Sehat Bersama Kanker

BERANGKAT dari kisah sang ibu yang meninggal karena penyakit kanker. dr. Mutiara, MKT dan team membangun Murni Teguh Memorial Hospital. Kala itu, dia sudah membawa ibunya berobat kemana-mana, bahkan sampai ke luar negeri.

Oleh: Adelina Savitri Lubis

“Itu sungguh melelahkan,” kata Dirut Murni Teguh Memorial Hospital ini kepada Analisa. dr.Mutiara, MKT dan keluarga banyak menghabiskan uang untuk pengobatan sang ibu. Paling penting katanya, saat itu mereka tidak bisa berkumpul secara utuh dalam kekeluargaan.

“Pengobatan kanker membutuhkan waktu yang sangat panjang,” sahutnya terkenang.

Pembentukan rumah sakit yang baru berusia satu tahun ini diharapakan menjadi cerminan kebaikan kepada orang lain, dan menjadi kenangan sepanjang masa. Meskipun dr. Mutiara, MKT belum berani mengatakan Murni Teguh Memorial Hospital sebagai rumah sakit kanker, namun lima puluh persen pelayanan kesehatan disana konsen terhadap penyakit kanker. Komitmen ini pun dibuktikan dokter berkacamata ini dengan menghadirkan fasilitas alat medis canggih radioterapi yang digunakan sebagai salah satu alat pengobatan kanker. Sebetulnya di Kota Medan, diungkapkannya ada tiga rumah sakit yang memiliki alat ini, hanya saja khusus Murni Teguh alat radioterapinya berteknologi IMRT (Intensity Modulated Radiation Therapy).

“Di Indonesia, baru tiga rumah sakit yang memiliki alat radioterapi dengan teknologi IMRT (Intensity Modulated Radiation Therapy), yakni Medan, Jakarta dan Surabaya,” bilangnya.

Analisa berkesempatan melihat langsung alat medis yang dibeberkan dr. Mutiara, MKT. Didampingi Dokter Spesialis Kanker, dr. Hendryo,Sp,Rad, Dokter Spesialis Kanker Radiasi, dr. Rudiyo, Sp.onk.Rad, beserta Ketua Fisika Medis, Ikhsan Nasution dan Staf Fisika Medis, Sonak Tiora Tarigan. Ruangan radioterapi ini memang berada di ruang khusus, letaknya saja di lantai dasar. Pintu ruangan radioterapi itu bahkan terbuat dari pintu khusus.

“Ketebalan dinding di empat sisi, atas bawah samping kiri dan kanan memiliki ketebalan yang sama. Sinar radioterapi ini mencapai 10 mega volt,” ujar Ikhsan.

Ditambahkan Ikhsan, lamanya waktu selama melakukan radiasi di dalam ruangan ini cukup cepat, hanya 15-20 menit saja. Terkait tingkat kesembuhan pasien yang menjalani pengobatan dengan cara ini, dijelaskan dr. Rudiyo,Sp.onk.Rad cukup besar.

“Paling tidak pasien melakukannya selama 25 kali radiasi, benjolan pada bagian tubuh yang disebut kanker itu bisa mengempis dan berkurang,” jelasnya.

Teknologi IMRT yang dimaksud adalah sinar radiasi dengan presisi tinggi dimanipulasi untuk mengikuti bentuk tumor, sehingga eksprosur terhadap jaringan tubuh yang sehat dapat diminimalisir. IMRT sudah diterima menjadi pilihan utama terapi radiasi bermacam-macam kanker di beragai negara maju. Hal itu karena berbagai penelitian sudah membuktikan bahwa metode ini bisa memberikan angka kesembuhan yang lebih baik dengan efek samping jauh lebih rendag ketimbang metode radiasi biasa.

Persis yang dikatakan dr. Mutiara,MKT dalam penanganan kanker sebetulnya tidak lama. Khusus di rumah sakit yang berlokasi di Jalan Jawa, Medan ini, jumlah pasien yang paling tinggi; apakah itu rawat inap, rawat jalan dan yang melakukan treatmen (perawatan) adalah kanker payudara.

“Pengobatan kanker tidak memakan waktu yang cukup panjang, karena dari tes awal saja sudah diketahui jenis kanker payudara yang dialami pasien,” bilangnya.

Memang pemeriksaan yang dilakukan memang harus mendetil. Tidak seperti dulu, kata dokter berambut panjang ini pengobatan yang dilakukan secara bombardir. Oleh karena itu ditegaskannya, sangat penting jika ada rumah sakit yang menyediakan pelayanan kesehatan tes awal tadi, sehingga perawatan dan pengobatannya bisa dilakukan secara konferehensif jadi tidak hanya kulitnya saja.

