Menabur dan Menuai dengan Iman

Oleh: Jekson Pardomuan

Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam."- Kejadian 8 : 22

Hukum tabur tuai tetap akan berlaku selama bumi ini masih ada. Ada banyak contoh di sekitar kita tentang perwujudan dari hukum tabur tuai ini. Tak perlu merasa diri kita paling benar atau paling hebat, serahkan saja segala sesuatunya kepada Tuhan. Kalau dalam kehidupan kita sehari-hari selalu berserah kepada Tuhan, perasaan kita akan tenang dan hidup kita akan jauh dari perasaan takut.

Alkitab menuliskan “Menaburlah bagimu sesuai dengan keadilan, menuailah menurut kasih setia! Bukalah bagimu tanah baru, sebab sudah waktunya untuk mencari TUHAN, sampai Ia datang dan menghujani kamu dengan keadilan.” – Hosea 10 : 12

Di dalam Alkitab ada dikatakan bahwa kunci menuai adalah menabur. Tapi dalam kenyataannya banyak dari kita yang menabur tapi tidak menuai. Sebenarnya tidak ada kontradiksi dalam hal ini. Menabur adalah faktor utama dan pertama dari menuai. Karena jikalau orang yang tidak menabur dapat dipastikan tidak akan menuai.Namun demikian masih ada faktor-faktor lain yang berkaitan dengan menuai atau tidaknya seseorang anak Tuhan.

Pada kesempatan ini kita akan belajar bahwa ternyata Tuhan terlibat dalam segala sesuatu yang kita kerjakan untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Kita akan belajar hal-hal yang membuat kita sering gagal dalam menuai.

“Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu. Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah” (Galatia 6:6-9).

Mengucap Syukur

Terkait dengan kalimat menabur tapi tak menuai adalah ada banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Salah satu contoh nyata di kehidupan kita adalah saat kita menanam jagung di ladang yang luas, kita merawatnya dan menjaganya dengan sungguh-sunguh. Namun diluar dugaan dan jangkauan pemikiran kita, saat hendak dipanen jagungnya sudah dipanen lebih dulu oleh pencuri. Kita tinggal menyaksikan sisanya saja. Apa yang salah dalam hal ini ?

Untuk menjawab hal ini, mari sama-sama kita merenung dan mengingat-ingat segala sesuatu yang pernah kita lakukan ketika hendak menanam jagung. Mungkin saja, sejak awal kita menanam kita tak pernah mengucap syukur kepada Tuhan. Atau mungkin ada sikap dan perilaku kita yang salah hingga membuat orang lain sakit hati. 

Ada banyak manusia saat ini tidak menyadari apa yang dilakukannya hari ini akan menuainya di kemudian hari. Sejak kecil, kita ditanamkan oleh orang tua agar selalu berbuat kebaikan dan mengajak kita mendekatkan diri dengan Tuhan. 

Di jaman sekarang, orang tua banyak yang lalai dan lupa membawa anaknya mendekatkan diri kepada Tuhan. Bagaimana mungkin kita ‘memaksa’ anak kita beribadah atau sekolah minggu sementara kita tak pernah ke gereja. Atau memaksa anak-anak membaca Alkitab setiap hari, sementara kita tak pernah menyentuhnya sama sekali.

“Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana, dan tongkat amarahnya akan habis binasa.” – Amsal 22 : 8

Kemudian Galatia 6 : 9-10 mengingatkan kita “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.”

Berbuat baik bukan berarti mengharapkan balasan dari sesame. Atau hanya berbuat baik yang pura-pura. Ketika kita menabur hal-hal yang berkaitan erat dengan kedagingan, maka kita akan menuai kebinasaan. Ketika kita mendewakan uang hari ini dan menjadikan uang bisa mengatur segalanya, apakah kita pernah berpikir dengan uang sebanyak apa pun bisa membeli kesenangan atau sukacita yang sungguh-sungguh dari Tuhan ? Karena, Alkitab mengingatkan kita bahwa tidak ada tuaian rohani ketika seseorang hanya menabur dalam daging dan hanya untuk dunia.

Contoh terdekatnya adalah ketika kita menjadi hamba uang. Uang memang dapat membeli tempat tidur, namun bukan membeli tidur. Uang dapat membeli makanan, namun tidak dapat membeli selera makan. Uang dapat membeli rumah, namun tidak dapat membeli keluarga. Uang dapat membeli obat/medis, namun tidak dapat membeli kesehatan. 

Uang dapat membeli hiburan dan kesenangan, namun tidak dapat membeli kebahagiaan. Uang dapat membeli banyak hadiah, namun tidak dapat membeli cinta. Uang dapat membeli patung salib, namun tidak dapat membeli Juruselamat. Ketika kita menabur untuk kedagingan, untuk dunia, ketika visi dan mimpi kita adalah tentang hal-hal dunia ini (kedagingan), tanpa sadar kita sedang menuju tuaian kebinasaan.

Berbicara tentang menabur dan menuai sesuai dengan judul renungan ini, ada baiknya kita merenung dan memilah-milah segala sesuatu, menyerahkan segala rencana indah kita kepada Tuhan. Mulailah dengan doa dan jangan pernah berhenti untuk berdoa. Janganlah ragu dan jangan langsung putus asa kalau hari ini Tuhan belum menjawab doa kita. 

Tuhan punya rencan indah bagi setiap kita. Hidup dimuka bumi ini hanya sementara. Tak ada gunanya hari ini kita menjelekkan orang lain, iri hati dengan kekayaan orang lain. Karena akan tiba saatnya, menurut waktu Tuhan, kita akan menuai, apa yang kita tabur akan kita tuai pada waktunya, serahkan saja segala sesuatunya kepada Tuhan. Percaya saja, Tuhan akan berkarya dalam kehidupan kita. Amin.

()

Baca Juga

Rekomendasi