Oleh: Agung Suharyanto. Membicarakan sejarah tari di Tiongkok, tidak bisa terlepas dari pergantian Dinasty yang berkuasa di Tiongkok. Selain dinasty kerajaan, tentunya secara tidak langsung mengayomi dan memfungsikannya untuk upacara kemiliteran, juga menjadi bagian ritual upacara keagamaan. Memang tidak bisa dipungkiri, tari-tarian di tiongkok juga dipraktekkan untuk kesehatan dan keharmonisan jiwa. Contohnya mengambil gerakan-gerakan Taichi dan Kungfu. Seiring berjalannya waktu, mulai terjadi penggabungan tarian, kostum, rias, busana, lagu dan cerita.
Penggabungan inilah, kemudian menjadi cikal bakal dari teater China atau opera China/Tiongkok. Dia terkenal dengan kekomplekkan gerak, property, kostum, rias busana, jalan cerita, nyanyian sampai kepada bentuk panggungnya. Unsur-unsur yang bisa dibilang lengkap dari sisi pertunjukan inilah yang sampai sekarang masih bisa dinikmati.
Di Medan Sumatera Utara, beberapa waktu lalu mendapatkan kesempatan untuk menikmati Opera tersebut. Opera Tio Ciu Pan menggelar pertunjukan di Vihara Budhi Dharma, Tandam Hulu KM. 31 Langkat.
Sejarah Dynasti dan Tari
Sejak tahun 2000 SM, Tiongkok sudah mempunyai kerajaan, tetapi hal itu masih disangsikan orang mengenai kebenarannya, karena literaturnya hanya dari mitologi saja. Dalam catatan Sejarah Musim Semi dan Gugur oleh Lu Buwei (221 SM – 206 SM, pada masa Dinasty Qin) tercatat bahwa tarian dari negeri China pada awalnya adalah pemujaan dan penghormatan kepada Dewa Mitology Tiongkok.
Dalam catatan lain, tentang tarian juga telah ada sejak masa Dinasti Zhou (1046 SM-256 SM), yaitu pada Festival Tari di Shi Jing. Menurut Mitologi China tiga Maharaja (Sam Kok), diceritakan, dari Tiga Maharaja dan Lima Kaisar memberikan manusia pengajaran. Pertama, Dewa Fúxi memberikan manusia jala untuk menangkap ikan dan Tarian Harpoon. Kedua, Dewa Shénnóng mengajarkan pertanian dan Tarian Memacul. Ketiga, Dewa Huángdì yang dihormati dengan Tarian Pintu Awan. Di dalam catatan kuno, juga mencatat ada tarian berburu dan tarian magis yang berkaitan dengan kesuburan dan panen.
Pada masa Dynasti Zhou memerintah (1046 SM-256 SM), hiduplah tokoh-tokoh filsafat seperti Tao dan Confusius. Di mulai dari masa Dinasti Zhou yang memerintah, terus turun temurun hingga periode lima dinasti (907-960 M). Istana kerajaan memiliki suatu agen khusus yang mengurusi seni musik dan tari. Para penari maupun pemusiknya dilatih secara khusus. Sebagai tambahan, agen ini juga berperan mengorganisasi secara sistematis, mencari kreasi baru, menyaringnya dan akhirnya mengembangkan tarian rakyat, tarian religius serta memulai mengembangkannya ke daerah lain. Demikian asal mulanya bagaimana timbul pertunjukan pentas tari.
Pada masa Dynasti Qin (221 SM-206 SM) yang memerintah, kebudayaan mengalami kemunduran. Kaisar Qin Shih Huang Ti, adalah pendiri pertama tembok besar dan melancarkan revolusi kebudayaan. Dia berusaha menghancurkan segala peninggalan kebudayaan lama. Hal ini baru berubah ketika memerintah setelah 30 tahun kemudian dan setelah 14 tahun berikutnya meninggal.
