Oleh: Maulana Syamsuri Universitas Islam Madinah Munawwarah (UIMM) di Madinah, Arab Saudi, berusia lebih setengah abad, diresmikan 25 Rabiul Awal 1380, tepatnya di tahun 1960. Sudah ribuan ilmuwan dan intelektual yang dihasilkan oleh universitas ini, seperti ahli agama Islam, para pakar fiqih, pakar astronomi, hukum, matematika, sastrawan muslim, dan para pembawa pembaruan. Pada tahun 1996 UIMM sudah menghasilkan lebih dari 10.000 pakar yang tersebar di 108 negara di dunia seperti Afghanistan, Aljazair, Amerika Serikat, Australia, Austria,Berundi, China, Eritrea, Ethopia, Filipina, Ghana, India, Indonesia, Kuwait, Iran, Jerman, Kamerun, Kenya, Kongo, Mauritius, Mesir, Myanmar, Nepal, Nigeria, Pakistan, Palestina, Malaysia, Mali , Maroko, Singapura , Brunei Darussalam,, Emirat Arab , Uganda, Qatar, Tunisia, Thailand, Sri Lanka, Somalia dan negara lain di Asia, Eropa serta Afrika.
Sebuah lagi perguruan tinggi terkemuka di Madinah, yakni Universitas King Abdul Aziz yang memiliki Fakultas Bahasa Arab dan Kajian Islam, Fakultas Ilmu Pasti Alam, Ilmu Fisika dan Mate-matika, , Bahasa Asing, Methodologi Pengajaran, Ilmu Jiwa Pendidikan, Perencanaan dan Manajemen, Ilmu-ilmu Sosial, Kesenian, Olahraga dan Kesehatan, dan Pendidikan Keluarga.
Tujuan perguruan tinggi ini adalah menyiapkan tenaga trampil dan kepedulian terhadap Kajian Islam , menggalakkan penelitian ilmiah,dan ikut memberi andil dalam menyebar luaskan karya-karya ilmu pengetahun. Di kampus ini disiapkan calon intelektual dan cendikiawan yang dibekali dengan ketrampilan ilmu, profesional, berwawasan luas, bermoral tinggi dan mampu menciptakan methodologi di bidang penyebaran ilmu, disamping pencapaian target pendidikan ilmu yang bermanfaat untuk umat manusia.
Alumni Universitas King Abdul Aziz juga sudah tersebar di dunia. Ribuan mahasiswa di kedua universitas itu hingga saat ini masih kuliah dengan nyaman, aman dan tenang.
Politik Meracuni Universitas Al Azhar.
Berbeda dengan kedua perguruan tinggi yang berada di Arab Saudi, Universitas Islam Al Azhar di Kairo, saat ini telah disusupi politik. Hari-hari yang seharusnya kuliah, tapi mahasiswa di perguruan tinggi ini lebih sering melakukan demonstrasi, menyebabkan belasan mahasiswa tewas dan ratusan ditangkap aparat militer yang berkuasa.
Universitas Islam Al Azhar Kairo adalah perguruan tinggi Islam tertua di dunia,saat ini telah berusia 1.043 tahun. Bentrok fisik antara mahasiswa dan aparat terjadi setiap hari dan tiada hari tanpa tembakan gas air mata untuk melumpuhkan demo para mahasiswa.
Para mahasiwa mengecam Imam Besar dan Presiden Al Azhar (di Indonesia disebut rektor), Ahmad el Thayeb yang memihak militer yang dipimpin Jenderal Abdel Fattah el-Sisi yang melengserkan Muhammad Mursi. Kebersamaan kedua tokoh itu menggambarkan betapa Universitas Islam Azhar sudah sangat lekat dengan kegiatan politik praktis.
