Negara-negara Eropa Kecam Serangan Udara Israel di Jalur Gaza

Negara-negara Eropa Kecam Serangan Udara Israel di Jalur Gaza
Warga berada di antara reruntuhan bangunan di kawasan permukiman Shuja'iyya, sebelah timur Kota Gaza, pada 18 Maret 2025. (ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad)

Analisadaily.com, Valetta - Negara-negara Eropa mengecam keras serangan udara mematikan terbaru Israel di Jalur Gaza dan menyerukan penghentian pertikaian sesegera mungkin.

Menurut otoritas kesehatan yang berbasis di Gaza, serangan udara yang dilancarkan pada Selasa (18/3) pagi waktu setempat itu menewaskan sedikitnya 413 warga Palestina dan melukai 562 lainnya.

"Uni Eropa (EU) mendesak Israel untuk menghentikan operasi militer mereka dan menegaskan kembali seruannya untuk pembebasan segera semua sandera yang ditahan oleh Hamas," menurut pernyataan bersama yang dikeluarkan pada Selasa oleh Kaja Kallas, perwakilan tinggi UE untuk urusan luar negeri dan kebijakan keamanan, bersama dengan komisioner EU Dubravka Suica dan Hadja Lahbib.

EU menyerukan Israel untuk menahan diri dan mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan serta listrik ke Gaza tanpa hambatan.

"Kami menyerukan kepada semua pihak untuk mematuhi kewajiban mereka di bawah hukum kemanusiaan internasional. EU meyakini bahwa kembali melanjutkan negosiasi merupakan satu-satunya jalan ke depan," papar pernyataan tersebut dilansir dari Antara, Rabu (19/3).

"Prancis menyerukan untuk segera menghentikan pertikaian, yang membahayakan upaya pembebasan para sandera dan mengancam nyawa penduduk sipil di Gaza," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Prancis dalam sebuah konferensi pers daring.

PM Malta Robert Abela mengecam keras "serangan barbar" di Gaza dalam sebuah unggahan di media sosial X.

"Atas nama pemerintah Malta, saya mengecam keras serangan barbar ini. Saya tidak dapat cukup tekankan upaya Malta demi terciptanya perdamaian, di Gaza, Ukraina, dan lokasi lainnya."

Pemerintah Prancis mendesak semua pihak untuk menghormati gencatan senjata dan terlibat dalam upaya negosiasi guna memastikan keberlanjutannya. Selain itu, Prancis juga menyerukan kepada otoritas Israel untuk melindungi warga sipil dan mengizinkan akses terhadap air, listrik, serta bantuan kemanusiaan.

Berbicara di depan Parlemen Italia menjelang pertemuan Dewan Eropa pekan ini di Brussel, Perdana Menteri (PM) Italia Giorgia Meloni menyampaikan kekhawatiran mendalam atas pertempuran yang kembali terjadi di Gaza. Dia menyerukan gencatan senjata sesegera mungkin dan mendesak semua pihak memprioritaskan perdamaian serta bantuan kemanusiaan.

"Kami memantau dengan kekhawatiran mendalam atas pertempuran yang kembali terjadi di Gaza," ungkap Meloni. Ini membahayakan tujuan perdamaian yang sedang kita upayakan bersama, termasuk pembebasan semua sandera, penghentian pertikaian secara permanen, dan kembalinya bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Serangan tersebut, yang mengakhiri gencatan senjata selama hampir dua bulan, terjadi di tengah negosiasi tidak langsung yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas dengan tujuan mencapai kesepakatan gencatan senjata baru yang dapat mencakup pembebasan sandera dan penghentian pertikaian.

Slovenia juga menyerukan kepada Israel untuk segera menghentikan semua operasi.

"Semua pihak harus kembali melakukan negosiasi yang mengarah pada perdamaian abadi dan solusi dua negara," kata Kementerian Luar Negeri negara tersebut dalam sebuah unggahan di media sosial X.

Kementerian tersebut juga mendesak Israel untuk "segera menghentikan semua operasi militer dan mengizinkan semua sandera untuk dikembalikan," serta menyerukan pemulihan akses kemanusiaan secara penuh.

Ketika berbicara kepada awak media di New Delhi setelah pidatonya di konferensi multilateral Raisina Dialogue yang digelar di India, Menteri Luar Negeri Slovakia Juraj Blanar mengungkapkan kekhawatirannya atas perkembangan terbaru di Gaza. Dia menyebutkan gencatan senjata sebelumnya terbukti rapuh dan menekankan perlunya mematuhi hukum internasional untuk menyelesaikan konflik tersebut.

Serangan tersebut, yang mengakhiri gencatan senjata selama hampir dua bulan, terjadi di tengah negosiasi tidak langsung yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas dengan tujuan mencapai kesepakatan gencatan senjata baru yang dapat mencakup pembebasan sandera dan penghentian pertikaian.

(ANT/CSP)

Baca Juga

Rekomendasi