Informasi yang Disampaikan Masyarakat Lewat Media Sosial Jangan Dianggap Sepele

Catatan Ringan dari NTU Workshop RGE

Oleh: Sugiatmo. PERKEMBANGAN dunia informasi ke depan akan semakin canggih dan lebih cepat. Hal ini sesuai dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih. Semua informasi lebih cepat dan mudah diakses.

Inilah bagian kecil yang diperoleh saat mengikuti Workshop Journalis digelar di Nanyang Technological University (NTU) di Singapura sejak 1 hingga 5 Desember 2014. Kegiatan ini digagas oleh Royal Golden Eagle (RGE), kerjasama  dengan Nanyang Technological University, World Association of Newspapers and News Publisher and Singapore Press Holding, diikuti 22 orang wartawan dari Jakarta, Medan dan Pekanbaru.

NTU terletak di Jurong, bagian barat daya Singapura. Universitas seluas 2 km² ini terletak sekitar 25 km dari pusat kota. Kampus ini dilengkapi dengan fasilitas modern untuk pengajaran dan riset. Diantaranya adalah jaringan internet tanpa kabel yang mampu menyalurkan data 54 Mbps, sehingga para staf NTU dan mahasiswa dapat menggunakan peralatan geraknya untuk mengakses servis internet dari seluruh lokasi di kampus ini.

RGE Journalism Workshop 2014 ini merupakan tahun ketiga digelar. Sebagai narasumber menghadirkan pakar media internasional, yakni Asha Phillips, dan Peter Ong.

Hari pertama kegiatan mengusung materi tentang memanfaatkan media sosial untuk bahan berita dan diterbitkan di media massa, disampaikan Asha Phillips.

Asha yang juga merupakan dosen NTU dan konsultan media  menyebutkan, penggunaan media sosial yang sudah menjadi tren penduduk dunia saat ini, dan ternyata memberi pengaruh positif terhadap pengembangan media mainstream.

"Jangan pernah menganggap sepele informasi yang disampaikan masyarakat lewat media sosial. Bagi media mainstream, informasi itu bisa dijadikan referensi untuk pengembangan berita," ujar Asha.

Selain bisa dijadikan referensi berita, media sosial menurut Asha juga bisa membantu media mainstream dalam memperluas informasi. "Media sosial bisa dimanfaatkan media massa untuk menyampaikan informasi atau berita kepada follower atau pengaksesnya. Mereka ini menjadi sasaran potensial. Dengan demikian produk dari satu media massa bisa lebih diperluas lagi penyebaran dengan tidak hanya mengandalkan pembaca tradisionalnya," kata Asha.

Tidak Lagi Dominasi

Disebutkannya, laporan kejadian kini tidak lagi dominasi media utama. Bahkan banyak peristiwa  besar yang lebih dulu dilaporkan warga melalui media sosial," ujar Asha Phillips, yang berpengalaman sebagai jurnalis, produser TV dan editor media sosial.

Sebagai pendiri media sosial perusahaan konsultan berita, Asha mengajarkan tentang cara menggunakan konten sosial dalam pelaporan.

Trainer lainnya Peter Ong, yang memberikan materi pada hari kedua memaparkan mengenai data jurnalism. Peter Ong merupakan media konsultan internasional.

Dijelaskan, dari berbagai data yang ada, banyak informasi penting yang bisa diberikan kepada khalayak pembaca. Informasi tersebut dapat disuguhkan melalui visualisasi grafik atau gambar. Tujuannya untuk menarik minat pembaca dan memudahkan memahami data-data tersebut.

Workshop ini diadakan RGE yang berpusat di Singapura, dengan menggandeng sekolah Komunikasi dan Informasi Wee Kim Wee Nanyang Technological University Singapura.

Peter Ong, yang berpengalaman membangun banyak media massa di berbagai belahan dunia, dalam materi “Bagaimana menggunakan data dan menyajikannya dengan visualisasi menarik, simpel, dan mudah dipahami”. Dia mengatakan, dengan data, para wartawan bisa menemukan banyak cerita untuk disampaikan kepada pembaca. Dengan data sebuah berita juga bisa disampaikan kepada pembaca dengan lebih menarik.

Di awal paparannya, Peter Ong sempat ditanya mengenai nasib media cetak di tengah gempuran media online dan televisi. Ia mengakui ada kecenderungan melambatnya pertumbuhan media cetak, seperti di Amerika Serikat dan Eropa, akan tetapi itu tidak berlangsung di semua negara.

"Di India, media cetak justru tumbuh. Begitu juga di China," ujar Peter saat menjawab seorang peserta  workshop.

Kerja Keras

Namun, kata dia, para wartawan, editor, dan organisasi media cetak memang harus bekerja keras untuk menggaet kembali pembacanya. Salah satunya dengan menerapkan data journalisme dan menyajikannya dengan menarik.

Selain mendengarkan paparan dua pemateri, praktek, dan diskusi, para peserta workshop yang digelar RGE Group, kelompok usaha milik Sukanto Tanoto, itu diajak berkunjung ke Singapore Press Holding, kelompok media terbesar di Singapura.

RGE Journalism Workshop sebelumnya digelar pada 2012 dan 2013, juga berlangsung di Singapura. Tahun ini peserta berjumlah 22 orang, yang merupakan editor dan wartawan senior di medianya masing-masing. Mereka berasal dari Riau, Medan, dan media-media nasional di Jakarta.

Media Relations  Corporate Communication Department PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Budhi Firmansyah mengatakan, kegiatan ini diselenggarakan oleh RGE yang berpusat di Singapura dengan menggandeng Sekolah Komunikasi dan Informasi Wee Kim Wee, Nanyang Technological University.

"Dengan diadakan langsung di Singapura, peserta dapat menambah wawasan tentang pengelolaan media luar negeri atau international dengan penerapan sosial media secara aktif  dan terkini," terangnya.

Kegiatan diakhiri dengan wisata ke Gardens by the Bay.

()

Baca Juga

Rekomendasi