Harian Analisa, 09 Agustus 2022 - page 12

Selasa, 9 Agustus 2022
Halaman
12
BAPPENAS:
Masa suram ekonomi RI telah berakhir.
- Masa sih?
ooOoo
MENKO
Marinves: Utang Indonesia terkecil di dunia.
- Jangan dijadikan hobi...hehehe.
ooOoo
BMKG:
Perubahan iklim ancam ketahanan pangan.
- Perubahan lahan juga.
ooOoo
Konsentrasi Perekonomian
WAJAH
wilayah utama atau kontributor pertumbuhan
ekonomi Indonesia sampai saat ini belum banyak berubah.
Pulau Jawa masih menjadi penyumbang terbesar. Badan
Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, perekonomian Indo-
nesia pada Triwulan II-2022 masih terkonsentrasi di pulau
ini. Kontribusi ini terlihat dari dominasi kelompok provinsi
di Jawa terhadap produk domestik bruto (PDB). Dari total
pertumbuhan, Pulau Jawa memberikan kontribusi terhadap
PDB sebesar 56,55 persen, kata Kepala BPS, Margo
Yuwono, akhir pekan lalu. Pendorong utama pertumbunan
di pulau ini adalah sektor industri dan perdagangan.
Setelah Jawa, Pulau Sumatera berada di posisi
berikutnya. Pulau ini memberi kontribusi sebesar 22 persen
lebih. Sektor perdagangan dan pertanian menjadi
pendorong utama. Berikutnya adalah Kalimantan yang
menyumbang 9 persen lebih bagi PDB Indonesia dengan
pendorongnya sektor pertambangan dan perdagangan.
Setelahnya Sulawesi dengan menyumbang 7,1 persen
terhadap PDB nasional yang didorong oleh sektor industri
dan perdagangan. Pulau Bali dan Nusa Tenggara
menyumbang 2,73 persen yang didorong oleh sektor
pertambangan serta akomodasi dan makan-minum.
Terakhir adalah Maluku dan Papua dengan kontribusi
sebesar 2,51 persen terhadap PDB dari andil sektor
pertambangan dan industri.
Meski data di atas merupakan data pertumbuhan
ekonomi Triwulan II-2022, namun data tersebut merupakan
cerminan dari kondisi dan konsetrasi perekonomian
nasional selama ini. Sejak masa penjajahan hingga
sekarang, setelah Indonesia merdeka 77 tahun, belum
terjadi perubahan yang cukup signifikan. Pulau Jawa masih
menjadi magnet utama perekonomian nasional. Investor,
baik dalam negeri maupun asing, pun lebih tertarik untuk
menanamkan modalnya di pulau terpadat di Indonesia ini
dibandingkan daerah lain.
Kondisi ini bisa dipahami. Sebab, apabila dibandingkan
pulau-pulau besar utama lainnya di Indonesia, Pulau Jawa
memang masih dan jauh lebih maju dalam berbagai sektor.
Jawa memiliki banyak keunggulan komparatif. Misalnya,
infrastruktur yang ada jauh lebih baik. Demikian pula
dengan jumlah maupun kualitas sumber daya manusia
(SDM) yang ada—lebih dari setengah total populasi Indo-
nesia berada di pulau ini.
Bagaimanapun, struktur perekonomian domestik secara
spasial ini harus diubah. Demi kebaikan Pulau Jawa itu
sendiri dan masa depan negara serta bangsa Indonesia.
Akibat besarnya daya tarik perekonomiannya itu, Pulau
Jawa selama ini selalu menjadi tujuan utama arus
urbanisasi. Akibatnya, beban yang ditanggung pulau ini
sangat berat dari waktu ke waktu. Bila gagal diatasi, beban
itu justru menjadi petaka pada masa depan. Di sisi lain,
pulau-pulau besar dan utama di Indonesia masih sangat
terbuka untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan
perekonomian nasional yang baru. Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, dan Papua menawarkan banyak potensi
perekonomian yang jika dikelola dengan baik, optimal dan
berkelanjutan, dipastikan tumbuh sebagai kekuatan
ekonomi yang bahkan bisa mengungguli Pulau Jawa.
Lebih dari itu, perubahan struktur perekonomian
domestik ini juga adalah amanat konstitusi. Pembangunan
yang dilakukan wajib bersifat adil dan merata bagi seluruh
rakyat Indonesia. Tidak boleh ada yang ditinggalkan.
