Monumen Pahlawan Nasional tak Pernah Disinggahi Pejabat

Oleh: Sarifuddin Siregar. Dua putra terbaik Kabupaten Dairi merupakan pahlawan nasional. Di era kepemipinan Bupati Dr Master Parulian Tumanggor, penghormatan kepada kedua tokoh dimaksud diwujudkan dalam bentuk pembangunan monumen.

Monumen sebagai kenangan terhadap Dr Letjen (Purn) TB Simatupang didirikan di kawasan Letter S Desa Sitinjo Kecamatan Sitinjo, berbatasan langsung dengan Taman Wisata Iman. Peresmian memori ditandandai pembubuhan paraf Presiden Megawati Soekarnoputri dilakukan 3 Maret 2002.

Patung berwarna kuning emas itu terlihat jelas bila melintas di jalan menghubungkan  Sidikalang-Medan atau Medan menuju Samosir dan Aceh. Desain hingga penataan  terkesan lebih mempesona seiring  pengisian berbagai komponen diantaranya patung gajah dan ramaian kembang. Di sana tertera pajangan seputar komitmen bernegara.   Bangunan tersebut terlihat kokoh berlantai keramik spesifikasi khusus.  Selain sebagai pahlawan nasional, TB Simatupang dikenal sebagai  sosok penting dalam reformasi ABRI. Tak banyak mengetahui, dia adalah pria kelahiran Jalan Pasar Lama Sidikalang. Dan kalau ditanya,  mungkin, hanya hitungan jari yang mengetahui  rumah kelahiran itu. Di kawasan permukiman padat penduduk dimaksud, tak tertera sandi menuliskan  eks kediaman keluarga tentara berdarah Batak itu. Disebut-sebut, Sihar Wesly Sianturi pengelola Toko Sekawan, yakni penjual bahan bangunan adalah  famili dekat. Itu ditandai pembangunan  monumen merupakan hasil hibah keluarga Wesly, pengusaha yang dikenal sederhana dan aktif dalam kegiatan kerohanian.

Lagu

Berjarak sekitar 20 meter di dekatnya, berdiri monumen Dr Liberty Manik. Goresan pena dan inspirasi membuahkan karya seni lagu berjudul Satu Nusa Satu Bangsa mampu mempererat bangsa dari Sabang sampai Merauke. Sejak negeri ini merdeka hingga NKRI utuh, tembang pemacu nasionalisme akan menggema di seantero nusantara. Semoga saja, anak bangsa  di luar negeri tetap dapat menyanyikan secara utuh syair tersebut hingga mereka tak lupa jati diri.

Komponis yang belakangan berkiprah di Jakarta hingga akhir hayat   ini diketahui lahir di Huta Manik Desa Pegagan Juli VII Kecamatan Sumbul. Sanak famili dikabarkan masih tinggal di kampung halaman.

Kedua monumen mencerminkan semangat dan patriotisme. Pandangan mereka mengarah ke timur, menghadap terbitnya matahari. Sorot matanya juga menggambarkan kesejahteraan yakni menengok ke hamparan pertanian dan hutanLae Pondom nan hijau di Kecamatan Sumbul. Pun begitu, nama besar dicatat di dokumen negara, sepertinya tak sebesar di tanah kelahiran. Jika di Jakarta Jalan TB Simatupang  dikategorikan kawasan strategis, di Kabupaten Dairi, hingga kini belum pernah terdengar adanya penabalan nama jalan  DR Letjen (Purn) TB Simatupang  dan DR Liberty Manik.

Jalur Utama

Sebagaimana diuraikan di atas, posisi kedua monumen berada di jalur utama  menuju ibukota propinsi. Beberapa menteri termasuk Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho pernah melintas di tikungan ini. Namun entah kenapa, belum pernah terdengar adanya peletakan karangan bunga atau ucapan  hormat atau menginjakkan kaki sekalipun di sana.

Mungkinkah tugu itu lebih terkesan sekadar pemandangan indah hasil karya ukir? Kurang besar tulisan huruf?   Atau, tikungan manis mulus justru  merangsang pejabat negeri nyenyak di kala lintas.

Bukan sentimentil atau apriori, ini memang fakta. Para bupati juga hampir tak pernah visit pasca penandatanganan Megawati Soekarnoputri. Membicarakan politik dan jaringan kayaknya lebih prioritas sebab substansi itu lebih pasti mendatangkan uang dan masa depan. Mengenang pahlawan, untungkah?

Singgahan satu menit atau  menatap lebih dekat merupakan sinyal bahwa pejabat di era reformasi tetap setia pada jasa pahlawan. Jangan sampai, elite negeri memidatokan krisis moral kepada masyarakat, di balik itu,  mental oknum pejabat justri lebih parah dan berselemak.

Semoga, kurun waktu 5 tahun menerima mandat rakyat, ada bisikan ke Presiden Jokowi agar monumen tersebut dilihat dengan hati.  Selamat  Hari Pahlawan 10 November 2014! Semoga bukan  sekadar seremoni dan retorika!

()

Baca Juga

Rekomendasi