Oleh: Anang Anas Azhar MA. Salah satu makhluk Allah yang memiliki kelebihan di muka bumi ini adalah manusia. Allah SWT memberikan akal dan pikiran bagi manusia untuk dapat mengolah alam ini lebih bermanfaat. Manusia diberikan kelebihan untuk bersenang-senang dan menikmati alam ciptakan Allah SWT.
Di balik kenikmatan yang diberikan Allah itu, terkadang betapa serakahnya manusia dalam mengelola alam ini, sehingga bumi sebagai tempat kita tinggal hancurkan berantakan, karena ulah tangan manusia. Lantas, pernahkah kita merenungi mengapa bencana alam kerap melanda dan menghampiri kita? Bencana alam silih berganti, seperti gempa bumi, letusan gunung merapi, hingga banjir besar acapkali melanda negeri ini, dan tiada henti berpindah, dari daerah satu ke daerah lainnnya.
Sifat manusia yang serakah dengan memanfaatkan sumber daya dalam jumlah besar dan tidak terukur, ternyata dapat menurunkan kualitas lingkungan hidup. Banyaknya oknum orang yang tidak bertanggungjawab melakukan illegal logging. Mereka secara serampangan menebang kayu dan dijadikan kertas (pulp). Tapi, setelah dilakukan penebakan, menyisakan banyak hal seerti tidak adanya reboisasi atau penanaman kembali. Inilah salah satu faktor pemicu gundulnya hutan dan membawa bencana banjir dan longsor yang merugikan makhluk hidup.
Khalifah Rahmatan Lil’alamin
Sebagai khalifah dan makhluk yang hidup di planet bumi, tentu selalu melakukan interaksi dengan alam atau lingkungan sekitarnya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia memanfaatkan sumber daya alam, sehingga manusia adalah makhluk yang paling berpengaruh terhadap alam. Bisa saja manusia membawa pengaruh positif atau pengaruh negatif untuk keberlangsungan kehidupan di bumi ini.
Dalam konteks khalifah, manusia sejatinya tetap menjaga lingkungan sekitarnya dari kerusakan. Kita wajib menjaga kelestarian lingkungan. Allah SWT berfirman : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka (para malaikat) berkata, Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. QS. Al-Baqarah: 30).
Jika kita menelusuri firman Allah SWT itu, ternyata Islam adalah agama yang mementingkan tingkah laku seseorang terhadap lingkungan. Ini diwujudkan dengan keimanan manusia kepada Allah. Bahkan, di sisi lain Islam juga mengatur konsep tentang pelestarian lingkungan dengan sangat komplit. Manusia telah dipilih oleh Allah di muka bumi ini sebagai khalifah (khalifatullah fil’ardh). Tujuannya tak lain untuk member rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil’alamain), di muka bumi ini.
Sebagai khalifah di muka bumi Allah ini, manusia wajib untuk mempertanggungjawabkan tugas-tuganya selama hidup di buma bumi Allah. Manusia harus mengikuti salah satu sifat Allah, yakni sebagai pemelihara atau penjaga alam (rabbul’alamin). Sebagai khalifah juga, manusia harus aktif dan bertanggung jawab untuk menjaga bumi. Artinya, menjaga keberlangsungan fungsi bumi sebagai tempat kehidupan makhluk Allah, termasuk manusia sekaligus menjaga keberlanjutan kehidupannya.
Segala nikmat alam yang diberikan Allah, kita sebagai khalifah di muka bumi Allah ini berkewajiban menjaga alam sekitarnya. Tapi di sisi lain, manusia memiliki hak untuk memanfaatkan kekayaan alam dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup, tapi dengan catatan tidak berlebihan dan dalam skala yang wajar. Bahkan, Allah SWT juga memberikan kebebasan kepada manusia untuk mengeruk hasil alam ini untuk dimanfaatkan kepada sesama makhluk.
Allah SWT berfirman : “ Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”. (QS. Al-An’am: 141).
Ayat di atas, nyata-nyata menjelaskan kepada kita, bahwa manusia memiliki kewenangan penuh untuk mengelola dan memetik hasil yang ada di alam ini. Setelah kita petik, maka hasilnya harus dimanfaatkan kepada yang berhak menerimanya, seperti fakir miskin dan kaum duafa.
Tapi, apa yang terjadi di alam ini? Justru kerusakan alam terjadi di mana-mana akibat ulah tangan manusia yang tidak bertanggungjawab. Kita semua hidup di bumi. Tapi hanya sebagian kecil yang berperan sebagai khalifah di muka bumi ini. Sementara sebagian besar lainnya memilih mengeruk sumber daya alam secara besar-besaran untuk kepentingan dirinya sendiri dan tidak mau peduli akibat yang ditimbulkan dari keuntungan yang diperolehnya setelah merusak alam.
Allah SWT menguatkan dalam firmannya: “Dan Dia-lah (Allah) yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Al an’am 165).
Maka sangat wajar, bencana alam yang datang silih berganti belakangan ini mengajak kita semua untuk bermuhasabah. Allah datang memberikan peringatan kepada khalifah di muka bumi ini, untuk melakukan introspeksi diri atas bencana yang terjadi. Semua bencana yang terjadi adalah peringatan Allah SWT kepada kita, agar kita menyadarinya dan berusaha untuk memperbaiki diri. Hal ini seperti yang disebutkan Allah SWT : “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Ar-Ruum: 41).
Di akhir tulisan ini, penulis mengajak kita semua untuk tetap bermuhasabah atas segala kerusakan alam yang kita perbuat. Allah SWT telah memberikan kita anugerah yang begitu besar, yaitu alam ini dengan segala isinya, untuk itulah kita patut menjaganya. Menjaga alam yang diberikan Allah SWT kepada kita bukan untuk merusaknya, tapi mengajak kita semua berpikir untuk memanfaatkannya dan berguna bagi rahmatan lil’alamin. **
** Penulis adalah Dosen Al Islam Kemuhammadiyahan UMSU dan sedang Studi Program Doktor Konsentrasi Komunikasi Islam PPs IAIN Sumut **