Remaja, Sahabat Pena dan Bersahabat e-Mail

Oleh: Fatimahhakki Salsabela M. SUATU ketika penulis membuka lemari buku milik orangtua penulis. Ada tumpukan majalah Sahabat Pena, kemudian surat-surat sahabat pena orangtua penulis. Luar biasa, dari berbagai provinsi di Indonesia. Surat-surat itu usianya sudah lebih tua daripada usia penulis dan itu ditulis ketika orangtua penulis masih remaja!

Ada rasa bangga dan sedih. Bangga karena orangtua penulis masih memiliki dokumen surat-surat sahabatnya meskipun sudah puluhan tahun. Hebat remaja zaman dahulu! Sedih karena penulis tak pernah bersahabat pena. Kata teman-teman penulis di kampus, sudah ketinggalan zaman, kuno.

Penulis berpendapat, remaja dahulu dan remaja sekarang pada dasarnya sama yakni orang-orang yang kreatif dan inovatif dalam berinteraksi dengan sesamanya. Hal ini merupakan hukum alam sebab manusia itu makhluk sosial yang harus berinteraksi satu sama lain.

Kini memang sahabat pena sudah langka, namun belum punah karena belum semua remaja di Indonesia memiliki handphone (HP), Facebook (FB), elektronik mail (e-mail), blog, dan alat komunikasi elektronik lainnya. Namun, dapat dikatakan kini sudah mayoritas remaja bersahabat dengan alat komunikasi elektronik sehubungan dengan semakin luasnya jaringan internet.

Penulis pernah mencoba bertanya kepada para rekan remaja (mahasiswa) tentang sahabat pena. Banyak yang tidak tahu dan sinis mendengarnya. Hari ini masih bicara sahabat pena? Luculah, sudah kuno. Buat apa repot-repot kalau ada yang praktis, mudah, murah. Jawaban dari para rekan remaja (mahasiswa) itu benar. Manusia memang cenderung tidak ingin susah, semuanya ingin senang. Kalau bisa senang, mengapa harus susah?

Susah itu kreatif

Para pembaca TRP boleh jadi juga sependapat dengan para rekan remaja (mahasiswa) yang penulis tanya dengan jawabannya. Tak salah memang.

Kembali kepada tumpukan majalah Sahabat Pena dan surat-surat sahabat pena orangtua penulis yang penulis temukan di dalam lemari buku. Ketika membuka dan membaca surat-surat itu, melihat sampul suratnya yang kertasnya mulai kuning, prangko yang tertempel di sampul surat, bentuk tulisan dan isi tulisan sangat mengasikkan. Tak sekadar bertanya kabar, akan tetapi juga menceritakan kondisi daerah tempat tinggalnya. Beberapa surat sahabat pena dilengkapi dengan foto diri. Lucu melihat foto-foto zaman dulu. Boleh jadi orang yang ada di foto itu sudah berubah bentuknya atau sudah meninggal dunia.

Adakah kaum remaja sekarang melakukan hal yang dilakukan orangtua penulis? Jawabnya, pasti masih ada, namun jumlahnya pasti sedikit. Dahulu banyak karena tak ada pilihan untuk sarana berkomunikasi, satu-satunya lewat surat. Kini teknologi canggih menghadirkan banyak pilihan dan teknologi hadir pasti menawarkan kemudahan bagi manusia.

Mendapatkan kemudahan memiliki nilai positif. Namun, kemudahan biasanya membuat orang kurang kreatif dan inovatif. Kondisi susah membuat orang berpikir kreatif dan inovatif, maka lahirlah teknologi. Sayangnya pengguna teknologi itu yang menjadi kurang (tidak) kreatif. Hati-hati, kaum remaja yang kini hidup dalam era teknologi canggih jangan mau menjadi objek dari teknologi canggih itu, akan tetapi harus menjadi subjek dari teknologi canggih itu.

Mari jadikan teknologi canggih sarana kreatifitas dan berinovasi. Caranya, via teknologi canggih misalnya e-mail (surat elektronik) bisa bersahabat e-mail. Tak sekadar menanyakan kabar akan tetapi bercerita tentang kondisi yang ada di daerah masing-masing, berkirim foto dan sebagainya. Namun, harus diingat kreatifitas dan inovasi tidak berhenti sampai di sini. Bersahabat e-mail mudah hilang diserang virus, namanya juga dunia maya, belum jelas.

Remaja harus kreatif, bersahabat e-mail sebaiknya didokumentasikan agar tidak sekadar maya yakni mencetak pada lembaran kertas, mendokumentasikannya dengan file penyimpanan yang aman dari virus. Ayo, remaja harus kreatif, jangan puas dengan kemudahan yang dimiliki hari ini. Remaja zaman dahulu dengan sahabat pena, remaja kini dengan sahabat e-mail. Mengapa tidak?

* Oktober 2012

* Penulis, mahasiswi Fakultas Psikologi UMA dan penggemar dunia tulis menulis

()

Baca Juga

Rekomendasi