Jangan ada yang merasa dianaktirikan. Keadilan sosial
harus dapat dinikmati seluruh rakyat Indonesia dari Sabang
sampai Merauke.
Mengubah kondisi yang ada seperti di atas memang
tidak mudah. Akan tetapi, wajib diupayakan. Dalam konteks
ini, kebijakan pembangunan yang dilakukan pemerintahan
sekarang bisa menjadi harapan. Pemerintah bertekad
memajukan pembangunan dari wilayah pinggiran. Desa
di seluruh Indonesia dijadikan sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi. Pembangunan berbagai infrastruktur transportasi
dan perhubungan, pertanian, teknologi informasi dan
sebagainya dipacu di banyak pulau luar Jawa. Bahkan,
ibukota negara juga dipindahkan ke Kalimantan. Kita harus
mengakui, banyak kemajuan, terutama infrastruktur, dalam
satu dasawarsa terakhir.
Meski mulai dirasakan, kemajuan itu belum terasa opti-
mal. Hal ini benar adanya. Menurut perkiraan, capaian
besar dari kemajuan itu mulai dirasakan paling lambat
sekitar 5-10 tahun mendatang. Seturut itu, kita harapkan
juga bahwa seluruh wilayah Indonesia luar Jawa akan
mengalami lompatan kemajuan ekonomi. Muaranya tentu
saja mulai bergesernya konsentrasi pertumbuhan ekonomi
secara spasial. Tidak lagi hanya di Jawa, melainkan merata
di seluruh Indonesia. Masing-masing dapat berkembang
dan maju sesuai keunggulannya.
Penerbit
: PT. Media Warta Kencana
Pemimpin Umum : Supandi Kusuma
Pemimpin Perusahaan : Sujito Sukirman
Pemimpin Redaksi/
Penanggung Jawab
: H. Soffyan
Wakil Pemimpin Redaksi: War Djamil
Managing Editor
: Paulus M. Tjukrono
Sekretaris Redaksi
: Guntur Adi Sukma
Redaktur
: Anthony Limtan, H. Hermansyah, SR. Hamonangan
Panggabean, Hendar Tusmin, Saurma, Tengku
Kamarulzaman, Rizal Rudi Surya, Zulnaidi, J Anto,
M. Ali Akbar, Hendra Irawan, Dina Nurbetty.
Anggota Redaksi
: Faisal Pardede, Fahrin Malau,Amru Lubis,Mahjijah
Chair, Suhayri Ramadan, M. Syahrial Mukmin,
JaholongSitanggang,Bardansyah,BambangRiyanto,
Nirwansyah Sukartara, Syafitri Tambunan, Yogi
Yuwasta,AdelinaSavitri Lubis, EkoSatriaHandoko,
Indah Pratiwi, Irin Juwita, Nur Akmal, Ahmad
Nugraha Putra, Rudi Saputra.
Fotografer
: Junaidi Gandy, Qodrat Al-Qadri.
T e r b i t
: Seminggu 7 kali
Tarip Iklan
: Rp. 13.000,- per mm/kolom (umum)
Rp. 12.000,- per mm/kolom (kabar dukacita)
A l a m a t
: Jl. Jend. A. Yani No. 35-49 Medan 20111
Kotak Pos : 1481, Telex No. 51326
T e l e p o n
: Redaksi : (061) 4156655 (5 saluran)
Fax. (061) 4534116.
Tata Usaha : (061) 4154711 (5 saluran), 4513554,
4524136, 4534279. Fax. (061) 4151436.
Perwakilan Jakarta
: Jalan Petojo Selatan 13 No. 16 Cideng Jakarta Pusat
Tel. (021) 22638895
S I U P P
: SK.MenpenNo.023/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1985
Tanggal 24 Desember 1985
Dicetak Oleh
: PT. SURYA MASABADI MAKMUR
Jl. Pulau Solor KIM II Mabar - Deliserdang
HARIAN
Peran Komunikasi dalam
Mencegah Disorganisasi Keluarga
Ibu Memasak Gulai, Profesi
Harus Mengalir
MINGGU
pagiitu,istrikumenya-
jikannasigorengpakaitelur.Airliurku
berdesir, dan segera kucicipi. Usai
itu, masih disorong secangkir kopi
asal Mandailing yang mendunia.
