SAMPAI JUMPA DI WAKTU YANG ENTAH #1
Waris Yanto Iskandar
Senja menitihkan kasih pada sepasang camar. terbang damai.
kita menatap cita
menembus cakrawala
bersama deru dan sendu angin yang tak terhalang.
malam terasa sepi kala itu,
kau dan aku
diam membisu. Terpaku
tak sepatah kata pun terucap dari lengkung bibir kita. hening.
mata saling beradu pandang, menyelipkan nelaksa lewat sorotnya
menyimpan segala asa,
mendikte segala kisah
Sketsa Kontan,Nov 14
SAMPAI JUMPA DI WAKTU YANG ENTAH #2
Waris Yanto Iskandar
Dalam hening
sepi pun tercipta dengan sendirinya
selaksa gemuruh; pertanda hujan segera tiba
seketika bibir tipismu bersuara
" aku masih menjaga janji dan terkunci rapat hingga kini" ucapmu.
kata terakhir mu di penghujung perjumpaan kita
sebab esok,
setelah fajar kembali ke peradabannya
kita tak akan berpisah
di terminal yang berbeda
Sketsa Kontan, Nov 14
MASIH SAMA, BELUM TERABA RASA
Waris Yanto Iskandar
Sebentar lagi kembalilah?
lukisan tentang kau dan aku belum rampung pada kanvas ini
ia,pajanglah hasil karya kita pada dinding dikamar tidurmu
dan silahkan kau renungkan jika kita susah tak bersama?
apa? tak usah kau pertanyakan akhir dari naskah yang juga kita rangkum bersama?
sebab, hingga detik ini pun
kau dan aku belum mengetahui akhir dari narasi kisahnya?
entah itu nestapa,
entah itu derita,
entah itu bahagia...
dan entahlah!
Sketsa Kontan,Nov 14
HARAP WAKTU
Putri Silaban
Jangan pernah mengutuk jika diri masih enggan
jangan lagi menimba kutuk diatas jurang-jurang curam penuh kebencian
debab puncak yang paling ingin kautepis adalah sesuatu yang sebenarnya ingin kauterima dengan lapang.
lalu biarlah aliran-aliran memuncak ketika seharusnya; menerima waktu
waktu dimana ia harus tertawa namun menangis saat bahagia.
Srigunting, 15 Desember 2014
KEBUMIKAN PENYESALAN
Putri Silaban
Peristiwa membeku, mencair lalu membanjir.
lewat hujan, aku kembali menyucur air dari mata
kebumikan penyesalan, ada bagian tak layak disesali.
dihantarnya cerita tentang cinta di pemakaman; pemakaman cinta
lalu dihujani dua insan dalam rupa berwarna jingga. tak ada senja, kelabu campur kilat memotret diri.
dan kembali kunyatakan, kebumikan penyesalan. tak lagi ada maaf, apalagi rekaman mengulang.
hingga hati berkabung dalam derasnya hujan.
Srigunting, 15 Desember 2014
PEREMPUAN DESEMBER
Putri Silaban
Katanya aku perempuan Desember, ternyata benar.
bermula dari lirik-lirik tak berkesudahan tanpa makna
tak ada kata tersusun indah, bersandar dibalik kaca.
melanjut kisah sembari menerawang sakit ditinggal Desember; menahun.
aku manja, katamu begitu.
takkan bisa tegap berdiri disekeliling orang tanpamu, itu benar.
malam tak ada jika kaubintang menghilang
senja tak ada jika kaufajar enggan berbagi lagi bersama
maka akupun begitu, kelak takkan bisa mengecap manis sesaat Desember kaucipta perempuan menghabisi bulan tanpa orang-orang.
Srigunting, 16 Desember 2014
KILAUAN MALAM NATAL
Putri Silaban
Alun-alun raya mendendangkan beribu terompet yang semakin meraya.
lanjut aku, berdiam ditengah persimpangan. menanti cinta dibulan bahagia, kilauan semakin memudar.
tak mengarah benderang, sesampai hati tertutup masa lalu. Lagi-lagi menyimpan masa yang tak seharusnya.
layakkah diuji?
wahai dentingan, terlihat dahsyat kilauan malam bahagiamu. tak sepertiku. maka tak layak kuredupkan kilau-kilau malam Natal ini, mengadu asa.
tinggallah aku yang menepi, seraya hati diambang kilauan malam. yang kini Natal menanti.
