Oleh: Prof. Dr. H. Abdullah, M.Si. Visi merupakan cita-cita, harapan dan impian yang ingin dicapai. Sedangkan misi adalah program utama atau program pokok yang harus dilaksanakan yang merupakan penjabaran dari visi. Alqur’an sebagai kitab petunjuk dan pedoman, telah mempertegas baik visi maupun misi hidup seorang muslim. Dapat dirumuskan lebih kurang visi seorang muslim adalah:Menjadi pribadi yang beriman yang teguh, berilmu yang luas, beramal saleh serta bertakwa untuk memeraih kebahagian dunia dan akhirat.
Ayat-ayat berkaitan dengan visi tersebut adalah cukup banyak, antara lain Mengenai visi disebutkan dalam Al-Qur’an pada surat Al-Baqarah ayat 201, yang artinya : Dan di antara mereka ada yang berdo’a: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan (kebahagian) di dunia dan kebahagian di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”.
Visi hidup muslim berdasarkan ayat di atas adalah tidak terbatas di dunia, tapi hingga akhirat. Sebab Islam mengajarkan, bahwa ada kehidupan setelah dunia ini berakhir, yaitu kehidupan di akhirat yang sifatnya abadi. Visi seorang Muslim jangka panjang adalah ingin menggapai bahagia dunia dan akhirat. Namun visi yang demikian itu, tidak mungkin dapat tercapai tanpa direalisasikan melalui misi.
Paling tidak ada lima misi utama sebagai berikut :
1. Beribadah Kepada Allah Secara Tulus
Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah. Firman Allah dalam surat adz-dzariyat ayat 56, yang artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. Ibadah (al-‘ibadah) secara bahasa mempunyai arti ketaatan, pengabdian, kepatuhan atau tunduk dan penghambaan diri kepada Allah. Ibadah menurut Yusuf Qardhowi adalah puncak perendahan diri seseorang manusia yang berkaitan dengan puncak kecintaan kepada Allah.
Banyak bentuk dan jenis ibadah dalam Islam, antara lain yang disebutkan dalam rukun Islam, yaitu salat, puasa, zakat dan haji. Selain itu, para ulama mempertegas bahwa seluruh aktivitas Muslim yang tidak bertentangan dengan syari’at, dikerjakan dengan ikhlas dan ingin mengharapkan keridhaan Allah adalah ibadah.
Ibadah wajib yang bersifat harian adalah salat. Salat sebagai ibadah pertama diwajibkan dan juga merupakan ibadah pertama yang akan dihisab di akhirat perlu mendapat perioritas dalam kehidupan seorang muslim. Idealnya aktivitas pertama dan terakhir dalam kehidupan Muslim adalah salat. Artinya kegiatan pertama dilakukan waktu pagi adalah dengan melaksanakan salat Subuh dan menutup keseluruhan aktivitas dengan salat Isya. Bila bertemu dua kegiatan pada waktu yang bersamaan dengan waktu salat, maka seorang muslim harus melaksnakan salat terlebih dahulu. Ibadah salat dipandang berkualitas jika : dikerjakan di awal waktu, dilakukan secara berjama’ah, memenuhi syarat dan rukun, khusyuk dan dikerjakan dengan ikhlas.
2. Bekerja Dengan Landasan Moral Agama
Berkaitan dengan kerja dalam Alqur’an surah An-Naba’ ayat 11 Allah berfirman yang artinya : “Kami jadikan waktu siang untuk mencari penghidupan”. Selain itu dalam surat al-Jumu’ah ayat 10, yang artinya : “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu berntung”.
Persepsi sebahagian masyarakat kita tentang kerja adalah keliru. Kerja dipahami sebagai suatu kegiatan yang menghasilkan secara konkrit, mendatangkan keuntungan secara materi atau memperoleh jasa atau gaji (upah) dari pekerjaannya itu. Pemahaman tersebut adalah lebih bersifat formal dan merupakan bagian dari makna kerja yang sesungguhnya menurut konsep Islam.
Islam memandang bahwa kerja itu amatlah luas, baik yang dapat menghasilkan atau tidak menghasilkan secara konkrit. Setiap Muslim sejak dia bangun tidur, hingga dia tidur kembali, apapun yang dilakukannya disebut dengan kerja. Lebih jauh dari itu, seorang yang secara fisik tidak bekerja atau dalam keadaan tidak bergerak, tapi akal dan fikirannya difungsikan secara aktif, maka dapat digolongkan kepada makna kerja. Demikian juga orang yang hatinya selalu dalam keadaan berzikir kepada Allah SWT.
