Nasib Media Cetak di Era Digitalisasi

Oleh: Maruntung Sihombing. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memberikan dampak  yang luas bagi kemaslahatan umat manusia. Bisa berdampak positif, bisa juga berdampak negatif. Tergantung dari kita bagaimana menggunakannya untuk kebaikan atau malah untuk sebaliknya. Salah satunya media. Perkembangan media dari waktu ke waktu mengalami progress yang signifikan. Media menjadi sarana manusia dalam mendapatkan informasi dari seluruh penjuru dunia. Karena media, segala informasi dapat diakses dan diperoleh dengan mudah. Pertarungan media, baik media massa, media cetak, media sosial dan media elektronik, terbilang sengit dan keras. Karena mereka harus berjibaku dalam merebut hati publik. Selain itu, mereka harus mampu juga untuk mengikuti arus perkembangan zaman dan globalisasi agar tidak terlindas atau malah ditinggalkan.

Sebagai contoh, saya mau mengajak kita sebentar untuk menoleh jauh kebelakang bagaimana kemajuan IPTEK telah mengalami perkembangan dari masa ke masa. Sampai-sampai harus meninggalkan produk lama dan beralih ke produk terbaru. Wartel misalnya. Wartel atau Warung Telekomunikasi pada masanya mengalami kemajuan yang sangat pesat. Sarana ini digunakan manusia sebagai alat untuk berkomunikasi antara satu orang dengan orang lain. Menghubungkan satu daerah ke daerah lain. Bahkan, negara satu ke negara lain. Mungkin kita masih ingat bagaimana Wartel pada dulunya menjadi tempat kita untuk menjalin komunikasi dengan kerabat dan keluarga. Di kampung saya dulunya, Wartel menjadi satu-satunya tempat orang untuk berkomunikasi dengan keluarganya yang jauh di daerah lain. Setiap minggunya harus disesaki orang yang hendak menjalin komunikasi dengan orang terdekatnya. Maklum, pada masa itu, handphone, gadget, bahkan alat komunikasi seperti sekarang ini, belumlah ada.

Tapi seiring berjalannya waktu, perkembangan IPTEK telah menguburkan dan meninggalkan Wartel untuk selama-lamanya. Saya yakin, Wartel dimanapun, tidak lagi beroperasi sebagaimana dulunya. Dia telah “ditelan” oleh kemajuan teknologi. Wartel kini hanya tinggal kenangan. Handphone, gadget, dan media penghubung lainnya telah membuat Wartel harus tersingkir dari peredaran. Maklum saja, masa kini, manusia lebih tertarik untuk menggunakan media yang efisien, efektif, dan gampang dibawa kemana-mana. Tidak ribet, bahkan tidak menguras banyak waktu dan tenaga. Bisa dibawa santai. Bahkan bisa dibawa kemanapun kita mau. Bukan seperti Wartel yang harus kita datangi dan kunjungi dimana dia berada. Zaman sekarang seolah mengharuskan semua mesti serba cepat, serba instan dan serba mudah. Termasuk urusan teknologi. Tidak lagi mau mengikuti proses atau dinamika yang tercipta.

Media Cetak, What Next?

Beberapa media yang ada, media cetak menjadi satu-satunya media yang harus bertarung antara hidup dan “mati” di kala zaman semakin maju. Gempuran teknologi dan pesatnya ilmu pengetahuan, serta era digitalisasi, mengharuskan segalanya menjadi serba digital. Media cetak seperti koran, majalah, tabloid, buletin, dan semacamnya menjadi sasaran empuk yang bisa-bisa “terkubur” karena era digitalisasi. Jangan sampai nasib media cetak ini berakhir sama dengan Wartel yang terpaksa harus gulung tikar akibat gempuran dari majunya teknologi. Memang disatu sisi, kita sangat membutuhkan era digitalisasi, tapi dilain sisi, manusia seolah terninabobokkan olehnya.

Apalagi bila dikaitkan dengan adanya media-media cetak yang ada saat ini. Era digitalisasi lambat laun semakin mereduksi mereka. Mulai dari produksinya sampai dengan peredarannya. Misalnya pembaca atau pembeli semakin berkurang. Karena pelanggan (costumers) akhirnya mulai berpindah haluan, yang dulunya harus beli koran atau majalahnya terlebih dahulu, sekarang malah sudah bisa menikmati kontennya dari handphone, gadget, atau media elektronik lainnya. Jadi tidak perlu repot-repot membeli cetakannya terlebih dahulu. Tinggal akses di internet atau aplikasinya, selesai. Semua isi atau apapun yang dibutuhkan si pengguna, ada di internet. Tinggal akses dan berselancar disana maka semuanya bisa didapat.

Kemudahan yang diberikan oleh teknologi ini, saya yakini akan mengurangi nilai jual serta produksi dari koran, majalah, tabloid atau buletin, dari para pembaca setia mereka. Untuk itu, sangatlah penting inovasi-inovasi baru juga lahir dari media-media cetak yang ada. Sama halnya ketika kita memilki sebuah benda atau barang yang hendak kita jual. Pertama sekali, barang itu harus punya kualitas bagus dan berbeda dengan barang atau produk lain, serta punya daya tarik tersendiri. Maka, dengan sendirinya, pembeli akan beralih dan tetap bertahan pada produk yang kita miliki. Media cetak juga mestinya demikian. Harus mampu memberi dan menawarkan inovasi-inovasi baru, konten-konten baru, kolom-kolom yang baru, agar memberi daya pikat dan daya tarik tersendiri bagi para pelanggannya.

Era digitalisasi telah melanda seluruh sendi-sendi kehidupan. Termasuk dengan media cetak. Mulai dari buku yang elektronik (e-book), perpustakaan digital (digital library), berita-berita online, opini online, belajar online, chat online, menulis online dan lain sebagainya. Semuanya serba online. Kita bayangkan saja, bila semua sudah serba online, apakah media cetak masih diperlukan? Jawabannya tentu masih. Hanya saja, media cetak harus berbenah dan mulai mengevaluasi mana-mana saja yang perlu diubah dan dimodifikasi ulang. Sekali lagi, media cetak harus menawarkan konten dan isi yang variatif, menarik dan berbeda dengan media-media lain.

Bagaimanapun juga, media cetak harus tetap hidup dan eksis apapun yang terjadi. Eksistensinya perlu dan sangat dibutuhkan untuk melengkapi kebutuhan umat manusia. Contoh kecilnya saja bila koran tidak ada, maka kliping tidak akan pernah ada. Dan selengkap-lengkapnya konten atau isi yang ada di media-media lain, media cetak tetaplah punya ciri dan karakteristik tersendiri. Media cetak punya penampilan dan inovasi yang berbeda. Gempuran teknologi dan pesatnya era digitalisasi tidak lantas meredam dan mengubur eksistensi dari media cetak. Semoga! ***

Penulis adalah mantan jurnalis dan tinggal di Papua

()

Baca Juga

Rekomendasi