Oleh: Nazlah Khairina. Setiap insan manusia dijagat dunia ini pasti pernah mengalami sakit, karena dalam hidup ini kita akan mengalami metaformosis dalam sebuah kehidupan. Kaya, miskin, semuanya pernah mengalami yang namanya sakit. Sakit menurut KBBI ialah berasa tidak nyaman di tubuh atau bagian tubuh karena menderita sesuatu (demam, sakit perut, dsb). Manusia akan bersyukur akan nikmatnya sehat ketika ia terserang dengan sakit. Sakit merupakan karunia dan pemberian Allah SWT, yang harus kita syukuri, karena jika kita sabar dan ikhlas atas rasa sakit itu, maka itu menjadi pelebur dosa dan penggugur dosa kita. Tapi sayangnya, ketika kita sakit, kita banyak mengeluhkan rasa sakit dan merasa Allah SWT itu tidak adil dengan memberi sakit kepada kita.
Pernahkah kita bersyukur atas nikmat sehat? Sehat itu sangat mahal harganya. Mengapa? Karena ketika kita sakit, kita segala sesuatu agar kita sehat kembali semuanya membutuhkan uang untuk menembus agar kesehatan pulih kembali. Bayangkan, jika kita di rawat di rumah sakit, harus membayar setiap tetesan infus, setiap hirupan oksigen, dan yang jelas harus menembus obat untuk menambah ion di dalam tubuh. Semuanya itu harus menggunakan uang. Nah, bagaimana jika tidak memilki uang? Haruskah kita mengadaikan uang demi kesehatan?
Banyak manusia yang telah mengadaikan kesehatannya demi uang, dan ketika sakit ia menggadaikan uangnya untuk kesehatan. Hal ini yang realita bagi manusia, yang telah disibukkan dengan dunia. Walau begitu, ketika sedang sakit baru terasa merasakan nikmatnya sehat. Ketika sakit, kita tidak bisa untuk melakukan segala aktivitas yang biasaya kita lakukan, bahkan untuk beribadah kepada Allah, dikarenakan sakit kita tidak totalitas dalam melaksanakan ibadah kepada_Nya.
Tapi, dibalik seluk beluk derita yang kita alami, bahwa semua itu mengalami hikmah dan ibrah yang bisa kita ambil. Sesungguhnya sakit merupakan penebus berbagai dosa dan menghapuskan segala kesalahan, sehingga sakit menjadi sebagai balasan keburukan dari apa yang dilakukan hamba, lalu dihapus dari catatan amalnya hingga menjadi ringan dari dosa-dosa. Hal itu berdasarkan dalil-dalil yang sangat banyak, di antaranya adalah hadits Jabir bin Abdullah, sesungguhnya ia mendengar Rasulullah bersabda:
"Tidaklah sakit seorang mukmin, laki-laki dan perempuan, dan tidaklah pula dengan seorang muslim, laki-laki dan perempuan, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan hal itu, sebagaimana bergugurannya dedaunan dari pohon." (HR. Ahmad 3/346).
Sebagian orang menduga bahwa keutamaan dan pahala yang terdapat dalam hadits-hadits ini dan yang semisalnya, hanya diperuntukkan bagi orang yang menderita sakit berat atau sakit parah, atau yang tidak bisa diharapkan lagi kesembuhannya saja, padahal sebenarnya berbeda dengan dugaan ini, karena seorang hamba akan mendapat pahala dari musibah yang menimpanya, sekalipun hanya sakit ringan, walau hanya sakit tersusuk duri. Selama ia tetap sabar dan selalu meminta pahala. Tidak disangsikan lagi bahwa setiap kali musibahnya lebih besar dan sakitnya sangat berat, maka akan bertambahlah pahalanya, akan tetapi sakit ringan juga tetap akan mendapat pahala. Asalkan kita sabar dan ikhlas atas apa yang sedang kita alami.
Selain menghapus dosa, sakit juga bisa mengangkat derajat kita, seperti sabda nabi : "Tidak ada seorang muslim pun yang tertusuk duri, atau yang lebih dari itu, melainkan ditulis untuknya satu derajat dan dihapus darinya satu kesalahan" (HR. Muslim no. 2572), bayangkan jika tertusuk duri saja bisa mengangkat derajat kita, bagimana jika sakitnya berpuluh lipat ketika sakit perut, kaki, maupun lainnya. Akan tetapi semua itu kembali kapada keikhlasan kita.
Selain itu juga, ketika sakit dapat muhasabah diri (intropeksi diri). Hukum ini berdasarkan kebiasaan, pengalaman dan realita. Sesungguhnya apabila seseorang menderita sakit, ia akan kembali kepada Rabb-nya, kembali kepada petunjuk-Nya, dan memulai untuk melakukan intropeksi terhadap dirinya sendiri atas segala kekurangan dalam ketaatan, dan menyesali tenggelamnya dia dalam nafsu syahwat, perbuatan haram serta penyebab-penyebab yang mengarah kepadanya karena sesungguhnya sakit membuat hamba merasakan akan dekatnya ajal dan kematian. Dan bisa jadi karena rasa sakit yang di derita orang yang sakit membuatnya mengadu kepada Allah. Dan bisa jadi pula karena sesungguhnya sakit itu mematahkan nafsu syahwat, maka jadilah keinginan hamba saat sakit adalah kesembuhan darinya. Seperti hadis berikut "Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran)" (QS. Al-A'raaf: 168).
Seperti yang telah disinggung ayat di atas, terkadang seseorang akan terlena dengan kesehatan dalam waktu yang panjang, sehingga ia melupakan bertafakkur tentang kebesaran nikmat ini dan lalai dari bersyukur kepada Allah. Maka ia dicoba dengan sakit, sehingga mengenal kadar yang besar tersebut, karena sakit membuatnya tidak bisa memperoleh kepentingan agama dan dunia, karena itulah, Nabi bersabda: "Dua nikmat yang membuat manusia banyak terperdaya olehnya: nikmat sehat dan waktu luang" (HR. al-Bukhari no.6412). Hal ini sangat realita kita lihat di sekitar. Orang banyak menggunakan waktu luangnya dengan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya, bahkan memberi mudharat kepadanya. Ketika sedang disibukkan dengan urusan dunia, ia lalai dengan mengingat Allah. Padahal dengan waktu luang ia bisa menggunakan waktunya untuk mengingat Allah yang merupakan Pencipta dari jagat ini. Dan apaila sedang sehat, aktivitas serta semua makanan yang banyak membahayakan kesehatan diporsir. Akibatnya jatuh sakit dan mengeluhkan semua sakit itu, kalau Allah tidak adil.
Dengan demikian, sebenarnya sakit itu adalah atas ulah tangan kita sendiri. Akan tetapi Allah memberi sakit itu untuk menggugurkan dosa kita agar kelak di yaumiul hisab kita mendapat keringanan dari dosa kita, dan bahkan ketika kita sakit, sesungguhnya Allah sangat sayang kepada kita agar kita selalu mendekat kapada_Nya. Untuk orang yang sedang sakit, sabar dan ikhlas adalah kuncinya, nikmati saja, insyaallah akan memperoleh berkah. Dan bagi yang masih diberi kesehatan, jangan lupa bersyukur dan gadaikan kesehatan demi apapun. Karena sehat itu nikmat yang paling mahal. Semoga kita selalu diberi kesehatan.
*Penulis adalah mahasiswi jurusan Manajeman Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam semester VII UIN SU Dan kru aktif LPM Dinamika UIN SU