Oleh: Azmi TS. SUNGGUH menarik mencermati adanya fenomena seni abstrak modern lewat seni yang bertumpu pada gerakan (ilusi optik). Artinya gerakan yang bertumpu pada objek sehingga membentuk kesan menuju ke suatu ruang (space).
Ranah seni ini jarang dilirik tapi sudah ada geliatnya di Indonesia seperti Heri Dono, Rudi Hendriatmo, Handirwan dan Rizki karyanya dinamis dan artistik. Pesona pada adanya gerakan mencoba mengusik nalar untuk memahami setiap karya seni kinetik. Sentuhan seni kinetik merupakan perpaduan estetika dengan teknologi yang menyatu pada sebuah karya seni rupa.
Dalam dunia seni rupa pergerakan elemen garis, bidang, ruang terlihat dinamis dan artistik apabila sang kreator bisa merangkainya dalam gerakan. Keterpaduan semua elemen itu seakan menuntun mata mengikuti setiap gerakan efek tertentu. Efek khusus elemen rupa itulah yang disebut seni kinetik (kinetic art).
Gaya seni kinetik itu menyusun perulangan bentuk, garis, dan warna secara cermat untuk memunculkan efek dimensi ruang. Tujuan efek dimensi ruang dalam seni kinetik yakni ingin mengelabui pandangan mata. Istilah kinetik berasal dari bahasa Yunani ‘kinetikos’ yang artinya pergerakan. Seni kinetik adalah berawal dari upaya Schlemer dan seniman Robert Delaunay pada tahun 1912-an.
Konsep seni kinetik pada tahun1920 juga banyak diadopsi Joseph Albers untuk bidang arsitektur (gejala visual seni Bauhaus). Dalam seni patung model kinetik banyak dipakai oleh Naom Gabo. Patung Gabo identik dengan julukan patung konstuktif, sebab pada saat itu patung tak hanya benda statis tapi bisa dibuat dinamis.
Dalam seni lukis pelopor gerakan seni kinetik antara lain Victor Vasarely dan Alexandre Calder. Dalam bidang seni musik munculah nama George Rickey dan terakhir bidang mekanik yakni Nicholais Schoffer. Semua tokoh ini sebagai pelopor adanya perubahan dalam menciptakan karya di bidangnya masing-masing.
Keindahan seni kinetik yang diciptakan Victor Vasarely ikut membesarkan ketokohan seniman kelahiran 9 April 1906 di kota Pecs (Hongaria) ini. Ia ayah dari Andre dan Jean Piere hasil pernikahan dengan Claire Spinner (1908-1990). Karir seninya melonjak sejak ia pindah dari Budapest (Hungaria) ke Paris (Perancis) tahun 1930 – 1935.
Negara Perancis sebagai pusat mode dunia menginspirasi Victor Vasarely untuk meneruskan seni kinetik supaya mendunia. Keinginan ini juga dapat mewujudkan mimpinya yang terpendam sebagai perancang grafis dan konsultan periklanan. Kini karya seni kinetic art sebanyak 500 buah terpajang di museum Aixen Provence (Paris) sejak tahun 1976.
Namun museum yang diresmikan presiden Perancis bernama Georges Pompidou, gedung ini ditutup pada tahun 1996 tanpa alasan jelas. Namun semangat berkaryanya tak pernah padam ia juga beralih ke bidang seni tiga dimensi yakni patung. Salah satu hasil karya patung tersebut kini terpajang pada sudut halaman gereja Palos di kota Pecs (Hungaria).
Sebagai pelopor gerakan kinetic art sejak 1930 hingga 1997 ini, karyanya banyak tersimpan di Galerie Kovacs Akos, Budapest. Sebahagian lagi karyanya terpajang di Museum of Fine Arts, Charleroi sejak tahun 1994. Ia meninggal dunia pada tanggal 15 Maret 1997 di Paris (Perancis).
Mengenang kembali Victor Vasarely seakan terbayang gaya kinetic art yang menjadi trend (populer) di abad XX seni rupa modern dunia. Beberapa karya yang menjadi masterpiece (pemuncak) dunia kini menghuni dinding gedung museum di Eropa. Perjalanan karirnya di dunia seni grafis berhasil menorehkan tinta emas dalam sejarah seni abstrak dunia.
Bahkan gerakan ini diteruskan oleh anaknya bernama Jean Pierre Vasarely sebagai pewaris nama maestro seni kinetik. Karya lukisan maetro ini banyak tersebar di seluruh penjuru dunia. Seni Kinetik selalu menawarkan ilusi optik (gerak), sebagai pembaharuan atas lukisan bermediakan kanvas.
Karya seni lukisan kinetik Victor Vasarely memunculkan suatu ilusi optik (pergerakan persepsi) tentang objek yang berdimensi. Seakan dimendi (kesan ruang) berhadapan dengan sensorik motorik mata, dengan adanya pergerakan dari perulangan bentuk. Perulangan beberapa bentuk (objek) terkesan semu tapi nyata dalam karya lukisan Victor Vasarely.