Kisah Patriotik Jenderal Yue Fei pada Dinasti Song

Oleh: Rosni Lim. Sejarah, seni dan kebudayaan Tiongkok termasuk satu yang tertua di dunia. Ketiga hal ini berkaitan satu sama lain. Tidak dapat dilepaskan. Dalam perkembangan sejarah pemerintahan dinasti-dinasti di Tiongkok pada masa lalu, tidak terlepas dari berbagai hasil seni dan kebudayaan yang dihasilkan pada saat itu.

Barang kerajinan tangan, bangunan/arsitektur, furnitur/perabotan yang merupakan hasil seni dan bersifat fisik/materi, dapat kita temui pada peninggalan-peninggalan sejarah pada masanya. Selain itu juga bersifat non-fisik/non-materi seperti: ilmu fengshui, ilmu pengobatan, ilmu beladiri, dan seni pertunjukan.

Selain dari yang disebutkan di atas, masih banyak lagi peninggalan sejarah, seni, dan kebudayaan Tiongkok pada masa lalu. Masih diwariskan dari nenek-moyang, termasuk adat-istiadat dan lain-lain yang dilestarikan oleh anak-cucu, hingga sekarang.

Sejarah Tiongkok begitu panjang. Dia telah melalui periode pemerintahan dari berbagai dinasti/kerajaan. Pada masa lalu pemerintahan Tiongkok berbentuk kerajaan, sebelum beralih pada bentuk republik seperti yang kita ketahui sekarang.

Berbagai dinasti pernah berkuasa pada masa lalu dimulai dari abad sebelum masehi hingga abad setelah masehi (2100 SM-1911 M). Seperti: Dinasti Xia, Shang, Zhou, Qin/Chin, Han. Tiga Negara/Tiga Kerajaan/San Guo (Wei, Shu, Wu), Jin. Selatan dan Utara, Sui, Tang. Lima Generasi dan Sepuluh Kerajaan, Song, Yuan (yang didirikan oleh Kubilai Khan, seorang berbangsa Mongol, sehingga dianggap sebagai dinasti asing).  

Ming, dan Qing/Ching (dinasti terakhir yang memerintah Tiongkok). Selain itu sejarah juga mencatat tentang adanya masa-masa transisi atau peralihan dari dinasti satu ke dinasti lainnya seperti: Periode Musim Semi dan Musim Gugur. Periode Negara Perang (peralihan dari Dinasti Zhou ke Dinasti Qin/Chin), dan Periode Sui-Tang/Sui Mo Tang Chu (peralihan dari Dinasti Sui ke Dinasti Tang).

Pada masa-masa Tiongkok dikuasai oleh bangsa lain yang dianggap sebagai bangsa penjajah. Bangsa Mongolia, Manchuria dan karena bangsa asli Tiongkok dan bangsa Han, maka muncul banyak pejuang/pahlawan baik dari rakyat sipil maupun dari pihak militer/perwira, jenderal, menteri, menentang pemerintahan penjajah.

Di samping itu adanya ketimpangan sosial dan korupsi juga pemerintahan yang semena-semena dilakukan para raja/kaisar. Famili kaisar dan para menteri, juga menimbulkan banyak pergolakan/pemberontakan yang diperjuangkan oleh para pembela rakyat jelata.

Kisah pahlawan-pahlawan/para pejuang yang bersifat heroik/patriotik, dapat kita lihat dan baca dari berbagai peninggalan sejarah Tiongkok. Kaligrafi, lukisan, sastra dalam bentuk roman/buku, dan lain-lain. Selain itu kisah-kisah tersebut juga telah banyak divisualisasikan dalam bentuk pertunjukan seni berupa: seni drama, teater, opera, film, bahkan serial.

Beberapa waktu lalu, penulis menonton sebuah serial yang amat  menginspirasi tentang perjuangan seorang jenderal dengan kawan-kawannya beserta para anak buahnya pada masa pemerintahan Dinasti Song. Ironis dengan segala perjuangan dan pengorbanannya untuk membela negara Song dan melawan bangsa Jin yang ingin mencaplok negaranya. Jenderal yang amat mulia perjuangan dan pengorbanannya semasa hidup itu, malah berakhir hidupnya secara tragis. Kesalahan dari raja/kaisar yang merasa terancam kedudukannya dan memutuskan untuk menghukum mati dia.