Menurutnya, untuk mendeteksi dini kanker payudara bisa dilakukan dengan SADARI (periksa payudara sendiri). Dia menghimbau agar rajin memeriksa payudara sendiri. Jika terasa benjolan, segera datang ke rumah sakit. Standar protokol pengobatan yang dilakukan Murni Teguh dimulai dari pemeriksaan benjolan pada payudara, untuk menentukan apakah mengarah ke tumor atau apa. Langkah berikutnya dilakukan mamografi (untuk penderita di atas usia 50 tahun) atau USG (untuk penderita di bawah usia 50).

“Jika kedua tahap ini sudah dilakukan, rupanya benjolan tadi mencurigakan,karena mengarah ke tumor. Berikutnya lakukan biopsi untuk menunjukkan jenis kanker; apakah dia ganas atau jinak,” tambahnya.

Jika ganas, dilakukan pemeriksaan selanjutnya untuk mencari tahu, sudah stadium berapa kanker itu. Termasuk melakukan pemeriksaan seluruh bagian tubuh untuk mengetahui, kanker sudah menyebar kemana saja. Jika ditemukan di tempat lain, dokter akan menentukan grade (tingkat) dari kanker tadi.

“Setelah melewati pemeriksaan tadi dengan jalan operasi, barulah kita tentukan jenis kankernya apa. Hal ini untuk menentukan pengobatan yang tepat untuk kanker,” ungkapnya.

Dikatakannya, jangan salah meskipun penyakit kanker yang diderita pasien sudah di posisi stadium empat (4), tapi Murni Teguh tidak pernah menjudge (memvonis) pasien itu akan mati. Meskipun sisa hidupnya katakanlah tinggal 10 persen lagi. “Karena kami ingin sehat bersama kanker,” sahutnya.

Selain itu ditegaskannya, kanker adalah penyakit yang tidak pandang bulu. Apakah kaya, miskin, cantik atau jelek semua berpeluang kena penyakit ini. Begitupun khusus pasien yang kurang mampu, ada tiga poin yang menjadi kebijakan Murni Teguh. Pertama, rumah sakit ini bekerja sama dengan berbagai organisasi sosial, kedua, rumah sakit tidak memberikan obat-obatan yang mahal sehingga bisa meminimalisir biaya obat dan ketiga Murni Teguh siap untuk membantu.

Tapi sekarang selain faktor genetik, dalam hematnya kanker bisa dipicu juga oleh kuman dan virus. Misalkan untuk kanker servik yang dipicu oleh kuman, kanker hati bisa dipicu oleh virus hepatitis, kemudian kanker paru bisa dipicu oleh virus TBC. Sekarang sudah mulai ditemukan penyebab dari kanker ini. Begitupun semua multifaktor, tidak semata-mata tunggal. Artinya jika ada genetik, tapi tidak ada kuman, tidak ada virus, kemungkinan kanker untuk berkembang sangat kecil. Jadi bisa dikatakan, ada genetik, ada kuman, ada faktor lingkungan ditambah faktor stress, kanker pun menjadi positif.

Terlepas dari itu, Murni Teguh juga menangani beragam penyakit lain diluar kanker. Seorang pasien berkebangsaan Norwegia merasa terkesan dengan pelayanan yang diberikan rumah sakit ini. Menurutnya, tak ada pembeda-bedaan pelayanan yang dilakukan pihak rumah sakit kepada seluruh pasien di sini. Setidaknya pria bule yang akrab disapa Mr. Jomar Hasni ini menyaksikan sendiri di depan matanya selama dirawat di Murni Teguh.

“Saya dirawat disini selama tujuh bulan tujuh hari. Sejak pertama kali menginjakkan kaki hingga saya merasa sehat, tak ada pelayanan yang berubah. Saya merasa seperti di rumah sendiri,” ungkapnya kepada Analisa, di ruang VVIP Murni Teguh.

Jomar memiliki penyakit yang cukup kompleks, mulai dari Jantung hingga batu ginjal. Dia bahkan sudah berobat kemana-mana. Di Kota Medan saja, Jomar sudah mendatangi beberapa rumah sakit, namun hasil yang diperolehnya nihil. Bahkan dia berobat sampai ke luar negeri, Jomar juga tak sembuh. Hingga seorang kawan dekatnya membawanya ke Murni Teguh. Disinilah Jomar mengaku dia merasa sehat.

“Saya merasa seperti berusia 26 tahun saat ini,” pungkasnya terkekeh.

()

Baca Juga

Rekomendasi