Sosialisasi 4 Pilar Lewat Kasus Pandemi Covid-19

Sosialisasi 4 Pilar Lewat Kasus Pandemi Covid-19
Anggota MPR, dr. Sofyan Tan berfoto bersama peserta kegiatan Sosialisasi 4 Pilar di Perguruan Sultan Iskandar Muda, Medan Sunggal, Selasa (23/6) (Dok. Perguruan Sultan Iskandar Muda)

Analisadaily.com – Medan Ada yang unik dari kegiatan Sosialisasi 4 Pilar yang dilakukan anggota MPR RI, dr. Sofyan Tan kali ini. Di depan seratus lebih tokoh pemuda yang berkumpul di Aula Bung Karno, Perguruan Sultan Iskandar Muda, Medan Sunggal, Selasa (23/6), ia tak lagi memaparkan Falsafah Pancasila, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika dan UUD 1945, tapi ia berkisah tentang penderitaan orang yang dinyatakan tertular virus corona.

Rasa sakit katanya sudah dimulai saat paramedis mengambil cairan di ujung tenggorokan dan hidung. Namun rasa sakit sesungguhnya mulai dirasakan saat orang yang dinyatakan positif corona itu harus menjalani karantina di rumah sakit.

"Selain tak bisa dijenguk atau bertemu langsung keluarga, saat bernafas ia juga dibantu selang ventilator yang dimasukkan lewat mulut ke paru-paru," tutur Sofyan Tan, yang meraih sarjana kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia (UMI) Medan itu. Jika tengah malam pasien sadar atau terbangun, ia tak menemukan orang-orang tercinta berada di dekatnya, seperti kalau pasien yang tengah diopname di rumah sakit umumnya.

Ia hanya terbaring sendirian betteman rasa sepi, kadang terhibur saat datang tenaga paramedis. Rasa sepi, juga rasa sedih, tak pernah ia ketahui kapan berakhirnya. Bisa sebulan, bisa lebih, sampai tim medis menyatakan sembuh total. Atau ia bahkan tak tahu sama sekali karena roh sudah meninggalkan raga.

Masih Banyak Anggap Enteng

"Saya sengaja menceritakan kisah ini lebih vulgar, agar kita sadar benar dengan ancaman virus coronanini," katanya. Sofyan Tan menengarai, dewasa ini masih banyak anggota masyarakat yang terkesan menganggap enteng penularan virus corona. Padahal tiap detik, data orang yang terpapar virus corona terus merangkak naik. Di tingkat dunia, sudah 19 juta lebih orang yang positif corona, sedang di Indonesia, sudah 47.000, dan sepertinya masih akan terus bertambah.

Sampai kapan penularan itu berakhir, menurut dt. Sofyan Tan tergantung dari daya adaptasi masyarakat memasuki era kenormalan baru (new era), yang oleh Presiden Joko Widodo, diistilahkan sebagai "berdamai" dengan virus corona.

Budayakan Hidup Bersih dan Sehat

"Artinya, hidup di era kenormalan baru adalah membiasakan diri hidup dengan protokol kesehatan atau terbiasa hidup bersih dan sehat," ujarnya. Masyarakat wajib memakai masker saat berada di ruang publik, menjaga jarak, sering mencuci tangan sampai bersih, mngonsumsi makanan yangsehat dan berolahraga untuk menjaga kesehatan. Seluruh agama yang dianut masyarakat, menurutnya mengajarkan umatnya untuk hidup bersih.

"Jadi budaya hidup bersih dan sehat itu pencerminan dari pelaksanaan nilai pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa," katanya. Mengamalkan budaya hidup bersih, menurutnya juga sekaligus mengamalkan sila kedua Pancasila, yakni menjadikan diri sendiri tidak menjadi sumber penularan Covid-19.

Namun menurut politisi PDI Perjuangan itu, pandemi covid-19 tak hanya menjadi ancaman bagi mortalitas, tapi juga makin memberatkan ekonomi warga miskin kota. Tergerak melihat keadaan itu, baik dalam kapasitas sebagai anggota dewan dan bergandeng tangan dengan organisasi kemasyarakatan lain seperti Lions Club, Sofyan Tan telah berkali memberikan ribuan paket sembako bagi warga miskin kota.

"Ini wujud dari pengalaman sila kelima Pancasila," katanya. Sedang pengejawantahan sila keempat Pancasila diwujudkan lewat musyarawarah para yang dilakukan tokoh-tokoh masyarakat untuk menentukan warga yang hendak diberi bantuan.

"Karena merekalah yang paling tahu warga miskin kota yang perlu dibantu di tengah era pandemi covid-19 ini," katanya. (Ja).

(JA)

Baca Juga

Rekomendasi