Edhie Karsito Sedih Lihat Peninggalan Sejarah di Asahan

Kisaran, (Analisa). Edhie Karsito, salah seorang putra Asahan dan juga pelaku budayawan yang saat ini tinggal di Ibukota Jakarta, sedih menyaksikan beberapa peninggalan sejarah yang ditelantarkan begitu saja. 

“Saya sedih ketika melihat bangunan-bangunan sejarah yang tidak terawat dengan baik,”ungkap Edhi saat berbincang dengan Analisa, baru-baru ini.

Dia yang hanya beberapa hari di kampung kelahirannya, Kota Kisaran, Kabupaten Asahan didampingi Asrial Mirja mengunjungi beberapa tempat yang dianggap masih memiliki nilai-nilai sejarah dan juga lokasi yang bisa dijadikan destinasi wisata. 

Di antara peninggalan sejarah yang dikunjunginya, pekuburan Belanda di Kelurahan Selawan Kecamatan Kota Kisaran Timur. Ada puluhan kuburan warga Negara Belanda, namun kondisinya tidak terurus. “Kalau dilihat dari tahun meninggalnya, ada yang ditanam pada tahun Indonesia Merdeka. Ini sejarah yang perlu dipertahankan dan akan diceritakan kepada anak cucu kita nantinya,” ungkapnya. 

Baginya, kuburan Belanda itu perlu didata dan ditata, hingga bisa menjadi sesuatu yang indah dan layak untuk dipromosikan bagi masyarakat. Bahkan kalau perlu ke Negara Belanda. Paling penting bisa dipertahankan, dan ditunjukkan kepada generasi-generasi mendatang, ungkap Edhie dan mengatakan bangsa yang hebat adalah bangsa yang menghargai sejarah. 

Pantauan Analisa di lokasi, banyak aksesoris kuburan yang terbuat dari batu sudah hilang, bahkan tidak sedikit tulisan-tulisan yang ada sudah tidak terbaca lagi. Menurut warga, yang digali sudah ada. 

“Dahulu waktu kami anak-anak masih banyak patung- kecil di pinggir kuburan ini, tapi sekarang sudah hilang,” ungkap salah seorang warga. 

Apalagi Kabupaten Asahan setelah pecah menjadi tiga daerah, yaitu Kota Tanjungbalai, Batubara dan Kabupaten Asahan sendiri sudah tidak memiliki karakteristik. “Dahulu disebut Kota Kerang, sudah milik Tanjungbalai, dahulu ada songket, sekarang sudah menjadi ciri khas Batubara,”tandas Edhie yang pernah menjadi staf ahli Menteri Pariwasata.

Karena, pemerintah harus menggali potensi sejarah dan harus dipertahankan termasuk Kuburan Belanda.”Saya melihat bangunan-bangunan berarsitek lama masih ada, khususnya di lingkungan PT Bakrie Sumatera Plantations (BSP) Tbk Kisaran dan itu harus dipertahankan,” sebutnya.

Bukan seperti jembatan di Sungai Silau, yang seharusnya bisa dijadikan ikon namun sekarang sudah hilang di inti Kota Kisaran, bahkan besinya sudah tidak ada lagi. Seperti yang disebutkan Setiamin, salah seorang Dosen di Universitas Asahan (UNA) yang merisaukan peninggalan-peninggalan sejarah sudah hilang di bumi Asahan. 

Karena itu, kehadirannya di kampung halaman ini mencoba untuk memberikan inspirasi, memotivasi dan mengedukasi masyarakat, untuk menghargai sejarah sekecil apapun itu. Karena sejarah itu penting. “Mudah-mudahan pertemuan saya dengan para guru dan pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kisaran, bisa menginsvirasi untuk menjaga budaya, sejarah daerah ini,”sebutnya.

Rencana Besar

Karena itu, rencana besar yang akan diwujudkan bersama Sahabat 30 untuk membuat film “Annemie in Buiten Gewesten” sebuah cerita film berbalut fakta tentang cinta terlarang sang Noni anak “Toean Keboen” Onderneming (1933) dengan pemuda Jawa tampan, pemain sandiwara tradisi (Ludruk), di Keboen Goerah Batoe Asahan Sumatera Utara. “Kita akan tampilkan sejarah dan budaya Asahan, dan daerah jiran tetangganya, hingga bisa menjadi promosi untuk masyarakat luar, termasuk luar negeri dengan ada kuburan Belanda itu,”ungkapnya dan mengharapkan dukungan dari semua pihak termasuk pemerintah. (aln)

()

Baca Juga

Rekomendasi