Tingkatkan Kualitas Lingkungan, Teknik Sipil USU Buat Biopori

Medan, (Analisa). Meningkatkan kualitas lingkungan bisa dilakukan dengan cara yang sederhana, seperti membuat lubang resapan biopori. Biopori merupakan lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 cm dan kedalaman 100 cm atau kurang jika air tanah dangkal. 

Lubang yang sudah dibuat tersebut kemudian dapat diisi dengan sampah organik sebagai makanan organisme tanah (seperti cacing) agar organisme tanah tersebut dapat bekerja membentuk pori-pori atau terowongan dalam tanah (biopori). Pengisian sampah tersebut diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu padat agar tersedia cukup oksigen untuk mendukung organisme tanah membentuk biopori.

Teknologi ini mampu mencegah genangan dan banjir karena keberadaan lubang biopori dapat mempercepat resapan air ke dalam tanah secara horizontal, juga mampu mencegah erosi dan longsor, meningkatkan cadangan air tanah di musim kemarau, menyuburkan tanah dan mengubah sampah organik menjadi kompos.

“Biopori bermanfaat untuk mengurangi dampak bencana akibat genangan air dan tumpukan sampah terbuka seperti mewabahnya penyakit demam berdarah dan malaria. Selain itu, biopori juga bermanfaat secara arsitektur lanskap yakni sebagai pelengkap pertamanan di halaman rumah yang menerapkan konsep rumah hijau,” kata akademisi Fakultas Teknik USU, Adina Sari Lubis ST MT  yang baru saja melakukan pengabdian masyarakat terkait peningkatan kualitas lingkungan malalui pembuatan lubang resapan biopori.

Bersama Ir  Andy Putra Rambe, MBA, Andalucia, ST, MSc dan Nursyamsi, ST, MT, pengabdian masyarakat dilakukan di dusun VI Karang Rejo dan Dusun XIII Boyolali Klumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deliserdang. Menurut mereka dua desa itu kerap memiliki masalah lingkungan yakni pada musim kemarau kondisi lingkungan permukiman di sana sangat kering. Hal ini terlihat dari sangat rendahnya permukaan air sumur penduduk pada saat musim kemarau. Bahkan sumur penduduk dapat mengalami kondisi kekeringan hingga 4 bulan. 

Musim Penghujan

Sebaliknya pada saat musim penghujan, air melimpah bahkan menyebabkan genangan di halaman rumah sampai setinggi 20-25 cm. Permasalahan ini terjadi terus menerus dan telah menjadi keluhan rutin masyarakat di sepanjang pergantian musim setiap tahunnya. Sampai saat ini belum ada tindakan yang dilaksanakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

“Atas dasar itulah kami mengedukasi masyarakat disekitar untuk aktif membuat lubang biopori. Dengan kegiatan pengabdian masyarakat ini, diharapkan dua desa itu bisa mengatasi persoalan lingkungan yang kerap melanda,” kata Adina.

Ia menjelaskan untuk setiap lahan seluas 100 m2,  jumlah ideal lubang resapan biopori yang dibuat sebanyak 30 titik dengan jarak antar lubang 0,5–1 meter. Bila sebuah lubang yang dibuat berdiameter 10 cm dan kedalaman 100 cm, setiap lubang dapat menampung 7,8 liter sampah organik dari dapur, berarti tiap lubang dapat diisi sampah organik dapur sekitar 2-3 hari dan akan menjadi kompos dalam waktu 15-30 hari. Untuk sampah organik dari kebun (daun dan ranting) dapat menjadi kompos dalam waktu 2-3 bulan.

Masyarakat di dua desa itu, menurut Adina sangat antusias untuk mengetahui cara pembuatan lubang resapan biopori. Setelah menggelar diskusi dan pengenalan mengenai lubang biopori, masyarakat diajak untuk melakukan demonstrasi pembuatan lubang biopori. Setelahnya, diharapkan warga bisa membuat lubang biopori, minimal di halaman rumahnya masing-masing. (br)

()

Baca Juga

Rekomendasi