Raja yang di antaranya juga terkena hasutan dari perdana menteri Qin Hui (mata-mata bangsa Jin), yang sangat dipercayai, memenjarakan dan menghukum mati sang jenderal. Jenderal yang amat mulia tersebut, sosok dan namanya tetap abadi di hati rakyat. Dia dikenang. Patungnya di dalam kuil yang dibangun oleh raja berikutnya dalam usaha untuk mengembalikan nama baik, mengenang jasa-jasa, dan menghormati sosok juga pengorbanannya. dia dipuja dan disembah oleh rakyat.

Sebaliknya, si pengkhianat bangsa, perdana menteri Qin Hui bersama istrinya Lady Wang, yang bersekongkol dan bertanggung-jawab atas kematian pahlawan bangsa Yue Fei, patung mereka juga dibangun dengan posisi berlutut di depan kuil Yue Fei. Para pengunjung di kuil tersebut boleh meludahi kedua patung pengkhianat tersebut sebelum masuk ke dalam kuil dan memuja Jenderal Yue Fei.

Jenderal amat setia bernama Yue Fei/Gak Hui berjuang bersama para sahabatnya dalam pengembalian daerah yang direbut oleh Bangsa Jin pada masa pemerintahan Kaisar Song Gao Zong. Yue Fei yang berasal dari rakyat jelata, memiliki seorang ibu yang amat luhur. Ketika kecil sang ibunda merajah punggung Yue Fei dengan kalimat “Setia mengabdi kepada negara”.

Pada mulanya Yue Fei yang masuk ke dalam militer di kerajaan, cuma seorang perwira biasa yang mengikuti jenderal Liu Ge. Setelah Liu Ge tewas dalam pertarungan melawan musuh, Yue Fei mengabdi pada panglima besar Zong Ze. Kemudian setelah Zong Ze tewas dibantai musuh, penggantinya Du Chou, selalu bersiteru dengan Yue Fei karena Du Chou mata-mata musuh yang kemudian berkianat, menyerah, dan berpihak kepada musuh/bangsa Jin yang menginvasi Song.

Tenaganya luar biasa kuat. Keahlian kungfu dan memanahnya yang tiada tandingan. Strategi-strategi perang yang diterapkannya menghadapi bangsa Jin, membuatnya terus mendapatkan kemenangan dalam setiap pertempuran. Di medan perang, dia menang walau jumlah prajuritnya hanya sekian persen dibandingkan dari jumlah prajurit musuh.

Karenanya kisah Patriotik Jenderal Yue Fei pada Dinasti Song itu mendengar nama Yue Fei, para jenderal musuh selalu gentar. Mereka pun menggunakan berbagai cara licik untuk bisa mencelakai Yue Fei dan melawannya di medan perang.

Dalam keadaan krisis dan kekacauan akibat perang, kerajaan tidak memberikan lagi bahan pangan  untuk para prajurit, bahkan raja Song Gao Zong sendiri telah melarikan diri ke laut bersama para pengawalnya. Yue Fei dengan keras, tekad batu. Kesetiaannya amat luhur.

Dia tetap bertahan di medan perang, membimbing anak buah dan para sahabatnya untuk tidak kenal kata menyerah. Mereka pernah terpaksa memakan ulat dan kelaparan. Tiada seorang pun yang diizinkan untuk merampok bahan pangan dari rakyat. Karena kecintaan rakyat pada Jenderal Yue Fei, mereka sendiri kemudian menyumbangkan bahan pangan untuk para prajurit Yue Fei.

Segala darah dan luka yang diderita Yue Fei semasa perang, juga pengorbanan para sahabat dan anak buahnya yang tewas di medan perang, tidak mendapatkan penghargaan dan balasan setimpal dari kerajaan. Raja Gao Zong menyadari, yang dicintai rakyat dan dianggap sebagai pahlawan bangsa adalah Yue Fei, bukan dirinya. Kecemburuan dan ketakutan akan kharisma dan karakter Yue Fei yang begitu kuat/besar dan bisa-bisa memberontak suatu saat, juga fitnahan keji dari perdana menteri Qin Hui, raja Gao Zong kemudian menghukum mati Yue Fei bersama putra sulungnya, Yue Yun.

Kisah patriotik/heroik dari Yue Fei ini, selain dituangkan ke dalam bentuk visual berupa film serial, opera, juga dapat kita baca dalam bentuk buku/roman sastra. Para pecinta sastra dan seni, mungkin sedikit banyak harus membaca dan menonton juga kisah-kisah seperti ini. Segala sesuatu bersifat patriotik/heroik, selalu amat menginspirasi kita dan baik untuk diketahui untuk menambah khasanah pengetahuan tentang sejarah dan seni atau budaya pada masa lalu.

Medan, September 2014

()

Baca Juga

Rekomendasi