Betul-betul pagi yang indah. Seraya
menyeruput kopi, saya membaca
beberapa suratkabar pagi, Bah,
peristiwa yang sama ditulis secara
seragam dan tidak berbeda. Bahkan,
hingga ke titik komanya. Rupanya,
budaya copy paste masih laris manis.
Jurnalis tidak lagi bersaing meliput
beritadengankeunggulankomparatif.
Rilis pun dimuat bulat-bulat. Tanpa
dikembangkan.
Fenomena ini sudah bertahun-
tahun.Memang,lebihmudahtakperlu
repot-repot. Copy paste dari kolega,
lalu layangkan ke redaksi. Para
redaktur hanya memperbaiki ejaan
yang salah, atau yang typo. Dia baru
tahuberitacopypasteitusetelahkoran
terbit pagi harinya. Nasi sudah
menjadi bubur. Apa boleh buat.
Apa yang pernah diajarkan oleh
wartawan kawakan Rosihan Anwar,
tentangberitayangberwarnadanme-
mikat, tak lagi berjejak. Judul-judul-
nya pun klise, formal. Orang pun tak
meneruskan membacanya. Copy
paste saya kira adalah pengkhianatan
terhadap profesi. Coba, dia nekad
menyetor berita ke redaksi, tapi tak
pernahmeliputnya.Wah,inimembo-
hongi diri sendiri.
Sukar rasanya menemukan para
wartawan berlomba-lomba menulis
berita dari hasil liputan yang menda-
lam. Saya ingat dulu di era 1970-an,
berbagai wartawan berbagai media
berlomba-lomba membuat “laporan
khusus.” Tulisannya berbau features
news.Meskitaksepenuhnya,minimal
semi feature. Inilah, artikel yang
kreatif, kadang-kadang subyektif,
untuk membuat senang dan memberi
informasi kepada pembaca tentang
suatukejadian,atauaspekkehidupan.
Featurelenturdalamberbahasadan
bercerita. Penulis mampu “menghi-
bur” pembaca selain mengutarakan
datadanfakta.Pembacayangterhibur
akan membacanya hingga tuntas.
Seperti menulis cerpen saja. Hanya
bedanya, feature berdasarkan fakta,
sedangkan cerpen adalah fiksi.
Wah ternyata fenomena era 1970-
anitukinitaklagisustanaible.Padahal
feature news itu serasa senikmat nasi
Padang. Penuh reportase, deskripsi
sehinggapembacabakhadirlangsung
melihat peristiwa yang ditulis.
Seakan-akan ada theater of mind di
benak pembaca. Ramai pula dengan
berita human interest. Jika dalam
sistuasikekinian,misalnya,adagadis
cantik menjadi sopir transportasi on-
line. Berjilbab pula dan sudah sarja-
na.Padahal,diaputriseorangpejabat.
“Farfumdanpakaianku,sayabelisen-
diri.Malahbisamenabung,”katanya.
Ada kisah pejabat yang suka
membaca novel. Dia hapal kisah The
OLD MAN AND THE SEA karya
ErnestHemingway,pemenanghadiah
Pulitzer (1953), peraih Nobel Sastra
1954 itu. Kisah lelaki tua dan laut ini
memang inspirasional. Ada kebersa-
hajaan,kesabaran,kekuatanhati,serta
semangat yang tak pernah menyerah.
Menulis berita bagai seorang Ibu
memasak gulai. Agar gulainya enak
dan gurih, harus berbelanja dulu ke
pasar. Bahan-bahan yang dibeli dise-
suaikan dengan masakan yang diren-
canakan. Membeli lauk pauk berupa
ikan atau daging. Lengkap dengan
santan, cabai, minyak goreng, bumbu,
garam,kunyitdansebagainya.Bedanya,
wartawan berberbelanja informasi.
Reporter menggunakan mata,
telinga dan kreatifitas mengamati
peristiwa. Lalu, memvisualkannya
dalam kata-kata. Saya melamun, ada
pula berita tentang pasar tradisional
yang bersih. Dibeberkan tawar
menawar yang romantis. Tak ada
copet. Di berbagai pojok terlihat grup
pengamenberdendangmerdusembari
menyediakan kotak sumbangan.