Pada masa Dynasti Han (206 SM-220 SM), ajaran confusius dihidupkan kembali. Merupakan kemakmuran bagi kesusastraan, kesenian, ilmu pengetahuan, industri dan sistem pemerintahan. Banyak para ahli yang berpendapat, pada masa pemerintahan Dinasty Han inilah yang pertama meletakkan dasar kebudayaan berdasarkan falsafah Confusius kembali.
Saat Zaman Dinasti Tang (618-907 M) adalah titik puncak kejayaan tarian tradisional Tiongkok. Disaat masa peperangan lima dinasti, telah sangat mengacaukan tatanan sosial masyarakat sehingga banyak sekali tarian yang terkenal hilang atau menjadi tidak lengkap.
Setelah Dinasti Song (960-1279 M) opera rakyat menggantikan tarian asli sebagai bentuk kesenian yang berkembang pesat. Tentu saja, formasi dan perkembangannya opera rakyat pasti juga mewarisi dan bercampur dengan banyak bentuk kesenian sebelumnya. Tarian dan musik dari Dinasti Sui (581-618 M) dan Dinasti Tang menjadi unsur penting dari opera rakyat.
Alam Pikiran Tradisionil
Alam pikiran mereka adalah pemujaan kepada nirwana, juga pemuja terhadap arwah nenek moyangnya, serta dewa-dewa. Dengan demikian, pada dasarnya mereka tidak suka kehidupan beragama, maka ahli falsafah seperti Lao Tse, Confusius dan Mo Ti, tidak pernah menciptakan agama. Mereka hanya berfalsafah dengan nilai-nilai kehidupan pada umumnya.
Di permulaan tahun Masehi, Budhisme masuk ke Tiongkok, dan baru kemudian menyusul agama Kristen dan Islam. Orang-orang Tiongkok sangat prihatin terhadap soal-soal politik dan etika yang menjadi dasar dari Confusius. Confusiuslah peletak dasar kehidupan sosial, bukan merupakan kehidupan individuil. Ajaran Confusius penuh dengan upacara-upacara ritus yang mempergunakan puisi dan musik.
Perkembangan seni pentas mendapat angin baru, ketika agama Budha masuk. Ketika diadakannya hubungan yang akrab dengan negeri India.
Pada abad 7, seorang pendeta Budhis Tiongkok telah kembali dari belajar di India. Dia membawa buku-buku Budhis dan berbagai cerita-cerita mitos yang menjadi dasar baru dari kehidupan pentas selanjutnya.
Sejak itulah berkembang opera Tiongkok yang kini merupakan seni pentas tradisionil Tiongkok. Tokoh monyet (Sun Go Kong) yang sangat terkenal di dalam seni opera Tiongkok, diduga berasal dari tokoh Hanoman (India). Dalam penyajiannya berbeda, pada seni pementasan Opera Tiongkok, lebih bersifat teatrikal, sedangkan di India segi gerak (tari) yang memegang peranan penting.
Beberapa tarian rakyat yang dikenal hanya terdapat di sebelah selatan, tetapi pada umumnya sangat sedikit sekali dipraktekkan semasa Tiongkok kuno. Tari-tarian baru dipopulerkan sejak orang-orang komunis berkuasa dan kemudian dijadikan propaganda ajaran ideologi.
Tarian Rakyat dan Opera
Teater klasik Tiongkok ialah apa yang dikenal sekarang sebagai opera Tiongkok atau Opera Peking. Opera ini dipelihara terus oleh raja-raja Tiongkok, dan akhimya menjadi kesenian kaum feodal.
Berlainan sekali dari India. Tarian memegang peranan penting. Menurut penilaian orang Barat, opera Tiongkok ini, malah lebih menyerupai opera dikenal oleh orang-orang Barat, berasal dari Italia. Merupakan drama dalam bentuk yang murni. Musik memegang peranan yang penting, sehingga apabila seorang aktor yang tidak dapat menyanyi, mereka dianggap belum lengkap.