Srigunting, 16 Desember 2014
LAHIRNYA MESIAS
Willy Levon
Lahir di kandang domba
engkau datang ke dunia ini
hanya untuk memberitakan kasihMu
hari kelahiranMu telah tiba
setiap dari kita bersukacita
hanya karena rindu akan kelahiranMu
SUKACITA DALAM NATAL
Willy Levon
Pernak pernik menghiasi pohon Natal
bintang bintang memenuhi langit
jemaat berdatangan untuk berkumpul
di gereja
untuk bersorak-sorai
menyatakan sukacita atas kelahiran Juru Selamat
GERAJA NATAL
Willy Levon
Dipenuhi dengan kado natal
pernak pernik terpancar disini
inilah tempat bagi kaum Kristiani beribadah
para jemaat pun berkumpul
memuji serta menyembahmu Sang Mesias
bersorak sorai mengagungkan nama-Mu
SANTA CLAUS
Willy Levon
dia membagikan hadiah pada anak kecil
menunjukkan apa arti kesukacitaan
di hari Natal yang indah
dia bekerja untuk banyak orang
hanya untuk menghibur
memberikan sukacita di dalam hati anak kecil
MEDAN-JAKARTA /1
Ferry Anggriawan
Rembulan tak bersahaja pada malam sebenar malam
rintik hujan menabur aroma haru
sunyi kegelapan bersama sapaan angin mengiringi jalan ini
berat hati melepaskan dara di ujung pelabuhan
Medan-Jakarta
SSSK,Desember 2014
MEDAN-JAKARTA /2
Ferry Anggriawan
Entah harus dari mana memulai kata
mulut ini membisu tanpa nada terucap
hari ini di kotamu
esok, terbangun di kotaku
hamparan samudera pemisah kisah kita
dalam tangis aku berdekap
di album mahligai kasih putih
SSSK, Desember 2014
PUING KENANGAN
Ferry Anggriawan
Andai langit menatap aku
terungkap semua hasrat
di alam sadar, alam mimpi
sejenak merenungi keingkaran puing-puing
kenangan
SSSK, Desember 2014
KOTA MATI
Ferry Anggriawan
Menghitung tapak tapak langkahmu
siliran angin kerinduan sejenak datang lalu pergi
diam menyapa sepi semua berakhir disini
di bawah langit mendung; kota mati
SSSK, Desember 2014
DZU SEBUAH IMAJINASI
Irma Yanti Nasution
Saatnya merunduk
melepas segala yang terlewat
meleburkan segala luka
agar jiwajiwa tersadar kau hanya imajinasi
dari fragmen yang retak
tapi pada palung hati yang dalam
ada setitik harap kita tambal gejolak yang lalu
Desember, 2011
PERMOHONAN PADA TUHAN
Irma Yanti Nasution
Aku bermunajat pada Tuhan
agar yang tertulis pada lau mauhfuz
segala kebaikan
mempertemukan lagi sorot matamu
mencatat kisa yang tertunda
meski masih terbaca
pada tiap reranting dan dedaunan
yang rebah di pangkuan bumi
dulu mengharapnya pada Tuhan
tapi episode itu bergegas tamat
akhirnya segala yang datang terlepas
kini ku tunduk pada pasrah dan ketetapan
Desember, 2011
MALAM TERAKHIR
Irma Yanti Nasution
Biarkan malam ini
menjadi senandung akhir perpisahanmu
tepat pada jam kedu puluh empat
agar orangorang tak lagi jadi pengganggu
dan bertanyatanya
kan kubiarkan hujan berselimut pada matamu
hingga sesak yang bergemuruh didadamu
terbentang kelapangan
Desember, 2011
METAMORFOSE AKHIR
Irma Yanti Nasution
Sudilah menunggu detik jam yang berpacu
karena si kepompong masih bermetamorfose
menelisik kedalaman sorot matamu
mengatakan tali pengikat akan diputus paksa
membiarkan cikal dalam kepompong lahir
karena otak tak lagi peduli pada almanak yang berguguran
sudah terlampau lama
bosan, katamu!