Allah SWT telah memberikan paling tidak tiga daya kepada manusia, yaitu daya gerak, daya fikir dan daya kalbu. Setiap gerakan positif yang dilakukan oleh seorang muslim adalah amal saleh. Berfikir dan mencurahkan nalarnya untuk belajar, mengajar dan untuk kemaslahatan umat juga amal saleh. Selanjutnya, niat yang terbuhul dalam hati dan mengingat Allah (zikir) juga merupakan amal kebaikan yang mendapat nilai di sisi Allah SWT.
Oleh sebab itu, kerja dalam pengertian luas adalah semua bentuk kegiatan, gerak atau usaha (ikhtiar) yang dilakukan oleh manusia.
3. Membangun Keluarga Yang Islami
Seorang Muslim tidak boleh hanya asyik berkerja, akan tetapi harus pula membagi waktu untuk kepentingan keluarga. Penyediaan waktu untuk keluarga antara lain dalam tujuan pendidikan dan menjalin hubungan kasih sayang dengan isteri/suami dan anak. Dasar perencanaan ini adanya perintah Allah dalam surat At-tahrim ayat 6, yang artinya : “Hai orang-orang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api nereka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar lagi keras, yang tidak merdurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
Kewajiban utama dalam pemenuhan berbagai kebutuhan keluarga adalah suami. Namun dalam waktu yang bersamaan suami dan isteri juga harus bersama-sama dalam membina keluarga yang Islami. Keluarga Islami dicirikan pada beriman kepada Allah dan megakkan ajaran agama dalam keluarga secara bersama-sama.
Tapi problem kehidupan keluarga modern – suami dan isteri bekerja -adalah sedikit sekali waktu untuk anak-anak mereka. Orang tua sering berdalih bahwa ia kerja adalah untuk anak-anak mereka. Tapi karena kurang kontrol dan pengawasann, sehingga anak-anak mereka terlibat dalam norkoba misalnya.
Berkaitan dengan pembinaan keluarga, Dr. Abdullah Nashih Ulwan menawarkan lima konsep dalam pendidikan anak. Pertama, Orang tua harus selalu menasehatkan anak-anaknya. Kedua, orang tua hendaknya selalu memberikan contoh yang baik. Ketiga, Anak harus dibiasakan melakukan hal-hal yang baik. Keempat, bila anak berprestasi dan berbuat baik, maka harus diberikan penghargaan dan jika melakukan kesalahan harus diberikan teguran atau peringatan. Kelima, orang tua harus selalu mengontrol aktivitas anak.
4.Membangun Masyarakat Bermoral
Dalam kaitan ini ahli hikmah berkata : “Kambing jika berkelompok, harimaupun akan takut, tapi jika menyendiri, akan menjadi santapan harimau”. Kemudian ahli sosiologi juga menyebutkan, manusia merupakan makhluk bermasyarakat (zoon politicon). Artinya keinginan untuk bermasyarakat sudah merupakan pembawaan atau naluriyah manusia. Apalagi dilihat dari sisi ketergantungan, memang manusia tidak bisa melepaskan diri dari orang lain.
Islam sangat menganjurkan agar kita selalu bersilaturrrahmi, sebagai upaya memperkokoh pilar kehidupan sosial. Menurut Nabi silaturrahmi itu mempunyai dua manfaat, yaitu mudah rezeki dan panjang usia. Selain itu, tentu untuk menjalin hubungan kasih sayang melalui saling kunjung mengunjungi. Itulah sebabnya maka dalam ajaran Islam wajib memenuhi undangan orang lain. Apakah itu undangan perkawinan, undangan aqiqah, kenduri sunat rasul dan undangan keperluan lainnya.
5. Memelihara Kesehatan Pribadi.
Kesehatan adalah amat penting dalam pelaksanaan keempat misi di atas.Kesehatan yang prima akan dapat diwujudkan melalui tidur yang cukup, istirahat, olah raga dan berobat secara rutin. Berkaitan dengan istirahat dan tidur, dalam surah An-Naba’ ayat 9-11 Allah berfirman yang artinya: “Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat. Dan Kami jadikan waktu malam sebagai pakaian dan kami jadikan siang untuk bekerja”.
Akhirnya, jika kelima program utama di atas yang merupakan misi hidup Muslim dapat diprogram dan dilaksanakan dengan baik, maka visi muslim akan tercapai.
Penulis:Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN – SU