Bentrokan antara mahasiswa dengan militer merupakan hal yang biasa terjadi setiap hari menyebabkan perkuliahan di universitas itu lumpuh total. Universitas ini terus bergejolak akibat demo yang berkelanjutan. Kredibilitas universtas Islam ini kian terpuruk sejak perguruan tinggi ini jadi alat politik. Ribuan mahasiswa yang seharusnya menjalani ujian terpaksa batal dan ikut dalam demo menentang politik masuk kampus. Di pintu gerbang terpajang spanduk besar bertuliskan “el -Tayeb anjing el-Sisi” ,tulis kantor berita Reuters.
Media semi pemerintah Al Ahram tidak henti-hentinya mengolok-olok Al Azhar, terutama setelah Mubarak jatuh.. Harian itu menulis betapa jutaan rakyat Mesir mentertawakan Al Azhar. Apalagi sejak Imam Besar Al Azhar periode 1996-2010, Muhmaad Tantawi, ketika memimpin Al Azhar banyak mengeluarkan fatwa yang nyeleneh dan tidak istiqomah. Itulah berita dari Kairo yang dirilis kantor berita AP.
Reaksi dari berbagai negara Islampun bermunculan. Salah satunya adalah dari Turki. Recep Tayyip Erdogan, Perdana Menteri Turki, kecewa berat serta penyesalan yang amat dalam menyaksikan Imam Besar Al Azhar bergandengan tangan dengan tokoh kudeta militer.
Kecenderungan Al Azahar menjadi alat politik penguasa sudah sangat terasa sejak masa awal revolusi pendongkelan Husni Mubarak 2011 lalu, Saat ini imam besar Al Azhar diangkat oleh pemerintah yang berkuasa, bukan dipilih oleh ulama Al Azhar. Apa lagi dalam hal dana, Al Azhar sangat bergantung pada pemerintah.
Korban-korban sudah banyak berjatuhan, baik di kalangan rakyat sipil, militer dan mahasiswa serta wartawan. Belum lama ini 5 wartawan Al Jazeera ditangkap dengan tuduhan melakukan aksi teror. Media massa asing dianggap menjadi kompor yang menambah runyam keadaan di Mesir. Pemberitaan Al Jazeera sangat berlebihan dan menyudutkan penguasa militer yang sedang berkuasa. Al Jazeera adalah kantor berita terbesar di jazirah Arab dan berkantor pusat di Qatar. Bersama penangkapan wartawan itu, sejumlah mahasiswa Al Azhar juga dijebloskan dalam penjara karena diduga sebagai pendukung Al Ikhwan Muslimun yang didirikan oleh Hassan Al Banna ditahun 1928.
Dari hari ke hari Al Azhar semakin terjerat arus politik praktis. Meskipun sudah ratusan mahasiswa ditangkap,namun demonstrasi terus berlanjut mendukung Muhammad Mursi. Para mahasiswa bersumpah tidak akan berhenti turun ke jalan sampai Muhammad Mursi dibebaskan.
Para demonstran tetap bersikukuh mempertahan Muhammad Mursi sebagai presiden Mesir ,yakni pemenang pemilihan presiden pada Juni 2012 setelah Husni Mubarak dilengserkan. Kini Mursi berstatus tahanan. Tuduhan terhadap Mursi bertambah lagi sebagai mata-mata asing,melakukan pelatihan militer serta mensponsori terorisme. Mursi terancam hukuman mati.
Pemerintah mengumumkan , bahwa organisasi Ikhwanul Muslimin (IM) sebagai organisasi terlarang di seluruh Mesir. Aparat disebar disetiap sudut kampus Al Azhar dan setiap menemukan mahasiswa pendukung IM pasti digelandang ke penjara.
Refrendum ke 3
Awal Januari 2014, pemerintah Mesir melaksanakan refrendum ke 3 yang diharapkan akan membawa angin segar bagi Mesir. Refrendum ini berlangsung tanpa melibatkan Ikhwanul Muslimin. Refrendum pertama dilakukan di Mesir Maret 2011 terhadap rancangan konstitusi sementara. Refrendum kedua, Desember 2012. Setelah refrendum ke 3 ini Mesir diharapkan menjadi negara demokratis yang menghormati setiap individu, kesamaan hak, kebebasan berkumpul, berserikat, dan mengemukakan pendapat. Yang paling penting lagi, perguruan tinggi harus steril dari politik, terutama Universitas Islam Al Azhar Pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana sikap Ikhwanul Muslimin selanjutnya?. Organisasi ini memiliki jaringan yang luas sementara partisipasinya diabaikan pada refrendum ke 3.. Bahkan mereka dianggap sebagai kelompok teroris.