Meskipun penggabungan tarian rakyat ke dalam bentuk opera rakyat adalah berdasarkan kebutuhan opera tersebut. Di dalamnya mengandung berbagai macam kesenian tradisional yang sangat kaya. Banyak peninggalan dari zaman dahulu memperlihatkan gambar penari dari berbagai zaman dinasti dalam sebuah lukisan di kertas maupun di dinding.
Sebagai tambahan lukisan dinding kuno, goa, lukisan di dinding goa, pahatan dan literatur seni tari telah memainkan peran penting dalam melestarikan dan penelusuran tarian klasik. Peninggalan ini menunjukkan hubungan yang sangat jelas antara Opera Peking dan tarian rakyat. Itulah sebabnya opera telah menggantikan tarian dan musik sebagai bentuk kesenian yang lazim di masyarakat saat itu. Opera zaman dahulu masih tetap membawa karakteristik tarian Tiongkok kuno.
Seiring dengan perkembangan waktu, olah tubuh (Kung Fu) menjadi sangat populer di Tiongkok, Gerakan yang ada di dalam seni bela diri itu menjadi sumber penting bagi perkembangan lebih lanjut, dari tarian Tiongkok klasik. Misalnya saja Tanzigong, merupakan bagian dari seni bela diri Tiongkok. Para koreografer meminjam beberapa elemen dari Tanzigong dengan memasukkan beberapa lompatan, gerakan berputar dan salto dalam tarian tersebut. Seperti Taichi dan gerakan jurus pedang yang digunakan dalam tarian, mereka adalah permata tulen yang sangat mempengaruhi kekayaan koleksi tarian klasik.
Sebelum terjadinya gerakan 4 Mei 1919, yaitu sebuah gerakan untuk revolusi China kepada ide-ide barat dan modern, tarian klasik Tiongkok kebanyakan diturunkan kepada rakyat biasa. Dalam sejarah yang terkenal dari Republik Tiongkok atau yang lebih dikenal dengan Taiwan (1911 - sekarang) adalah republik modern pertama dalam sejarah Tiongkok. Republik Tiongkok adalah hasil dari 11 kali revolusi yang dilancarkan oleh Dr. Sun Yat-sen melawan Dinasti Qing.
Setelah tahun 1919, beberapa seniman yang merasa mempunyai tanggung jawab terhadap kebudayaan Tiongkok mulai mensistemasikan dokumen tarian Tiongkok. Dari sinilah awal mula pelajaran resmi tarian Tiongkok dimulai. Para artis belajar mulai elemen-elemen tarian rakyat dari opera rakyat. Semuanya digabungkan dengan teknik-teknik latihan balet dan bentuk beladiri Tiongkok, sehingga tercipta sebuah sistem yang spesial dan unik dari tarian klasik Tiongkok.
Sebuah perjalanan panjang sejarah tari dari berbagai variasi runtutan tarian yang hidup di Negara Tiongkok. Demikian memberikan perbedaan gerakan, beragam kehalusan budi bahasa dan kekayaan karakter. Hal ini dimulai pada saat tarian Tiongkok berkembang melalui berbagai dinasti dan lingkungan sosial yang berbeda. Dapat menggambarkan beragam bangsa, kelas sosial, periode waktu dan kepribadian. Elemen-elemen dari berbagai latar belakang etnis dapat terangkum dan termanifestasi dalam tarian Tiongkok serta secara penuh diperlihatkan.
Di zaman Tiongkok Komunis (Pasca Revolusi China), Tari-tarian rakyat banyak diciptakan. Opera Tiongkok atau yang sering juga disebut Opera Peking, hingga kini tetap sangat populer dan merupakan satu-satunya peninggalan seni pentas tradisionil yang memukau dunia.
Penulis: Pemerhati Seni dan Budaya yang Berdomisili di Medan