Pertarungan Fauna dalam Lukisan

Oleh: Azmi TS. BERAGAM cara dan gaya seni­man rupa mengekspresi­kan tema dalam lukisan hewan yang dibuat pada kanvasnya. Tidak semua jenis hewan dapat dijadikan sumber inspirasi un­tuk objek karya lukisan.

Hewan yang dijadikan ob­jek lukisan tak terlepas dari ce­ri­ta rakyat dan juga kisah-ki­sah peradaban manusia za­man prasejarah hingga modern. Jauh sebelum para perupa ini mengangkat bentuk hewan ke dalam karya lukisan dalam ma­sa prasejarahpun sudah ada.

Pada masa prasejarah, he­wan selalu diburu untuk dijadi­kan persembahan masyarakat dalam menghormati roh. Ter­utama bina­tang itu sendiri. Se­lain bagian tubuh hewan seper­ti kepala, kuku, taring dan ba­gian tertentu dipakai untuk upa­cara ritual. Karya seniman masa prasejarah mereka eks­presikan di dinding goa (ceruk) sebagai ung­kapan rasa syukur ke­pada roh binatang.

Misalnya ada lukisan he­wan babi, tapi tepat di bagian ma­tanya sudah tertusuk anak pa­nah sang pemburu, tertera pa­da situs goa Leang-leang di Ma­ros, Sulawesi Selatan. Oleh masyarakat zaman prasejarah, hewan buruannya dipuja seba­gai dewa, misalnya burung me­rak. Bulu burung merak nan eksotis, dipakai untuk mening­kat­kan status so­sial­nya.

Demikian pula kulit hewan ha­rimau dijadikan busana ke­besaran kepala suku. Terka­dang gigi dan tulang hewan bu­ru­annya dibuat kalung dan mahkota. Burung diang­gap de­wa pembawa pesan roh ke alam surgawi (nirwana) misal­nya di Kalimantan, Papua dan Sumatera serta Jawa.

Bahkan katak saja dianggap sebagai dewa pembawa berkah turunnya hujan, serta harimau se­bagai perlambang keperka­sa­an. Hewan mungil kancil, di­simbolkan sebagai pembaru­an akal pikiran yang cerdas dan cekatan beraktivitas. Bu­rung merak di Jawa Barat dija­dikan inspirasi gerakan tarian.

Tarian belibis dan manuk­rawa sebagai ikon tarian ma­sya­rakat Bali. Tarian kukila di Jawa Tengah sebagai cerita rak­yat, juga ada di Kalimantan yakni tarian enggang. Ada juga hewan kerbau dipakai asesoris tarian reog Ponorogo di Jawa Ti­mur. Selain itu hewan juga banyak dipakai sebagai identi­ti­tas para raja dan jawara (pem­besar) kerajaan Jawa Kuno.

Misalnya kisah tentang Ke­bo Ijo (kerbau hijau), Patih Ga­jah Mada, Sawunggaling, Ha­yam Wuruk dan lembu Ana­brang. Kini di zaman modern lambang berupa hewan ayam, kerbau, singa dan gajah dipakai untuk klub sepakbola oleh tim kesayanggannya. He­wan juga berperan besar pada lambang negara seperti burung elang oleh Amerika Serikat, Jer­man dan Indonesia.

Hewan Singa lambang ne­ga­ra Singapura, Harimau lam­bang negara Malaysia dan Kangguru lambang negara Aus­tralia. Hewan (fauna) ter­nyata cukup banyak berperan da­lam setiap sendi kehidupan masyarakat dan juga berimbas kepada adat dan ciptaan karya seni. Hewan buat seorang pe­ru­pa (pelukis, pematung dan pe­kriya) dapat menumbuhkan inspirasi yang beraneka ragam.

Mulai dari hewan melata, ber­kaki dua dan empat serta he­wan mitologi bisa diangkat sebagai objek yang sangat unik dan artistik. Hewan bisa meng­gugah rasa jadi ide yang kuat un­tuk dijadikan objek yang di­wujudkan lewat goresan warna nan indah. Hewan bisa meng­usik kepe­dulian seniman untuk menjaga kestabilan atau kepu­nahan.

Paling tidak setelah hewan itu punah, masih bisa disaksi­kan lewat lukisan (kanvas). Seniman lukis nusantara ini cu­kup banyak me­ngeks­presi­kan hewan sebagai tema se­kaligus objek yang fantastis. Se­but saja Raden Saleh, Ba­soeki Abdullah, Adam Lay, dan I Wayan Cahya. Lukisan bertema hewan itu ada yang me­nampilkan pertarungan hi­dup mati, ada yang sedang ber­buru.

Ada pula hewan yang me­lin­dungi dari sergapan hewan buas lainnya. Hasil lukisan he­wan ini, banyak menjadi hias­an dinding. Biasanya sipemilik merasa bangga, bisa mema­jang salah satu karya seni sang maestro. Bagi peminat yang ku­rang mampu memiliki lukis­an aslinya, terkadang ada yang memesan repronya.

Untuk keberlangsungan pa­ra perupa yang senang melu­kis­kan hewan, merupakan ber­kah tersendiri. Lagi pula lukis­an hewan paling banyak dimi­nati selain figur, potret dan te­ma lingkungan alam. Lukis­an hewan juga dapat diguna­kan untuk sarana mengupas il­mu pengetahuan di bidang kon­servasi alam dan edukasi (pen­didikan).

Dari lukisan hewan bisa di­ambil sisi positifnya. Mak­na atau sekadar apresiasi ten­tang kesadaran terhadap lingkung­an alam serta keseimbangan ko­loni yang ada. Lukisan Ra­den Saleh tentang hewan ba­nyak diek­posnya karena dia sa­ngat mencintai makhluk, ba­ik yang liar maupun jinak.

Hewan yang dijadikan ob­jek adalah singa, kerbau dan kuda serta manusia. Basoeki Abdullah lebih sering melukis­kan hewan lewat pergerakan­nya dan juga peristiwa (perta­rungan) heroik upaya serangan harimau. Pertarungan hewan yang dramatisir itu digambar­kan Basoeki Abdullah, kerbau, singa, suro, buaya, kuda dan ha­ri­mau serta rusa.

Kedua pelukis kebanggaan Indonesia, memiliki daya ung­kap yang berbeda dan menun­jukkan kema­hiran tertinggi. Karya lukisan hewan Adam Lay melahirkan karya lukisan nan eksotis. Berupa keakraban manusia dengan peliharaan­nya yakni kuda, burung langka dan juga lanskap.

Lukisan hewan liar lain, se­ring diungkapkan oleh I Wa­yan Cahya, pertarungan hidup mati seekor gajah dengan be­be­rapa ekor singa. Makna lu­kisan ini menafsirkan sejauh mana kekuatan besar agar bisa dikalahkan oleh hewan yang lebih kecil tapi terkenal kega­na­s­annya (harimau).

Ternyata hewan juga punya kontribusi yang tak sedikit da­lam khasanah ciptaan karya seni rupa. Kiprahnya bahkan bi­sa menyamai sejarah tentang peradaban manusia prasejarah hingga ke zaman modern. Ba­gaimana peristiwa (adegan per­tarungan) lukisan hewan la­innya ditunggu saja bila nurani seniman tergoda mengung­kap­kannya.

()

Baca Juga

Rekomendasi