Menanam Pohon untuk Lingkungan dan Bisnis Berkelanjutan

Oleh: Fadmin Prihatin Malau

Menanam pohon identik dengan melestarikan lingkungan. Namun, menanam pohon bukan hanya melestarikan lingkungan, tetapi juga bisnis berkelanjutan. Terkadang ada pihak yang menilai melestarikan lingkungan tidak sejalan dengan perkembangan bisnis. Hal ini tidak tepat karena sesungguhnya melestarikan lingkungan juga melestarikan bisnis secara berkelanjutan.

Aktivitas bisnis yang merusak lingkungan justru akan mempercepat aktivitas bisnis itu terhenti, karena hanya mementingkan keuntungan sesaat. Sebaliknya ada bisnis berkelanjutan yang terus berkembang menjadi besar dan tidak merusak alam, malah memberikan pembinaan terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.

Perkembangan bisnis pada dasarnya sama dengan perkembangan sebatang pohon, ditanam bibitnya di tanah, kemudian tumbuh dan bertunas. Lantas berkembang menjadi tanaman kecil yang siap untuk besar. Pohon tumbuh dan berkembang dari tidak memiliki batang yang kokoh menjadi kokoh, berdaun lebat, banyak cabang dan ranting.

Proses tumbuh dan berkembangnya pohon sama persis dengan sebuah bisnis apa pun. Mulanya bisnis itu kecil, kemudian menjadi besar dan banyak cabang. Dari banyak cabang bisnis itu lahir pula ranting-ranting sehingga jadi satu holding atau perusahaan.

Sebelum manusia menanam pohon, sebenarnya sudah banyak pohon yang tumbuh yaitu di hutan belantara. Hal ini sesuai dengan ilmu pertanian yang menyebutkan, semua tanaman budidaya saat ini, dahulunya adalah tanaman liar yang tumbuh dengan sendiriya di hutan-hutan belantara.

Berdasarkan fenomena ini maka awalnya dunia pertanian tidak ada ketika manusia dengan gampang memeroleh bahan makanan di bumi ini. Lantas, ketika manusia pada satu lokasi sudah kehabisan berbagai jenis tanaman pangan, maka berpindah ke daerah lain untuk mendapatkan bahan pangan pertanian. Pada tahap ini dikenal dengan sistem pertanian berpindah-pindah.

Kondisi ini tidak berlangsung lama, karena jumlah manusia terus bertambah, maka manusia mulai memikirkan bagaimana membudidayakan atau menanam tanaman untuk kebutuhan hidup. Sejak itulah budaya menanam dilakukan. Hal ini terus berlangsung sampai hari ini. Budidaya tanaman terus dilakukan dan disempurnakan sehingga mendapatkan hasil pertanian yang maksimal.

Menanam pohon bukan hanya untuk melestarikan lingkungan, tetapi juga kebutuhan hidup atau bisnis dari manusia itu. Selain itu akan membuat lingkungan sekitar menjadi segar dan nyaman, bebas dari polusi udara.

Begitu banyak manfaat yang diberikan pohon kepada manusia, dari hal kecil sampai yang besar. Lihat saja, satu pohon bisa menghasilkan Oksigen (O2) 1,2 Kg/hari. Manusia membutuhkan minimal 0,5 Kg Oksigen/hari dan melepaskan Karbon Dioksida (CO2) ketika bernafas. Coba hitung berapa banyak manusia bisa dihidupi sebuah pohon.

Hebatnya lagi dalam satu masa pohon besar bisa menyerap 1 ton CO2 yang dilepaskan manusia ketika bernafas. Jika kita menanam 20. 000.000 pohon maka akan menghasilkan 260.000.000 ton O2 dan menghilangkan 10.000.000 ton CO2.

Sementara yang membuat efek rumah kaca adalah CO2 maka dengan kehadiran pohon dapat mencegah efek rumah kaca. Efek rumah kaca terjadi karena adanya penumpukan gas CO2 di atmosfer yang menyebabkan berlubangnya lapisan atmosfer maka dengan banyaknya pohon di hutan akan menyerap 3,7 ton CO2 dan mengubahnya menjadi 2 ton O2 untuk manusia dan mencegah terjadinya efek rumah kaca.

Tahukah kita (Anda) bahwa Pabrik penghasil gas CO2 terbesar kedua setelah kendaraan bermotor yang ada di dunia ini sehingga menghasilkan hujan asam setelah gas CO2 bercampur dengan Sulfur maka dengan diserapnya gas CO2 oleh jutaan pohon dan mengubahnya menjadi O2 tidak akan terjadi hujan asam yang membahayakan bagi tanaman dan semua makhluk hidup di dunia ini, terutama manusia.

Pohon juga dapat menurunkan partikel debu. Berdasarkan pengamatan Bianpoem (1997) pohon dengan luas 300 x 400 meter bujursangkar dapat menurunkan kadar partikel debu dari 7.000 partikel/liter menjadi 4.000 partikel/liter. Di samping itu pohon mampu meningkatkan air tanah per daun jarum dapat mengikat air tanah hingga 60%, sedangkan pohon berdaun lebar dapat mengikat air tanah hingga 80%. Pohon dapat mencegah bencana longsor sebab pohon mampu menahan pengikisan tanah pada gunung karena pohon bisa menahan partikel hujan sehingga tidak langsung menyentuh tanah.

Pohon memiliki nilai ekonomi yang tinggi seperti untuk berbagai property rumah yang nilainya paling mahal. Pohon mampu menghemat anggaran pemakaian pendingin udara (AC) karena berdasarkan penelitian adanya tiga batang pohon pada lokasi bangunan ternyata mampu menghemat biaya operasional AC hingga 50% sebab bangunan yang pada lokasinya ada pohon dapat mendatangkan kesejukan karena menghalangi sinar matahari langsung.

Pohon yang menghasilkan kayu menjadi bahan baku membuat berenekaragam perabot rumahtangga, bahan baku membuat kertas (paper) dan diperkirakan masih ada lebih dari 15.000 produk yang diproduksi dari bahan baku kayu yang asalnya dari pohon.

Secara alami pohon menjadi tempat berlindung berbagai jenis hewan peliharaan dan hewan liar termasuk juga manusia. Pohon juga memberikan makanan kepada banyak hewan. Hebatnya berdasarkan penelitian medis ternyata orang yang sedang sakit apa bila dekat atau bisa memandang pohon akan mempercepat kesembuhannya sampai 8% lebih cepat bila dibandingkan dengan orang sakit yang tidak dekat dengan pohon atau tidak memandang pohon.

Namun, meskipun pohon mendatangkan multi manfaat ternyata masih banyak manusia yang menyiksa pohon terutama pohon yang ada di kota besar atau pohon yang berada di tepi jalan di kota besar. Pohon-pohon itu dijadikan tempat memasang tali spanduk yakni dengan mengikat pohon, memasang gambar dengan memaku pohon. Begitu banyak pohon di tepi jalan yang menjadi gantungan spanduk, gantungan berbagai gambar. Hal itu sama dengan menyiksa pertumbuhan dan perkembangan pohon.

Kini mari kita menanam pohon untuk mendapatkan multi manfaat. Keuntungan bukan saja buat yang menanam, tetapi semua makhluk hidup yang ada didekat pohon itu mendapatkan manfaatnya. Luar biasa.

(Penulis adalah Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Medan, pemerhati masalah sosial, budaya dan lingkungan hidup)

()

Baca Juga

Rekomendasi