Keutamaan Menghadiri Majelis Ta’lim

Oleh: Azkia Salsabilah Ar. Salah satu cara untuk mendapatkan ilmu adalah dengan menghadiri majelis ta’lim. Demikian tingginya nilai ta’lim sehingga dikatakan oleh Rasulullah Saw nilainya lebih baik dari salat sunat 100 raka’at.

”Dari Abu Dzar, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda, ”Wahai Abu Dzar. Hendaklah engkau pergi, lalu engkau mempelajari satu ayat dari kitab Allah, lebih baik bagimu daripada kamu salat 100 rakaat. Dan hendaklah engkau pergi, lalu engkau mempelajari suatu bab ilmu yang dapat diamalkan ataupun belum dapat diamalkan, adalah lebih baik daripada kamu salat 1.000 rakaat.” (HR Ibnu Majah dengan sanad hasan).

Al-Faqih Abu Laits Samarqandi, seorang ulama salaf mengatakan dalam kitabnya Tanbihul Ghafilin, orang yang duduk menghadiri majelis ta’lim, sekalipun tidak dapat mengingat ilmu yang disampaikan, akan memperoleh tujuh kemuliaan:

Pertama, kemuliaan orang yang menuntut ilmu. Orang yang menuntut ilmu memiliki kemuliaan yang tinggi. Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim, sebagaimana sabda Rsulullah saw “Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslimd dan muslimat” (H.R. Bukhari).

Kedua, mengekang kelakuan dosa selama duduk dalam majelis. Orang yang berada di dalam majlis tentu berusaha menghindari perbuatan kemaksiatan, seperti berguncing, mencaci, mencuri dan lainnya dan mereka berusaha untuk berbuat kebajikan seperti berzikir, membaaca Alquran dan mendengarkan nasihat dari seorang ustazd.

Ketiga, ketika berangkat menuju majelisnya dilimpahi rahmat Allah. Rasulullah Saw mengungkapkan di dalam hadisnya, “Barang siapa yang keluar di dalam menuntut ilmu maka dia berada di jalan Allah Swt sampai dia kembali” (H.R. Muslim).

Orang yang menuntut ilmu dirahmati Allah seperti orang yang berjihad di jalan Allah Swt.

Keempat, akan ikut memperoleh rahmat yang dilimpahkan Allah kepada majelis. Bukan hanya secara individu dirahmati, seorang yang mengikuti majlis taklim juga mendapatkan rahmat beramal jama’i. Amal jama’i memiliki keutamaan dibandingkan mengerjakan sendiri, seperti salat berjamaah yang memiliki keutamaan 27 derajat bila dibandingkan dengan salat sendiri-sendiri.

Kelima, dituliskan sebagai amal kebajikan sepanjang memperhatikan apa yang dibicarakan. Hal ini mendorong seseorang untuk benar-benar memperhatikan kajian dan kegiatan di dalam majlis taklim dan meneguhkan niat bahwa tujuannya kegiatan menuju ke majlis taklim adalah dalam rangka beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah swt, bukan hanya sekedar bermain dan berkumpul teman-teman.

Keenam, keistimewaan yang didapatkan orang yang mengikuti majlis taklim adalah diliputi para malaikat dengan sayapnya. Para malaikat tersebut seperti yang diungkapkan Rasulullah memohon kepada Allah Swt agar orang-orang yang berada di dalam majis taklim tersebut diampuni dosa-dosanya.

Terakhir, ketujuh, setiap langkah ditulis sebagai kebaikan dan sebagai penebus dosa.

Sungguh keutamaan yang berlimpah dari Allah swt bagi orang-orang yang mengikuti dan menghadiri majlis taklim secara sungguh-sungguh.

Adapun kemuliaan lain yang diperoleh seperti yang dikatakan oleh Umar bin Khatab ra: ”Terkadang orang keluar rumah dengan menanggung dosa sebesar gunung Thihamah. Tetapi ketika ia mendengarkan ilmu yang dibahas di majelis ta’lim, dia merasa takut dan bertaubat.

Maka ketika pulang dia menjadi bersih dari segala dosa. Oleh karena itu dekatilah majelis ta’lim, karena tiada majelis yang lebih mulia dari majelis ta’lim”.

Di antara berbagai godaan yang mungkin akan dialami oleh peserta majelis ta’lim antara lain:

Pertama, berdebat yang tidak terarah dan tanpa tujuan yang jelas. Maksudnya perdebatan dengan emosional, dan egois dalam mempertahankan pendapat masing masing.

Kedua, tidak sungguh-sungguh dalam mengikuti majlis taklim. Cuek terhadap apa yang terjadi di dalam majlis taklim dan bercerita atau mengobrol pada sesame peserta dengan sesukanya sehingga tidak mengetahui apa yang terjadi dan tidak mendengarkan nasihat-nasihat yang diberikan ustadz di dalam majlis tersebut. Hal ini mungkin disebabkan, kegiatan majlis taklis taklim diikuti dengan berat hati dan bukan karena keikhlasan dan kesadaran diri untuk beribadah kepada Allah swt.

Ketiga, mencela ustadz ataupun mencela teman lain sesama peserta majelis ta’lim. Mencela ustadz mungkin karena dirasa tidak lucu, atau kajiannya tidak enak dan lain sebagainya.

Inilah beberapa godaan setan agar kita tidak betah dan tidak antusias untuk mengikuti majlis taklim.

()

Baca Juga

Rekomendasi