Kabanjahe, (Analisa). Optimalkan penanganan para pengungsi, sehingga pelayanan kepada para pengungsi harus menjadi lebih baik, mengingat saat ini bencana erupsi Sinabung sudah fase yang ketiga, Oktober 2010, Oktober 2013 dan tahun 2014. Kabupaten Karo masih dalam kondisi bencana dengan adanya erupsi Gunung Sinabung.
Hal itu ditegaskan, praktisi pembangunan dan demokrasi, Cuaca Bangun kepada wartawan, Senin (13/10) melalui telepon selulernya.
Masih banyaknya masalah yang dihadapi, seperti penanganan para pengungsi, penanganan pengungsi yang sudah dipulangkan yang saat ini masih mengalami kendala karena belum adanya mata pencaharian para penduduk karena lahan pertanian mereka masih rusak dan masalah-masalah lainnya.
BPBD, Dinas Pertanian dan Satgas Tanggap Darurat serta stakeholder lain harus turun ke desa-desa terkena dampak erupsi, jangan hanya fokus di radius 3-5 km, posko-posko dan lapangan untuk melihat permasalahan dan mencari solusinya.
Satu contoh, Desa Batukarang dan Rimokayu Kecamatan Payung berada di radius 7 km, tapi fakta miris di lapangan, warga tidak bisa lagi beraktivitas. Paling parah luncuran debu vulkanik bercampur lumpur yang cukup tebal melumpuhkan perekonomian warga, Minggu (12/10).
Pertanian sebagai tulang punggung warga tidak bisa lagi diharapkan. Dampak abu vulkanik beberapa bulan yang lalu saja, hingga sekarang masih membuat warga trauma, akibat banyaknya seng rumah penduduk bocor dan rusak, pertanian hancur tapi tidak dapat bantuan karena di luar radius 5 km.
“Mungkin masih banyak desa-desa lain terkena dampak abu vulkanik tapi tidak mendapat bantuan dari pemerintah. Nah, ini harus dicari solusinya, sehingga warga tidak merasa di diskriminasikan. Padahal sama-sama terkena dampak bencana erupsi Sinabung,” ujar Cuaca Bangun.
Tidak kalah pentingnya penanganan dampak erupsi kota wisata Brastagi. Tidak ada salahnya Pemkab Karo meminjam mobil penyedot abu milik Pemko Medan. Berastagi harus menjadi perhatian semua pihak, mengingat kota wisata beberapa hari belakangan terkena dampak paling parah abu vulkanik. Brastagi tetap layak sebagai kota wisata.
Beberapa bulan lalu, Sekretaris Jenderal Kemenperaf Ukus Kuswara mengaku akan membuat sejumlah teropong di lokasi aman dekat Gunung Sinabung. Dengan teropong, warga bisa melihat aktivitas gunung.
Untuk di lokasinya itu untuk penempatan turis-turis dan wisatawan lainnya yang ingin melihat (Sinabung) di sana. Supaya tidak mencelakai dirinya, itu diambil tempat-tempat yang aman. Sekjen Kemenperaf, Ukus Kuswara mengatakan, pendirian lokasi teropong di sekitar Gunung Sinabung juga bertujuan mempertahankan citra Berastagi sebagai tempat wisata, ujarnya menirukan ucapan Sekjen Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenperaf).
Lebih jauh, Cuaca Bangun mengatakan, pra bencana Kementerian Sosial berperan menyiapkan kebutuhan bila terjadi peristiwa, seperti kesiapsiagaan menyiapkan barang persediaan, alat evakuasi, sandang dan lauk pauk.
Sedangkan saat berlangsungnya bencana, maka BNPB dan BPBD melaksanakan pemenuhan kebutuhan dasar melalui logistik yang telah dipersiapkan di gudang baik makanan siap saji melalui dapur umum maupun natura, mendirikan shelter atau tenda pengungsian, penanganan PMKS yang terkait dengan bencana/kelompok rentan. Dalam hal ini seluruh instansi baik swasta maupun pemerintah mengambil peran menyatu menyahuti peristiwa.
Terlebih pascabencana, pemenuhan kebutuhan dasar juga tetap dilakukan seperti pelayanan sosial, baik BPJS, jatah hidup (Jadup), perbaikan rumah, santunan, pemberian jaminan hidup, hunian sementara, pelayanan psiko sosial serta pendampingan.
Ditambahkan Cuaca Bangun, segala bantuan pemerintah maupun swasta harus diaudit dan tepat sasaran kepada warga yang membutuhkan.
Secara terpisah, warga Desa Batukarang, Habel Bangun, Hendra N Purba dan Rekro Tarigan, mengaku, Desa Batukarang sangat mengharapkan perhatian serius Pemkab Karo. Banyak rumah penduduk bocor dan rusak tapi hingga sekarang satu lembar seng pun belum pernah dibantu. “Jambur Rumah Kuta desa ini yang sangat fital bagi berlangsungnya aktivitas prosesi adat sudah lama bocor belum pernah diperbaiki,” ujar mereka kecewa.
Demikian juga rumah-rumah warga. Padahal 5 bulan lalu sudah didata pihak Satgas Bencana (Pemkab Karo), tapi hasilnya nihil, demikian juga kerusakan pertanian penduduk. “Saya prediksi kerusakan seng rumah dan pertanian warga akan bertambah seiring meningkatnya aktivitas luncuran debu vulkanik yang bercampur lumpur dari Sinabung, beberapa hari belakangan,” ujarnya. (ps)