Seandainya, berita-berita di surat
kabar diwarnai tulisan seperti itu,
media cetak tak perlu risau dengan
serbuanmediaonline.Soalnya,berita
koransudahmembuatpembacapuas,
dan ketagihan. Situasi stagnan itu
mungkin karena terlalu rutin bekerja
bertahun-tahun.Jenuh.Bosan.Ambil-
lah cuti biar refresh. Atau pindah pos
dan bertemu suasana dan tantangan
baru.
Jikaengkaubilangfaktorekonomi
karena digenjot pandemi corona dua
tahun, que sera sera. Banyak orang
terkena tempiasnya. Misalkan,
kesejahteraan memadai, belum tentu
ada jaminanberita-berita akan mena-
rik. Bisa-bisa terlena. Kecil teranja-
anja, besar terbawa bawa.
Tampaknya, diperlukan sistim
yang memacu jurnalis berprestasi.
Misalnya, ada jenjang prestasi A,B,
C dan D secara tiwulan, yang diaku-
mulasi secara tahunan. Lalu, disertai
reward dan punishment. Pendeknya,
segenapstakeholderharusmerumus-
kan problem solving. Otokritik pun
perlu. Cari solusi, dan eksekusi.
Profesi harus mengalir. Banyak jalan
menuju Roma! ***
Penulis adalah jurnalis di Medan
Oleh: Bersihar Lubis
I
ndonesia sampai saat ini masih
bergulat dengan masalah sosial
yang ada. Tidak dapat dipungkiri
negara dengan penduduk terbanyak
keempat di dunia dengan total populasi
sebesar 274,9 juta orang tentu mengha-
dapi yang namanya masalah sosial.
Masalah sosial diartikan dalam buku
SuatuPengantarSosiologiolehSoerjono
Soekanto(2013)sebagaiketidaksesuaian
antaraunsur-unsurkebudayaanatauma-
syarakat, yang mampu membahayakan
kehidupan kelompok sosial. Masalah
sosial dapat menghampiri lingkup kecil
seperti keluarga sampai lingkup besar
yang terjadi antar suku atau agama.
Keluarga merupakan unit terkecil di
masyarakatyangmemberikanstatusdan
menjadi rumah bagi seseorang. Namun
tidak hanya sebatas itu, keluarga
memiliki makna yang lebih dalam dan
berharga. Hubungan yang tercipta di
dalamnyabersifateratdanterdapatikatan
emosional yang kuat antaranggota
keluarga.Siapapundiduniaini,pastinya
ingin memiliki rumah yang hangat dan
harmonis. Akan tetapi, realitas yang ada
tidak sejalan dengan harapan manusia.
Di Indonesia, masalah sosial berupa
disorganisasikeluargaterusmencatatkan
pencapaiannya. Disorganisasi keluarga
ialah perpecahan yang menimpa sebuah
keluarga diakibatkan anggota dari
keluarga tersebut tidak dapat memenuhi
kewajibannya sesuai dengan peranan
sosialnya. Bentuk dari masalah sosial
yang satu ini diantaranya adalah unit
keluarga yang tidak lengkap karena
hubungan di luar pernikahan, renggang
atauputusnyahubunganpernikahan,dan
kurangnya komunikasi antara anggota
keluarga yang dikenal dengan empty
shell family
Pusat Data dan Informasi Kemen-
terianRImenyampaikanbahwasekspra
nikah pada remaja Indonesia cenderung
mengalamipeningkatandaritahun1991-
2012. Ini terjadi karena didorong oleh
rasa ingin tahu, terjadi begitu saja, dan
adanya pemaksaan dari pasangan untuk
melakukannya. Tingginya angka perni-
kahan dini membuat Indonesia berada
padaposisikeduasebagainegaradengan
pernikahandinitertinggidiASEANber-
dasarkan United Nations Development
Economics&SocialAffairstahun2010.
Dampak Negatif
Kehamilan pada remaja pastinya
berdampak negatif pada kesehatan
remaja itu sendiri dan bayinya, secara
sosialmaupunekonomi,yangmanaseks
pranikahmengantarkanpadakehamilan,
aborsi, dan pernikahan dini. Bertang-
gungjawab atas kehamilan pra nikah
dapat ditempuh dengan melakukan
pernikahan, akan tetapi realita memper-
lihatkan banyak juga yang tidak
bertanggungjawab atas perbuatan tak
bermoralnya sehingga sebagai ‘ayah’ ia
tidakmampumengisiperanansosialnya.
