Oleh: Hodland JT Hutapea. Saya agak kaget ketika di edisi ulang tahun yang ke-18, Minggu 7 September 2014, rubrik Taman Remaja dan Pelajar (TRP) menampilkan “tulisan kecil” dari seorang pelajar SMP di Medan bernama Mikhael Andi Manurung (MAM). Ada beberapa kesan di benak saya tentang tulisan ‘anak kecil’ ini dan tentang tulisannya sendiri.
Pertama, di usia belia, seorang MAM sudah berani berkarya tulis dan berani mengirimkannya ke sebuah rubrik remaja yang memang sesungguhnya disediakan untuk remaja belia seusia mereka.
Kedua, rasa-rasanya (kalau tak salah) si penulis cilik ini bukan sekali ini saja tulisannya tampil di Harian Analisa, juga di rubrikTaman Riang berupa cerita anak.
Ketiga, artikel sederhana bertajuk “Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas” karya MAM ini sarat isi dan mirip sebuah tulisan Opini.
Keempat, artikel karya MAM ini, menurutnya adalah hasil pengamatannya sendiri.
Yap, kepada penulis belia ini kita ucapkan selamat datang di dunia kepenulisan. Selamat datang juga kepada penulis-penulis belia lainnya. Gerbang kepenulisan telah dibuka rubrik TRP untuk kalian semua. Ayo, menulislah selagi muda, sebab menulis itu memperkaya jiwa, menambah ilmu pengetahuan dan memompa keberanian kalian untuk berpendapat.
Sudah lama rasanya rubrik kita ini melulu diisi olah penulis-penulis tua seperti saya. Ketika pertama sekali menulis di rubrik ini, usia saya sudah mencapai 20 tahun dan masih berstatus mahasiswa USU. Hingga saat ini di usia ke 42, saya masih sesekali mengisi ruangan ini, meski pula sempat vakum selama 7 tahun.
Sudah saatnya memang TRP lebih banyak lagi memberi peluang kepada para penulis belia kita untuk menampilkan tulisan-tulisan mereka. Tentu Pak Kwa Tjen Siung, selaku ‘penjaga gawang’ rubrik ini, bersedia pula memberi arahan dan bimbingan kepada para penulis belia ini dalam kiprahnya di dunia tulis-menulis. Mungkin dengan mengedit karya mereka dan memberi masukan yang diperlukan sesuai dengan standar kepenulisan di harian ini.
Generasi belia ini adalah aset kita ke depannya. Mereka adalah penerus kami yang sudah tua ini dan beberapa waktu lagi akan memasuki ‘pensiun’. Jika Bapak Pimpinan Analisa berhasil membina para olahragawan muda di cabang wushu dan menorehkan tinta prestasi yang mendunia, barangkali Pak Kwa perlu membentuk sebuah klub kepenulisan yang dikhususkan kepada penulis-penulis cilik sebagai wadah pembinaan kepenulisan mereka.
Seperti pada tulisan saya sebelumnya: Menulis Itu Gampang, para penulis belia harus menyadari bahwa memang demikianlah adanya. Menulis itu memang gampang kok. Rekan belia kita MAM sendiri sudah membuktikannya. Ia menuturkan hasil pengamatannya ke dalam sebuah tulisan sederhana, mirip berbicara.
Jika kalian punya unek-unek yang perlu dikeluarkan, tuangkan saja ke dalam bentuk tulisan. Cara menulis paling sederhana bisa kalian mulai dengan menulis status FB atau menulis catatan harian. Ungkap saja dengan bahasa sederhana, sesuai dengan kemampuan kalian. Tak perlu risau atau takut tulisanmu itu tidak dibaca orang lain. Untuk kamu nikmati sendiri saja dulu.
Lalu, cobalah kalian wujudkan dalam bentuk sebuah artikel atau cerpen. Tak perlu berlembar-lembar, cukup satu atau dua lembar saja. Jika kamu sudah punya keberanian untuk mengirimkannya ke media massa, cobalah terlebih dahulu meminta pendapat teman-teman atau orangtuamu tentang tulisanmu itu. Boleh juga meminta nasihat guru Bahasa Indonesia di sekolahmu. Tentu dengan senang hati mereka akan mendukung niat kalian dan pasti akan bersedia membantu. Mereka akan membimbing kalian untuk bisa lebih baik lagi.
Jadi, beranilah menulis tentang apa saja. Tuliskan saja apa yang terlintas di pikiranmu. Misalnya, tentang teman yang suka mengganggu, atau tentang kecerewetan ibumu. Ya, tentang apa saja. Namun, sebelumnya kamu harus banyak dan sering membaca tulisan-tulisan yang sudah ada. Dengan banyak membaca, kamu akan semakin mengerti bagaimana cara bertutur yang baik melalui tulisan.
Jika ada klub kepenulisan di sekolahmu, kamu boleh ikuti. Di sana kamu akan diasah oleh pembimbingmu bagaimana cara dan teknik menulis yang baik. Jangan katakan bahwa menulis itu sulit jika kamu sendiri belum mencobanya. Dan mencoba itu tidak sekali atau dua kali saja. Coba dan teruslah mencoba hingga suatu saat kamu akan mendapatkan hasil yang maksimal.
Rasanya ada kebanggaan tersendiri di benakmu ketika tulisanmu dimuat di rubrik ini, apalagi jika nama sekolahmu tercantum di dalamnya. Tentu seantero sekolahmu akan bangga pula atas keberhasilanmu. Tapi, janganlah kebanggaan itu menjadi bahan patokan. Lebih bagus lagi jika kamu berpikir bahwa tulisanmu bisa dibaca oleh banyak orang dan bermanfaat bagi mereka.
Wahai remaja belia, menulislah! Inilah wadah kreativitas kamu. Jangan sungkan dan takut untuk memulai menulis. TRP selalu siap menampung ide-ide segar dari kalian. Menulislah selagi muda, niscaya suatu saat kelak kalian akan mendapatkan manfaatnya!
* September 2014