Kemenpora Akan Terapkan Sport Intellegence

Jakarta, (Analisa). Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) me­nya­dari pentingnya penerapan sport intellegence di tengah ketatnya tingkat persaingan di dunia olahraga dewasa ini. Un­tuk bisa menjadi yang terbaik di berbagai ajang olahraga tak cukup hanya diupayakan de­ngan merekrut atlet berkua­li­tas,  program latihan yang baik dan kompetisi yang berke­si­nambungan tetapi juga harus didukung penguasaan data dan informasi tentang kekuatan lawan.

Berangkat dari pemahaman tersebut Kemenpora akan te­rapkan sport intellegence. Di­harapkan dengan menguasai data dan informasi kekuatan lawan dapat membantu para atlet Indonesia meraih prestasi terbaik, utamanya saat ber­sa­ing di ajang multi event se­per­ti SEA Games, Asian Ga­mes dan Olimpiade. Hal itu, dika­takan Sekretaris Menpora, Al­fitra Salamm di acara Diskusi Kamisan Kemenpora yang di­singkat 'Kumis Menpora' di Kantor Kemenpora Jakarta, Ka­mis (4/12). Pada diskusi per­­dana ini, tampil sebagai pem­bicara antara lain, warta­wan senior Anton Sanjoyo dan Koordinator Olahraga Terukur Satlak Prima, Hadi Wihardja.

Alfitra menegaskan sport intellegence sangat penting. Terlebih Indonesia akan men­jadi tuan rumah Asian Games pada 2018 yang akan datang.

"Kita harus mulai menerap­kan sport intellegence. Setiap cabang olahraga harus punya orang yang ahli memata-matai. Kemenpora siap memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang ber­kaitan sport intellegence. Bah­kan jika diperlukan kita akan upayakan untuk membentuk atase olahraga Indonesia di luar negeri misalkan di Amerika Serikat atau Tiongkok," papar Alfitra.

Sejalan dengan misi ini kata Alfitra, pihaknya berencana membentuk tim kecil.

"Sebagai agen tugas mere­ka adalah memata-matai ke­kuatan atlet di negara yang men­jadi tempat mereka bertu­gas. Mereka harus melihat, me­mantau dan menganalisa," jelasnya.

Pentingnya Data

Sebelumnya, dalam papa­ran­nya wartawan senior Anton Sanjoyo menjelaskan bebera­pa negara 'raksasa' olahraga dunia seperti Tiongkok, Ame­rika Serikat, Inggris bahkan Perancis sudah sejak lama sa­ngat gencar dan serius mene­rapkan sport intellegence.

"Untuk bisa mengungguli tim dayung Inggris yang sangat kuat, jelang Olimpaide 2008 di Beijing, Perancis sampai membentuk gugus tugas sport intellegence untuk mematai-matai kekuatan lawan di se­jum­lah cabang olahraga. Me­reka memotret perahu yang digunakan tim dayung Inggris, cara mereka mendayung hing­ga data recovery para atletnya. Semua data tersebut menjadi bahan bagi tim dayung Peran­cis dalam pemusatan latihan," beber pria yang akrab disapa Joy ini.

"Hasilnya Perancis berhasil meraih 41 emas. Terbanyak sepanjang sejarah Perancis ikut Olimpiade," imbuhnya.

Bahkan dewasa ini, sam­bung Anton, saking seriusnya Tiongkok sampai nekat me­lakukan aksi sport intellegence yang cenderung ilegal. Karena dilakukan tanpa sepengeta­huan dan ijin pemerin­tahnya.

Sebaliknya, olahraga Indonesia cenderung belum meng­anggap pentingnya data. Al­hasil, dikarenakan tak memi­liki data yang baik tentang atlet, akibatnya tidak tahu harus me­mulai dari mana proses persia­pannya.

"Kita belum memiliki ke­sadaran untuk memanfaatkan data," ungkapnya.

Anton berpandangan untuk menggalakan penerapan sport intellegence harus terbentuk passion atau kecintaan terha­dap cabang olahraga.

"Keseriusan bisa didapat kalau ada passion. Yang ter­pen­ting yang harus kita laku­kan adalah menyiapkan para ahlinya di federasi," pungkas Anton. (rm)

()

Baca Juga

Rekomendasi