Pernikahan dini yang dilaksanakan
pun bertujuan menutupi kesalahan yang
telah dilakukan sepasang remaja yang
mana mampu berpengaruh terhadap
keluarga kecil yang mereka bangun.
Ketidakmatangan secara mental dan
finansial dapat menjadi momok mena-
kutkan bagi masa depan bayi. Tidak
sedikit kasus yang terjadi, pernikahan
dini berujung pada perceraian.
Maka dari itu, penting sekali bagi
orangtua untuk dapat berkomunikasi
dengan anak-anak mereka dalam
pencegahan seks atau kehamilan pra
nikah. Pendidikan seks sejak dini harus
dilakukan oleh orangtua agar anak
mengertitentangbagiantubuhyangtidak
boleh disentuh anak terhadap orang lain
ataupun sebaliknya, risiko hubungan
seksual di usia muda serta kemampuan
untuk menolak apabila diajak untuk
melakukan hubungan seksual. Dengan
kata lain, orangtua sebaiknya menjadi
teman diskusi mengenai kesehatan
reproduksi bagi anak dengan memba-
ngunsuasanarumahyangsalingterbuka
satu sama lain dan melakukan pendeka-
tan yang hangat.
Sedangkan putus atau renggangnya
hubungan pernikahan dapat disebabkan
oleh banyak faktor, di antaranya
perbedaan ras, agama, sosial atau
ekonomi yang dapat menimbulkan
konflik di antara pasangan suami istri.
Komunikasi yang tidak lancar akan
mempengaruhi hubunganmenjadi tidak
sehat karena dapat menumbuhkan rasa
curiga, tidak percaya, kekecewaan yang
mampu membuat seorang dapat ‘mele-
dak’ kapan saja dan menyakiti pasang-
annya secara verbal maupun fisik. Pada
akhirnya,masalahataukonflikyangkian
ditumpuk tanpa dikomunikasikan dan
dicari jalan keluarnya bisa berpotensi
pada perceraian.
Perceraian Meningkat
Perceraian meningkat sebesar 54%
daritahun2020ke2021(katadata.co.id)
dan berdasarkan Survei Dinamika
RumahTanggadiMasaCovidolehKom-
nas Perempuan (2020) mengemukakan
bahwa perceraian di Indonesia diaki-
batkankarenaperselisihanatauperteng-
karan,masalahekonomi,salahsatupihak
pasangan meninggalkan, kekerasan
dalamrumahtangga,danfaktorlainnya.
Komunikasi menempati peran strate-
gisdalammembangunhubunganhangat
antaranggota keluarga. Kurangnya ko-
munikasi yang terjalin dapat membuat
hubungan keluarga menjadi renggang
bahkanterputus.Kesibukanbekerjahing-
ga melewati momen berharga dengan
keluarga, terlalu fokus dengan teman-
teman,jarangmemilikikebersamaande-
ngan keluarga serta sikap ego yang tidak
dapat mengalah dapat menjadi sebab
minimnya intensitas komunikasi yang
terjalin.
Emptyshellfamilyyangmenjadisalah
satu bentuk disorganisasi keluarga
membawa pengaruh pada mental
orangtua dan juga anak dalam keluarga.
Pada hakikatnya, diri manusia memiliki
motifcintaialahrasamencintaidaningin
dicintai yang berperan esensial bagi
pertumbuhan kepribadian seseorang.
Berbagai penelitian membuktikan
kebutuhan kasih sayang yang tidak
terpenuhi akan menimbulkan perilaku
manusia yang kurang baik, orang akan
menjadi agresif, frustasi bahkan dapat
melakukan tindakan bunuh diri.
Komunikasi dapat dilakukan dengan
memanfaatkan teknologi komunikasi
media baru di era digital ini. Geografis
tidak lagi menjadi hambatan dalam
berkomunikasi dengan orang terkasih.
Hadirnya teknologi canggih sangat
membantu komunikasi yang terjadi
dalam keluarga. Walaupun jarak memi-
sahkan,namuntetapdekatdihatiapabila
sering meluangkan waktu untuk berbi-
cara atau berinteraksi dengan keluarga.
