Oleh: Bonita Irfanti. Pompi adalah seekor kelomang laut. Ia hidup di tepi pantai. Sayangnya, ia sangat pemalas. Sepanjang hari, yang dilakukan Pompi hanya tiduran di bawah pohon kelapa. Ketika teman-temannya sibuk mencari makan, Pompi tetap asyik tidur di dalam rumah cangkangnya.
Dan untuk makan sehari-hari, Pompi memunguti remah-remah sisa makanan teman-temannya! Benar-benar seekor kelomang pemalas!
“Hidup itu indah, kenapa dibuat susah? Santai-santai saja juga tetap bisa makan, kan?” ujarnya pongah ketika Popo, Loli dan Kiko menasehatinya agar tak malas lagi. Mereka hanya geleng-geleng kepala.
Suatu hari, udara di pantai terasa lebih panas dari biasanya. Sudah sejak tadi teman-teman Pompi pergi ke laut untuk berendam mendinginkan badan. Tapi Pompi malas beranjak dari tempatnya. Sebentar lagi pasti cuaca akan kembali normal, pikirnya.
Ternyata semakin siang, udara terasa semakin panas. Akhirnya Pompi tak tahan juga. Perlahan ia bangun dan bersiap melangkah. Namun rupanya sudah lama Pompi tak mengganti rumah cangkangnya. Cangkangnya sudah agak kekecilan. Karena kesal, akhirnya Pompi keluar dari cangkangnya. Setelah berhasil, ia segera berjalan cepat menuju air laut.
Namun naas. Baru sebentar Pompi merasakan sejuknya air laut, tiba-tiba seekor burung camar menukik tajam ke arahnya. Lalu dengan cepat menyambar tubuhnya. Pompi benar-benar terkejut tapi ia tak bisa berbuat apa-apa.
“Tolong, tolong aku!” teriak Pompi. Ia sedih meratapi nasib buruknya. Ia sangat menyesal telah menjadi kepompong yang malas. Kalau saja ia rajin mengganti cangkangnya, kejadian seperti ini pasti tak akan terjadi.
Dari atas, Pompi memandang ke bawah. Di atas pasir, tampak cangkang-cangkang kelomang lain. Mereka diam tak bergerak. Mereka pasti sedang bersembunyi. Aman di dalam rumah mereka masing-masing.
Kemudian tanpa disangka-sangka, seekor burung lain menyambar tubuh kecil Pompi, namun gagal. Tubuh Pompi terlepas. Lalu jatuh ke hamparan pasir di pantai. Ugh, Pompi meringis kesakitan.
Tiba-tiba, Pompi merasakan sesuatu menarik tubuhnya. Pompi tak tahu itu apa, tetapi ia merasa nyaman di sana. Ia baru saja ditolong oleh Pak Ong, seekor kelomang dewasa. Tadi Pak Ong yang telah menariknya ke dalam cangkangnya yang besar untuk bersembunyi. Pompi lalu menangis tersedu-sedu.
“Terima kasih, Pak Ong, tadi sudah menolongku. Kalau saja tadi Pak Ong tak menolongku, aku pasti sudah dimakan burung camar,” ucap Pompi sambil terisak.
“Sama-sama, Pompi. Dalam hidup, kita memang harus saling tolong menolong,” sahut Pak Ong bijak. Kemudian, satu persatu teman-teman Pompi berdatangan. Mereka terlihat pucat dan juga ketakutan melihat kejadian yang menimpa Pompi.
“Bagaimana keadaanmu, Pompi? Apa kau baik-baik saja? Adakah bagian tubuhmu yang terluka?” tanya Loli cemas. Pompi menggeleng lemah, ia masih sedikit shock. Kemudian Loli memberinya minum.
“Terima kasih,” ucap Pompi. Setelah minum, perasaannya menjadi sedikit lebih baik.
Mulai saat itu juga, Pompi berjanji pada Pak Ong, teman-teman dan dirinya sendiri. Ia tidak akan menjadi kelomang yang malas lagi. Ia berjanji akan rajin jalan-jalan pagi, akan mencari makanan sendiri, dan akan rutin mengganti cangkangnya jika sudah kekecilan.
“Kalau begitu aku pamit dulu, teman-teman,” ujar Pompi sambil buru-buru pergi.
“Kamu mau ke mana, Pompi?” tanya Kiko penasaran.
“Tentu saja mau mencari rumah baru. Aku tak mau disambar lagi oleh burung,” jawabnya sambil berlalu. Semuanya tertawa mendengar jawaban Pompi. Sepertinya kali ini Pompi benar-benar mau berubah. ***