 1993 dia ting­gal dan bekerja di Praha, Re­publik Ceko.

Loboda adalah pelukis yang mampu menyu­sun kom­posisi secara tematik. Bila me­nelisik lebih jauh, Loboda me­ngembangkan tiga tema dalam lukisannya. Antara lain potret, peman­dangan dan hantu.

Dalam melukis potret, Lo­boda menampilkan tokoh se­orang wanita. Wanita yang can­tik, berwajah putih dan ce­rah, dibalut pakaian berwarna sebaliknya, merah atau hitam. Warna hitam yang menjadi latar, begitu kontras ditimpa dengan warna merah yang merekah. Begitupun, usaha Loboda menampilkan kesura­m­an wanita tampak cukup ber­hasil.

Fantasi Loboda bermain atas wanita-wanita yang di­lukisnya. Dia menggambarkan wanita asing yang tentu ter­cipta secara alami diatas kan­vas. Walau demikian, wanita yang hanya lukisan itu tampak begitu nyata. Seolah wanita itu pernah hidup sekarang atau sebelumnya. Apakah Loboda berusaha menghadirkan wajah wanita bagi masa mendatang? Mungkin saja.

Wajah wanita yang dilukis begitu elok dan estetik. Kira­nya setiap wanita mendam­bakan memiliki wajah seperti itu. Detail wajah yang begitu akurat membuktikan bahwa Loboda sebagai seniman yang tekun.

Dalam lukisan Mermaids misalnya, Loboda menggam­bar­kan dua orang wanita can­tik menyembul diatas air. Di kepala mereka terangkai mah­kota dari bunga-bunga. Sela­yaknya danau, air itu meman­tul­kan diri mereka. Tampak­nya kedua wanita ini tengah mengagumi satu sama lain. Wanita yang berambut pirang memperlihatkan kekhawatiran dari matanya.

Air yang hitam barangkali hendak mengung­kap kegela­pan. Wanita lainnya berusaha menenangkannya. Memang, wanita ketika ber­sama dengan wanita akan lebih mudah te­r­buka. Segala keresahan, hati yang terganjal dan kemuraman mendapat ruang untuk disam­pai­kan.

Pada lukisan Xiaoyu, Lobo­da menampilkan sosok wanita Asia. Lehernya yang begitu jenjang dengan rambut yang berkibar mem­buatnya tampil memikat. Mengapa ada warna merah dirambutnya, apakah maknanya itu berarti darah? Bisa jadi. Sebab wanita bia­sanya orang yang sering ter­luka dan mengalah. Wanita menyimpan lukanya secara di­am-diam.

Dari sini dapat kita nilai bahwa Loboda memilih cat sesuai dengan prinsip kontras. Dia tak ragu memilihnya demi mencapai tujuan cahaya yang ekspresif. Warna lukisannya mentransmisikan keyakinan atas substansi dan perasaan. Singkatnya, lukisan Loboda di­sempurnakan dengan cara pencahayaan yang memikat.

Ruang yang diciptakan Lo­boda dalam lukisannya adalah ruang yang kaku dan tidak ber­gerak. Terkesan agak dingin, dalam dan penuh emosional. Sikap ini membuat penonton yang melihat lukisannya mera­sakan hal sama.

Loboda benar-benar mena­rik penonton lukisannya di si­ni. Menariknya keluar dari lingkungan dan kehidupan sehari-hari. Untuk merayu pe­nonton dengan mendukung kegugu­pan batinnya, harapan yang ternoda, Loboda sangat pandai dalam hal itu.

Taras Loboda yang terlatih secara klasik, telah menemu­kan tempatnya di ruang seni post-modernis Eropa. Secara konsisten dia terus memperta­han­kannya dengan terus ber­karya. Meski karyanya me­nam­pilkan kesuraman, pada nyatanya Loboda tak begitu. Gairah seninya begitu hidup, terlihat dari wajah-wajah indah yang dilukisnya.

()

Baca Juga

Rekomendasi