Cara lain untukmembangun komuni-
kasi hangat dengan keluarga ialah “No
screentime”ataulebihtepatnyamenjauhi
smartphone dan fokus bercengkerama
dengan anggota keluarga saat family
time. Jangan sampai raga di tempat,
namun pikirannya melayang ke tempat
lain. Seringkali ini dilakukan oleh anak-
anakmuda, generasi millenial dan gen Z
yang menghabiskan sepanjang harinya
di depan layar dan tidak peduli dengan
orang di sekelilingnya.
Anak Jadi Korban
Anak akan menjadi korban dari
perpecahan keluarga karena berdampak
secara psikis, sosial dan ekonomi.
Tempat yang ia rasa paling aman dan
dipercaya malah menjadi tempat yang
memberi luka paling dalam. Tak sedikit
anak-anak dari keluarga yang tidak
harmonismencarikesana-kemaritempat
berpulangnya mereka. Sehingga sering-
kali mereka terjerumus ke dalam dunia
gelap yang dapat menghancurkan masa
depan mereka. Anak-anak yang menga-
lami perpecahan keluarga berpotensi
melakukanmasalahsosiallainnyaseperti
kenakalan remaja dan pergaulan bebas.
Walau banyak juga, anak yang menga-
lami disorganisasi keluarga berhasil
memiliki masa depan cerah dan karakter
yang baik.
Sehingga perlu diingat bahwa meng-
ambil keputusan untuk berhubungan
denganoranglainatausebuahpernikahan
haruslah dipikirkan secara matang.
Jangan sampai menikah hanya karena
pandangan orang-orang sekitar yang
mengatakanmenikahharusdiusiasegini,
stigma yang menyebar di masyarakat
apabila melewati patokan umur yang
disepakati, dan sebagainya.
Pada dasarnya, diri sendiri yang
menjalani sebuah pernikahan nantinya.
Jangan memaksa untuk nikah muda,
karenabanyakjugayangberakhirdengan
ceraimuda.Janganjugamenikahdengan
usia yang terlalu matang dengan
pertimbangan masa subur reproduksi.
Hate Speech
K
ehadiran media sosial
(medsos) “ngeri-ngeri
sedap.” Disatu sisi medsos
ini menjanjikan banyak manfaat, tapi
di sisi lain justru gawat. Memang
denganmedsos banyak kawan didapat,
yang jauh jadi dekat, yang lama jadi
cepat, yang bertele-tele bisa jadi
singkat.Tapigawatnyamedsosinijuga
penuh mudarat. Karena yang baik bisa
jadi jahat, saling umpat, berita bohong,
ujaran kebencian, pencemaran nama
baik, bahkan ada pornografi shahwat.
Apalagi saat pemilu berlangsung,
medsos adalah senjata memperoleh
suara atau sebagai media pembunuh
saingan. Untuk yang terahir ini nama-
nya ujaran kebencian atau “hate
Speech” Pemilu Presiden dan Kepala
Daerah menyeret media sosial ke
dalam arus kampanye negative. Aki-
batnya muncul peristiwa kekerasan
dan perundungan. Tampil kalimat,
kata atau gambar yang mengandung
ujaran kebencian, pencemaran nama
baik dan berita hoaks.
Hate Speech
Hate Speech adalah tindakan
komunikasiyangdilakukanolehsuatu
individu atau kelompok dalam bentuk
provokasi, hasutan, merendahkan,
diskriminatif,ataupunhinaandanpen-
cemaran nama kepada individu atau
kelompok yang lain. Isi komunikasi
telah melanggar berbagai aspek tatan-
an kehidupan seperti ras, warna kulit,
etnis, gender, cacat, orientasi seksual,
kewarganegaraan. (Defamation).
Karena berbahaya hate speech
menimbulkan perseteruan bahkan
peperangan, maka PBB yang pada
tahun 1966 mengeluarkan peraturan
Internasional;“InternationalCovenant
on Civil and Political Rights (ICCPR)
yang melarang kampanye kebencian
terhadap kelompok kebangsaan, ras
dan agama yang bersifat dorongan
(incitement) kepada tindak diskrimi-
nasi, permusuhan dan kekerasan.”