Banyak negara di dunia berharap Mesir kembali normal dan Universitas Islam Al Azhar tidak lagi menjadi ajang politik sehingga mahasiswa dari 5 benua yang sedang menimba ilmu disana dapat kembali kuliah dan lulus pada waktunya serta kembali ke tanah airnya masing-masing sebagai manusia intelek, termasuk Indonesia.
Menurut Direktur Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Azzymardi Azra, Al Azhar sebenarnya tetap kredibel, tapi dalam kapasitasnya sebagai lembaga pendidikan dan pengetahuan Islam, insan Al Azhar sudah terlalu jauh dililit politik. Sehingga tidak banyak yang bisa diharapkan dari keadaan seperti sekarang. Menurut Direktur Pasca sarjana UIN ini, sebaiknya kalangan perguruan tinggi terutama PT Islam, fatwa Imam Besar Al Ghazali harus jadi pegangan, Insan kampus sebagai ulama harus berani menjaga jarak dan tidak boleh dekat dengan penguasa. Apalagi bergandengan tangan.
Asrama Mahasiswa Indonesia
Universitas Islam Al Azhar Kairo sangat populer di Indonesia. Sudah ribuan lulusan berbagai fakultas di Al Azhar yang telah menjadi dosen di perguruan tinggi,terutama PT Islam, seperti Universitas Islam Indonesia (Yogja) Unisba (Bandung) UISU (Medan), Universitas Muhammadiyah dan IAIN di seluruh Nusantara. Alumni Al Azhar banyak yang menjadi pengajar di pondok pesantren, juga menjadi muballigh, muallim, da’i dan ulama.
Jurusan yang ada di Universitas Al Azhar tidak mutlak tentang kaidah Islam, tapi juga jurusan umum ,seperti kedokteran, farmasi, pertanian, psikologi, hukum, pasti alam dan teknik. Alhamdulillah, semua universitas Islam di Indonesia belum ternodai oleh politik dan andainya muncul gejolak, bukan disebabkan racun politik, tapi dikarenakan faktor internal yayasan seperti UISU Medan
Awal Pebruari tahun silam, Presiden RI ,Susilo Bambang Yudhoyono, telah meresmikan perletakan batu pertama pembangunan asrama mahasiswa Indonesia tidak jauh dari kampus Al Azhar di atas lahan seluas 1.200 M2 dengan jumlah kamar 324 bilik yang mampu menampung ribuan mahasiswa asal Indonesia. Saat ini jumlah mahasiswa asal Indonesia yang kuliah di berbagai fakultas Al Azhar berjumlah 4.600 orang.
Universitas Islam di Dunia
Di Turki terdapat universitas Islam terkemuka seperti Ankara University serta Istambul University. Universitas Al-Karaouine di Maroko didirikan tahun 859 M oleh seorang perempuan bernama Fatimah binti Mohammad Al Fahry, tokoh pendidikan yang sangat populer di Afrika. Universitas Al-Karaouine hingga saat ini sudah sangat banyak mencetak intelektual barat. Universitas Al-Karaouine awalnya adalah sebuah masjid yang berkembang menjadi sebuah perguruan tinggi terkemuka di Maroko.
Tahun 989 M, Mali mendirikan sebuah universitas yakni Sankore University yang terletak di Timbuktu Mali. Nizamiyya Universitas merupakan universitas Islam tertua di Iran yang didirikan pada abad ke 8.
Rusia adalah negara komunis, tapi di negara itu terdapat sedikitnya dua universitas Islam yang sangat populer, yakni Sandikov University dan Universitas Kaukasus. Semua perguruan tinggi tersebut belum ternodai oleh politik. ***