Desember, 2011
DIALOG KUBUR
David Tandri
Dari jauh pulau
cinta dikumandangkan dengan penuh liuk-lagu
tangan mengembang kepada setiap yang lewat
meminta puja
ada debar-debar sebentar, bersetubuh lalu luruh
malam kembali lagi kepada gersangnya
ketika pulau-pulau mulai merapat
angin tiba-tiba hilang
seperti penyair yang melupakan puisinya
tubuh-tubuh berubah bisu-kaku
kencan semalam pun lindap di tengah malam minggu
CM, 13 Mei 2008
KEPADA PENULIS LAMA
David Tandri
: mengenang pertemuan
Minggu-minggu dulu yang menarik
kita begitu rindu mengadu lugu di pusar kota
dari cerita pelik kita berbisik memuja larik
sambung-menghubung jiwa
sambil belajar mengenal perkara kata
resah dari celah rumah tangga yang selalu berkeluh
kita kelang sejenak, redam dengan salam segenggam penuh
kita memang telah bertunangan dengan kata-kata
membina pena dari sajak-sajak renta
buah darah bapak yang lampau namun mengilau
sekuning keningnya, sama seperti ketika kita masih muda
gemar menerka-nerka rasa, separau apa gerangan kemarau-galau
hingga sekarang kita sudah bisa begitu kencang menggelinjang
kelar menawar bimbang
tahun-tahun semakin turun
dan lihat, baris-baris tuntun yang pernah kita susun
seakan tak pernah cukup satu kecup
menelusup ke rantau-pulau ke luar kuncup
kecuali di taman itu, lingkar linglung yang pernah kita jamu
pudar dari manisnya sajak-sajak baru
sajak yang terperangkap di antara makna kata dan saudara
terlebih-lebih cinta
Medan, 28 September 2010
ANAK NEGERI YANG MENANGIS
David Tandri
Pagi-pagi aku sudah membaca lapar dari bibir tinggi para pejantan rakyat
ribut di perutku mengisahkan malam yang kering kemarin
lama-lama kedengaran seperti lagu tua
pertanda masa depan hanya lewat singkat
tanpa pelipur, selain tangis silu di negeri yang subur
aku adalah kanak-kanak yang ingin tersenyum
melihat baris-baris pelangi dan berbagi satu orang satu dengan kawan
tapi lapangan sudah tandus
dan kami menggigil di rumah sendiri
menghadapi dingin di negeri yang tropis
aku rindu pada dongeng-dongeng di buku cerita
kisah tentang pangeran dan putri yang hidup sehati sejiwa
tapi belum sempat kukenal pangeran itu
rumahku sudah gelap lagi
sementara di seberang
kupu-kupu malam sudah pada bermain lampu kedap-kedip
aku ingin makan es krim berwarna-warni
semanis putri seusiaku yang sudah mengenakan gaun pengantin
tapi ayah-ibu belum juga mengajakku
mereka masih membungkuk di sudut ruangan
melihatiku bergantian dengan batangan ubi
sambil menanti senja
mereka akan menggendongku
dan menanamku ke dalam sepotong ubi
untuk makan malam nanti
Medan, 13 Mei 2008
Di GARIS TERAKHIR
Jansen Napitupulu
Hanya itu kah yang kau lakukan di ujung senja?
membiarkan hatimu mengering kerontang
membiarkan harapanmu jatuh ke tanah
senyummu pun tak seindah dulu
digerus keputusasaan
kenapa kau hanya menatapnya?
diam dalam seribu basa
tak memperdulikan mentari bergerak, lalu lenyap
kau lebih asyik bersimbah anganmu
merajut-rajut mimpimu yang tak terpecahkan
sudahlah, hentikan sandiwara khayalmu
tutup rapat-rapat layar burammu itu
lebih baik kau melangkah lagi, meski di ujung senja
membersihkan jejak-jejakmu yang teringgal
merangkai bunga-bunga hidupmu yang tinggal sejengkal lagi
Batam, Awal Desember 2014
LUKA YANG PERMANEN
Jansen Napitupulu
Aku tak sudi mengundangmu lagi
sunyiku biar kunikmati sendiri
meski sekedar minum teh, tak sudi mengundangmu
meski sekedar apa saja, kunikmati sendiri
lebih afdol dukaku kusampaikan kepada angin
sebab angin tak pernah menagih janji
berlalu begitu saja, tanpa pamrih
tanpa meninggalkan jejak melukakan hati
aku tak sudi mengenangmu lagi
sunyiku sebenarnya, kau yang menorehnya
memarit-marit dinding hatiku
belati lidahmu adalah racun bagiku
Batam, Awal Desember 2014
UNTUK SEBUAH NAMA
Jansen Napitupulu
Aku tak akan pergi meski rinai hujan berhenti
nyanyian rindumu menyergap hatiku
masuk melalui pembuluh darahku
bersatu di bilik jantungku
menemanimu lebih penting dari segalanya
meski langit runtuh
meski nyawa tercabut
aku tetap setia sampai mati
aku tak akan pergi meski rinai hujan berhenti
hadirmu peluru semangatku
aku tak perduli apa kata dunia
kau matahariku
sumbu nyawaku
Batam, Awal Desember 2014
KEPADA SANG PEMARAH
Jansen Napitupulu
Seharusnya jangan kau lipat-lipat lidahmu
buncahkan saja kerikil-kerikil yang menyesaki hatimu
supaya langit yang kau pandang tak selalu buram
karena masih ada kertas putih tempat menulis puisi
Pasti lebih baik jika bibirmu tersenyum
supaya padam api amarahmu
supaya tak hanya mengutuki dan menghakimi
sebab amarahmu tak bisa menambah usiamu sedetik pun
Batam, awal Desember 2014