Komentar “comen” menurut KBBI
merupakan sebuah ulasan atau
tanggapan atas berita, pidato, dan
sebagainya untuk menerangkan atau
menjelaskan. Sehingga, berkomentar
dapat disebut sebagai kegiatan
mengulas atau menanggapi. Berko-
mentar merupakan suatu hal yang
wajar,sebagaibentukcurahanekspresi
suatu individu. Bahkan berkomentar
ilmu agama yang benar dapat mendu-
lang pahala. (tausyiah).
Namun, tidak jarang komentar
dalam media sosial kerap menggiring
suatu tren untuk memberikan hujatan
atau ujaran kebencian pada suatu
individu atau kelompok. “Tidak terse-
dianyapembatasanpertimbanganbaik
danburukdalamberkomentarmenjadi
awal penyalahgunaan media sosial di
eragawai”(Ningrum,2018).Halterse-
but tentu saja dapat mengakibatkan
kegaduhan, hingga kekerasan.
Banyak individu yang memberikan
hujatan dengan kedok mengkritik.
Merekaberdalihmenyampaikansuatu
pesanuntukmemperbaikisesuatuyang
dianggap salah pada orang lain atau
Pemerintah. Sayangnya, hal yang
disebut kritik tersebut cenderung
mengarah terhadap penghinaan.
Bahkan ada juga yang sekadar ikut-
ikutan mengkritik tanpa mengetahui
pokok permasalahan. (Just follow).
Padahal dampak hate speech bagi
para korban dapat sangat berbahaya.
Karena ujaran kebencian terhadap
seseorang yang diunggah status/
dishare akan terlihat publik. Hal
tersebut dapat menimbulkan tekanan
sosial, stress, trauma. Sehingga,
korban akan memilih untuk meng-
isolasikan diri di rumah, dan tidak lagi
berinteraksi. Bahkan bukan tidak
mungkin tekanan ini dapat menimbul-
kan bunuh diri?!
Mencegah Hate Speech
Ada beberepa langkah untuk
mencegah hate speech. Pertama, dam-
pak. Sebelum mengunggah komentar
seharusnya kita memikirkan akibat
“dampak” yang akan diterima bagi
diri sendiri maupun orang yang
menerimanya.Apakahkomenininanti
dirasa bermanfaat atau justru me-
nyengsarakan?! Pastikan status yang
akan dibuat akan baik-baik saja buat
Anda dan orang lain. Mengukur
dampak yang ditimbulkan mencegah
Anda masuk penjara.
Kedua, emosi tak terkendali. Yakni
hate speech keluar karena sikap yang
reaktif akan suatu hal, sehingga tanpa
pikir panjang, tanpa memikirkan
akibatnya. Emosi yang ada pada diri
seseorang diluapkan dalam bentuk
ujaran kebencian atau pencemaram
nama baik. Oleh karena itu perlu
manajemen emosi dan instrofeksi diri
terlebihdahulu.Apakahdirikitasudah
memiliki kapasitas untuk berko-
mentar. (worth it or not).
Ketiga,mentalhealth.Karenabelum
banyak dari kita yang sadar bahwa
ternyata kondisi mental tiap orang itu
berbeda-beda. Terkadang kita merasa
kata-kata yang kita lontarkan pada
orang lain biasa saja, namun ternyata
sangat menyinggung dan menyakiti
hatioranglain.Jagadanpertimbangkan
perasaan orang lain. “Kecelakaanlah
bagi setiap pengumpat lagi pencela”
(QS. Al Humazah: 1).
Keempat, rendah wawasan. Yakni
ketidaktahuan seseorang tentang per-
kembangan jaman sekarang, apa yang
sedang viral. Ketidaktahuan ini erat
hubugannya dengan rendahnya ilmu
pengetahuan. Tetapi kadang orang
sepertiinimaujugaikutanberselancar
di dunia maya tanpa pertimbangan.
Padahal Saidina Ali berpesan, ”Sim-
panlah perbendaharaan lidahmu
sebagaimana engkau menyimpan
emas dan uangmu.”
Kelima, melihat yang aman-aman
saja. Sebenarnya sangat banyak
berceceran hate speech di medsos,
tapi aman-aman saja, mengapa?
Karena tak ada yang mau melapor-
kannya. Artinya beberapa ujaran
kebencian yang sampai ke ranah
hukum sampai masuk penjara, hanya
karenaadapihakyangmelaporkannya.
Sebaliknya jika tak ada yangmelapor-
kannya, aman-aman saja. Tapi apakah
Anda yakin posting yang Anda buat
aman-aman saja?
