JAGUAR bisa saja segera punah di hutan Atlantis tropis Brazil, sehingga akan mengancam kelangsungan hidup hutan primitif yang kini menciut. Demikian diperingatkan kalangan ilmuwan Brazil.
Sebuah studi oleh otorita konservasi Brazil Cenap mengindikasikan populasi jaguar dewasa di wilayah tadi mungkin hanya tersisa 250 ekor saja. Jika benar, angka tersebut mencerminkan penurunan 80 persen populasi hewan itu dalam 15 tahun terakhir. Dan hanya seperlima dari sisa jaguar itu kini berusia reproduktif, tegas hasil penelitian tersebut.
“Mata Atlantica” atau ekosistem hutan Atlantik, yang dihuni berbagai spesies unik dan terdiri atas beragam habitat hutan tropis, telah pula kehilangan lebih 90 persen volume orisinalnya dalam beberapa terakhir.
Ekosistem itu dulu mencapai lebih 1,2 juta kilometer persegi -- sekira 25 persen dari luas wilayah Amazon dan kira-kira 15 persen dari wilayah Brazil.
Namun deforestasi atau penggundulan hutan, pembukaan lahan untuk peternakan dan meningkatnya urbanisasi telah menyebabkan wilayah tadi menyusut jadi tinggal 28.600 km persegi, menurut SOS Mata Atlantica Foundation.
T E K A N A N
Hilangnya habitat itu menjadi tekanan bagi kawanan jaguar baik dalam hal mencari sumber makanan dan berburu. Para pekerja pertanian misalnya tidak segan-segan membunuh jaguar jika binatang itu memangsa seekor sapi, ujar ahli biologi Pedro Galeti kepada Folha.
Kendati berada di puncak rantai makanan wilayah tersebut, menyusutnya jumlah hewan tadi menjadi ancaman nyata terhadap keragaman hayati hutan, ujar kepala Cenap Ronaldo Morato memperingatkan. Morato menjelaskan kepada koran Folha de Sao Paulo bahwa jika jaguar sampai punah maka hal itu akan menyebabkan ketidakseimbangn lingkungan yang besar dan “memicu segera punahnya hutan Atlantik”.
Cenap dalam waktu dekat akan melakukan riset baru bertujuan memantau sisa kawanan jaguar dengan menggunakan citra satelit untuk melacak gerak-gerik mereka.
Merespon besarnya peringatan terhadap menyusutnya hutan tadi, Organisasi Pendidikan, Ilmiah dan Budaya PBB (UNESCO) memberi status warisan dunia kepada daerah tersebut pada 1999. (afp/bh)