Oleh: Jekson Pardomuan. “Aku, hikmat, tinggal bersama-sama dengan kecerdasan, dan aku mendapat pengetahuan dan kebijaksanaan.” (Amsal 8 : 12). Setiap kali kita berdoa, pasti kita akan meminta hikmat dan kebijaksanaan dari Tuhan untuk menghadapi segala perkara yang ada di bumi. Dalam hal pekerjaan dan rumah tangga, kita juga selalu meminta hikmat yang dari Tuhan. Di dalam Alkitab, Salomo adalah simbol seorang yang berhikmat. Alkitab memberitahu kita bahwa hikmat Salomo tak tertandingi oleh manusia lain. Dari tulisan-tulisannya, seperti Amsal dan Pengkhotbah, kita dapat melihat kebijaksanaan Salomo. Bagaimana Salomo memperoleh hikmatnya?
Dalam 1 Raja-Raja 3:4 dituliskan “Pada suatu hari raja pergi ke Gibeon untuk mempersembakan korban, sebab di situlah bukit pengorbanan yang paling besar; seribu korban bakaran dipersembahkan Salomo di atas mezbah itu.”
Ayat ini menuliskan bahwa Salomo pergi ke Gibeon untuk mempersembahkan korban pada Allah. Dia mempersembahkan seribu korban bakaran di atas mezbah di Gibeon. Korban bakaran adalah persembahan untuk membalas kemurahan yang telah mereka terima dari Allah. Sama seperti yang dikatakan Roma 12, orang Kristen harusnya mempersembahkan tubuh mereka sebagai korban persembahan yang hidup kepada Allah. Itu adalah ibadah yang setia.
Allah menyelamatkan kita, kita harus mempersembahkan diri kita kepada-Nya. Jadi, korban bakaran Salomo adalah untuk mengucap syukur kepada Allah yang telah dengan teguh mendirikan Israel, dan menjadikan Israel makmur dan kuat. Salomo mempersembahkan korban ini bukan di atas namanya sendiri. Dia mempersembahkan korban bakaran ini kepada Allah atas umat Israel.
Berbicara tentang hikmat, yang juga dikenal sebagai kebijaksanaan, begitu penting dalam kehidupan manusia. Tanpa hikmat dalam kehidupan, seseorang bisa salah jalan. Tidak mengherankan, apabila setiap manusia selalu ingin memiliki hikmat dan kebijaksanaan dalam kehidupannya. Bahkan, tidak jarang mereka akan melakukan apa saja untuk mendapatkan hikmat dan kebijaksanaan itu.
Banyak yang berpikir bahwa hikmat dan kebijaksanaan itu dapat mereka beli dan miliki dengan jalan belajar sampai tingkat tertinggi dan di tempat yang hebat, sehingga mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik, dan berusaha mendapatkan nilai akademis tertinggi.
Memang, tidak salah seseorang belajar sampai setinggi-tingginya. Namun, yang harus kita pahami adalah kemampuan akademis, atau kemampuan intelektual, tidaklah identik dengan hikmat. Pendidikan tinggi tidak menjamin seseorang memiliki hikmat. Lihat saja kasus-kasus yang ada di negeri ini, orang-orang yang dianggap berhasil dalam meraih pendidikannya banyak juga yang gagal ketika diberi kepercayaan untuk memimpin sekelompok masyarakat.
Pandangan masyarakat tentang orang yang memiliki hikmat dan kebijaksanaan juga banyak yang keliru. Ada yang berpikir bahwa hikmat dan kebijaksanaan seseorang dinilai dari usia seseorang, atau dari banyaknya gelar akademis yang disandangnya. Kecenderungan manusia untuk mencari dan memperoleh hikmat dan kebijaksanaan bukanlah suatu hal yang salah dan harus dilarang.
Hikmat memang harus terus menerus dicari, diperjuangkan dan dilatih. Namun, cara untuk mendapatkannya, dan pandangan tentang hikmat serta kebijaksanaan yang keliru, harus diluruskan. Gereja ikut berperan dalam memberikan pemahaman tentang hikmat dan kebijaksanaan secara tepat, serta menuntun jemaat untuk memperoleh hikmat dan kebijaksanaan dengan cara yang tepat, sesuai dengan Alkitab. Gereja harus membimbing umat-Nya memperoleh hikmat dan kebijaksanaan di dalam Kristus.