DakhawatirkancomenAndaterbuk-
ti melanggar Pasal 28 Ayat (2) juncto
Pasal 45A Ayat (2) dan atau Pasal 35
junctoPasal51UURINomor19Tahun
2016 Tentang Perubahan atas UU RI
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang ITE
dan atau Pasal 4 huruf (b) angka (1)
junctoPasal16UURINomor40Tahun
2008 Tentang Penghapusan Diskri-
minasi Ras dan Etnis dan atau Pasal
156 KUHP Tentang Penginaan Terha-
dap Suatu Golongan.
Lebih rinci UU ITE No 19 Tahu
2016 Pasal 45 ayat 3 yang berbunyi;
“Setiap Orang yang dengan sengaja
dan tanpa hak mendistribusikan dan/
atau mentransmisikan dan/atau
membuat dapat diaksesnya Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elek-
tronik yang memiliki muatan penghi-
naan dan/atau pencemaran nama baik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
27 ayat (3) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun
dan/atau denda paling banyak
Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima
puluh juta rupiah).”
Orangyangbaiktidakakanmelaku-
kan hate specce, membuat status
Oleh: Dr Nada Sukri Pane
Oleh: Shalli Anggia Putri
dengan berkata keji, kotor, melaknat,
mencela, dan sebagainya yang buruk-
buruk. Orang baik akan comen di
medsos dengan berbicara sopan,
santun,tidakmenyakitihatioranglain.
Dia memelihara statusnya dari
perkataankasar,menyindiroranglain,
fitnah,hoaks,danmencemarkannama
baik. Karena, “Keselamatan manusia
tergantung pada kemampuannya
menjaga lisan.” (HR. Bukhari).
Aktris dan aktivis kemanusiaan
Angelia Jolie mengatakan bahwa
tragedy pembantaian 8000 muslim di
Bosnia-Herzegrovina pada Juli 1995,
tidakterlepasdaridiskriminasidanhate
speechyangsenantiasamenggambarkan
buruk masyarakat muslim disana.
Penguasa saat itu memperlakukan
mereka seperti bukan manusia.” ujar
Angelina Jolie dalamvideo eksklusif di
Harper’s Bazaar, Senin (13-7-2020).
Penutup
Jaksa Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat telah melimpahkan tuntutan 10
tahun penjara kepada Edy Mulyadi,
jurnalis senior, terkait dugaan tindak
pidana penyampaian berita bohong,
ujaran kebencian yang menimbulkan
keonarandimasyarakat,danpenyalah-
gunaanataupenodaansuatukelompok
masyarakat berdasarkan atas suku,
agama, ras dan antar golongan,
bernuansaSARA.Selasa(26-4-2022).
***
Penulis adalah guru SMA Negeri 16 Medan,
alumni Program Doktor UIN SU.
Menikahlah ketika diri telah matang
secaramentaldantelahmemilikikeyaki-
nanuntukberkomitmendalamhubungan
jangka panjang. Jaga keharmonisan
keluarga dengan selalu meluangkan
waktu bersama, rutin menjalin komu-
nikasi antaranggota keluarga, saling
terbuka satu sama lain, dan mengatur
jadwal family time untuk mempererat
hubungan yang ada. Dengan begitu,
pencegahandisorganisasikeluargadapat
diminimalisir. ***
Penulis adalah pemerhati masalah sosial dan
keluarga.
REDAKSI
Opini Harian
Analisa
menerima sumbangan artikel dari pembaca dengan ketentuan:
* Artikel belum pernah dikirim atau dimuat di media lain
* Panjang tulisan sekitar 6000 sampai 7000 karakter tanpa spasi.
* Tulisan diketik dua spasi, dan bukan ditulis dengan tangan
* Diakhir tulisan cantumkan status penulis
* Cantumkan identitas diri, alamat lengkap, dan scant fotocopy KTP serta nomor telepon.
* Artikel dikirim ke
atau direkam dalam CD
* Redaksi tidak mengembalikan artikel yang tidak dimuat dan tidak melayani
surat menyurat berkaitan pemuatan artikel Opini
* Redaksi mengabaikan kiriman artikel yang tidak memenuhi ketentuan di atas.
(redaksi)
K E T E N T U A N
1...,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11 13,14,15,16
Powered by FlippingBook