Oleh : T.Alkisah Led. DI Kecamatan Sei Suka Batubara ada dua nama Tanjung Gading. Pertama, Pemukiman karyawan PT Inalum. Luasnya sekitar 200 hektar. Lahannya berasal dari Kelurahan Sipare-pare.
Di kota pemukiman inilah karyawan PT Inalum yang bekerja baik di kantor maupun pabrik peleburan Kuala Tanjung bertempat tinggal. Terdiri dari lima blok. Pusat (P) di tengah untuk managerial staf.
Blok Utara (U), Selatan (S), Timur (T) dan Barat (B) karyawan biasa yang berasal dari luar kawasan. Sementara mereka yang berasal dari daerah sekitarnya, tetap bertempat tinggal di tempat mereka.
Namun, di kota pemukiman karyawan Tanjung Gading itu banyak terdapat fasilitas, seperti pendidikan dan kesehatan. Di pintu masuk menjelang Pos Satpam pertama, ada SMA Mitra.
Di tengah kota ada SMP Negeri 1 Sei Suka, dua unit SD Negeri. SD Swasta dan Madrasah. Bidang kesehatan ada Rumah Sakit (RS). Bidang keagamaan, ada mesjid.
Untuk sekedar wisata, ada danau kecil buatan. Di tengahnya ada jembatan yang bila melihat ke kiri dan kanan terpandang juga kucuran air danau.
Nama Tanjung gading tersebut ditabalkan oleh ibu Negara waktu itu Tien Soeharto pada peresmian 1982. Menjelang Pos Satpam pertama, ada pintu gerbang masuk, Selamat Datang Di Tanjung Gading.
Itulah Tanjung Gading, pemukiman karyawan PT Inalum. Dalam struktur pemerintahan, Tanjung Gading yang ini masuk wilayah Kelurahan Sipare-pare.
Lalu, mana sebenarnya asal Tanjung Gading tersebut?. Tanjung Gading sebenarnya itu berada di sisi jalur lintas Sumatera. Awalnya sudah seperti terlupakan.
Baru pada program pemekaran desa di Batubara Juli 2011, Tanjung Gading ini kembali eksis dan namanya mencuat kembali ke permukaan.
Sebelumnya, Tanjung Gading itu masuk wilayah Desa Sei Suka Deras. Ketika Sei Suka Deras mekar menjadi tiga desa, satu di antaranya adalah Tanjung Gading.
Wilayahnya tidak luas. Maklum satu desa dibagi tiga. Sei Suka Deras sebagai induk dari Sim[pang Deras ke jurusan jembatan Sei Suka. Dari Galon Pertamina ke perbatasan Simalungun dan Simpang PT Moeis, Desa Simpang Kopi.
Jadi Tanjung Gading itu, wilayahnya dari Simpang Kebun Kopi PT Moeis sampai jembatan Sei Sipare, tepatnya Rumah Makan (RM) 100.
Kemudian masuk ke Dusun Pelompatan yang berbatasan dengan Desa Bandar Rejo Kecamatan Bandar Masilam Simalungun.
Beda dengan pemukiman karyawan PT Inalujm Tanjung Gading yang disebut sebelumnya yang memiliki banyak fasilitas pendidikan, kesehatan dan tempat wisata.
Di Desa Tanjung Gading, fasilitas seperti itu tidak ada. Tapi masih untung. Di Desa Tanjung Gading banyak te rdapat RM. Mulai dari RM 100 di sisi jembatan Sei Sipare, ada RM Sempurna, RM Ladang Sari dan RM kecil lainnya yang senantiasa tetap ramai disinggahi pembeli.
Fasilitas lainnya, hanya ada pendidikan tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) persis di Simpang Kuala Tanjung, binaan anggota DPRD Batubara H Danazul Fadli MA.
Lain dari itu, gudang-gudang pengusaha Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan satu unit door smeer yang baru diresmikan oleh Bupati Batubara.
Sementara jalan khusus menuju Dusun Pelompatan baru saja selesai dibangun. Tapi ketika dipantau Senin (10/2), batu yang dipasang di jalan tersebut mulai retak-retak.
Dusun Pelompatan itu termasuk ketinggalan. Karena itulah Kepala Desa Tanjung Gading Ali Nardi berusaha mengembangkan dan memajukan dusun yang sebelumnya terisolir tersebut.
Caranya membangun Kantor Balai Desa yang dipimpinnya itu di kawasan Dusun Pelompatan. Lalu sebuah madrasah untuk generasi muda dini menuntut ilmu keagamaan.
Kini bangunan madrasah itu sedang giat dikerjakan. Dan BIla selesai nantinya dimanfaatkan dan secara otomatis Pelompatan dan kawasan Desa Tanjung Gading secara keseluruhan akan ramai, ujar Kepala Desa, Ali Nardi.
Itulah profil Desa Tanjung Gading di sisi jalan lintas Sumatera, bukan pemukiman karyawan PT Inalum. Memiliki penduduk 1.704 jiwa atau 400 Kepala Keluarga (KK).
Ali Nardi bertkad memajukan Tanjung Gading sama dengan desa lainnya dan bila peerlu lebih baik dari desa-desa lainnya itu. Mungkinkah?. Mudah-mudahan.