Alkitab juga menegaskan bahwa hikmat diartikan sebagai: pengertian, pengetahuan dan kebijaksanaan. Orang berhikmat memahami segala perkara dengan baik. Daniel 1:17. Allah memberikan kepada keempat pemuda itu hikmat dan keahlian dalam kesusasteraan dan ilmu. Selain itu kepada Daniel diberikan-Nya juga kepandaian untuk menerangkan penglihatan dan mimpi.
Sebenarnya, ada banyak ayat di dalam Alkitab yang menuliskan kata-kata hikmat dan kebijaksanaan. Seperti dalam Amsal 8 :12 dituliskan “Akulah hikmat; padaku ada pengertian, kebijaksanaan dan pengetahuan.” Pengkhotbah 8:1 “Alangkah senangnya orang bijaksana. Ia tahu jawaban atas segala perkara. Hikmat membuat dia tersenyum gembira, sehingga wajahnya cerah senantiasa.”
Semua hikmat sebenarnya berasal dari Allah. Allah menciptakan segala sesuatu menurut hikmat-Nya. Karena itu takut akan Allah, menyembah kepada Dia dan bersandar kepada Dia merupakan jalan satu-satunya memiliki hikmat yang benar. Amsal 1:7. Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. Pengkhotbah 2:26 “Allah memberikan hikmat, pengetahuan dan kebahagiaan kepada orang yang menyenangkan hati-Nya.”
Hikmat jauh lebih besar dari kekayaan dan kehormatan. Hikmat juga memberikan umur panjang. Karena hikmat menjauhkan kita dari malapetaka dan memberikan rasa aman. Orang berhikmat tak mudah jatuh dalam jebakan. Orang berhikmat akan menarik orang datang kepadanya untuk meminta nasihat atau petunjuk.
Dalam Amsal 3:16. Hikmat memberikan kepadamu umur panjang, kekayaan dan kehormatan. Ayat 19. Dengan hikmat, TUHAN menciptakan bumi; dengan akal budi-Nya Ia membentangkan langit di tempat-Nya. Amsal 4:6 Hargailah hikmat, maka hikmat akan melindungimu; cintailah dia maka ia akan menjaga engkau agar tetap aman.
Ada orang yang memiliki hikmat tapi tidak bijaksana, demikian sebaliknya ada orang yang dianggap sangat bijaksana tapi tidak berhikmat. Kebijaksanaan itu dimulai ketika kita meminta Allah untuk menjadi penyedia kita. Alkitab menuliskan, maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?" (1 Raja-Raja 3 : 9)
Tuhan menawarkan kebijaksanaan praktis untuk diterapkan di dalam kehidupan kita sehari-hari. Mazmur 119 : 97-98 menuliskan “Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari. Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku.”
Kebijaksanaan adalah kemampuan untuk melihat hidup dari sudut pandang Tuhan dan kemudian mengetahui tindakan terbaik untuk dilakukan. “Siapakah seperti orang berhikmat? Dan siapakah yang mengetahui keterangan setiap perkara? Hikmat manusia menjadikan wajahnya bercahaya dan berubahlah kekerasan wajahnya. (Pengkhotbah 8 : 1)
Kita dapat meminta kebijaksanaan Tuhan untuk membimbing kita dalam membuat pilihan. “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya. (Yakobus 1: 5)
Setiap orang pasti mengharapkan hikmat dan kebijaksanaan ada padanya. Mungkin, hal-hal kecil yang bisa kita lakukan adalah dimulai dari lingkungan keluarga. Apakah kita telah berhikmat bagi isteri, suami atau anak-anak kita ? Memperoleh hikmat dan kebijaksanaan yang dari Tuhan tidak mudah. Kita harus benar-benar melakukan segala sesuatu sesusi dengan kehendak Allah. Amin.