Faedah Memanfaatkan Waktu

Oleh: Rinna Abriani Pasaribu. Allah swt memerintahkan kepada umat manusia untuk menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Pentingnya hal ini, sampai-sampai Allah swt bersumpah mengatasnamakan waktu dalam surah yang juga bermakna waktu (al-a’shr). “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Q.S. Al’ashr [103] : 1-3). Orang yang beruntung adalah orang yang menggunakan waktunya dengan sebaik-baiknya, untuk beriman dan melakukan amal kebajikan, sebaiknya orang-orang yang menyia-nyiakan waktu dan terlena dengannya akan mengalami kerugian, baik harta, kedudukan, pekerjaan dan lain sebagainya.

Seorang ulama Jasiem M. Badhri al-Muthawi’ dalam bukunya Al-waqt ‘Amaar au Damaar, yang diterjemahkan menjadi “efisiensi waktu : Konsep Islam” mengungkapkan ada beberapa keuntungan menggunakan waktu secara efisien, diantaranya, pertama: Terkabulnya doa. Allah swt berfirman: “Maka kami memperkenankan doanya, dan kami anugerahkan kepada nya Yahya dan kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada kami dengan harap dan cemas. dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada kami. (Q.S. Al-Anbiya [21]: 90).an-Nasafi mengatakan dalam menafsirkan firman-Nya “mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik” dimaksudkan di sini adalah doa dan permohonan mereka mendapat ijabah karena selalu bersegera berjalan menuju pintu-pintu perbuatan yang baik dan untuk memperoleh kebaikan.

Kedua; Telah menyiapkan jawaban atas pertanyaan Allah swt kelak. Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda: Belum melangkah kedua kaki seorang hamba pada hari kiaat sehingga ia ditanya tentang empat hal; tentang umurnya dihabiskan untuk apa, ilmunya diamalkan untuk apa, dari mana dan untuk apa harta yang diperolehnya dan tentang tubuhnya diabdikan untuk apa”. (H.R. Tirmidzi). Maka barangsiapa telah menggunakan umur, badan, ilmu dan harta bendanya untuk hal-hal yang bermanfaat baginya, maka ia sudah siap dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu pada hari kiamat kelak.

Ketiga; Kehidupan akhirta yang diridhoi dan Surga yang tinggi. Sesuai dengan firman Allah swt dalam Alquran: “Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah). Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, Maka dia berkata: "Ambillah, Bacalah kitabku (ini)". Sesungguhnya Aku yakin, bahwa Sesungguhnya Aku akan menemui hisab terhadap diriku. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai, Dalam syurga yang tinggi, Buah-buahannya dekat, (kepada mereka dikatakan): "Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang Telah kamu kerjakan pada hari-hari yang Telah lalu". (Q.S. Al-Haqqah : 18-24). Pengertian ayat di atas ialah apa yang akan dialami manusia di akhirat kelak bergantung pada perbuatannya dalam mengisi hari-harinya selama di dunia, berupa amal-amal shaleh. Tentunya orang yang mengerjakan amal shaleh di dunia adalah orang yang menggunakan waktu sekaligus umurnya dengan baik dan efisien.

Keempat; Kehidupan yang baik. Untuk menguatkan hal ini, firman Allah swt di dalam Alquran: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan. . (Q.S. Annahl [16] : 97). Imam Qurthubi mengatakan tentang kehidupan yang baik, yakni rejeki yang halal, qanaah (menerima segala pemberian Allah swt, dengan rela), pertolongan Allah, selalu taat kepada-Nya dan surga yang penuh kenikmatan dan kebahagiaan. Dalam ayat yang lain diungkapkan oleh Allah swt: “Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Sesungguhnya akan kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang Tinggi di dalam syurga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal. (Q.S. Al-Ankabut [29] : 58)

Karenanya perlu bagi umat Islam untuk meneladani Rasulullah saw dan para sahabatnya beserta orang-orang saleh dan kaum muslimin generasi salaf yang sadar akan pentingnya makna waktu dalam ber-fastabiqul khairat, berlomba-lomba dalam melaksanakan kebajikan, dalam beribadah maupun dalam bermuamalah, agar keuntungan seperti yang sebagian diungkapkan diatas dapat kita raih. Seperti kesaksian Ibrahim al-Harbi tentang penggunaan waktu yang fantastis dan efisien yang dilakukan Imam Ahmad bin Hambal: “aku telah bersahabat dengan Ahmad bin Hambal selama dua puluh tahun, baik di musim kemarau atau penghujan, dalam suasana panas dan dingin, siang maupun malam. Maka, sungguh aku tidak menjumpainya dalam sehari pun, kecuali aku dapati ada nilai tambah (lebih) dari hari kemarin”. Sungguh contoh yang mengagumkan dari salah seorang mujtahid fikih di dalam sejarah Islam dalam menggunakan waktunya.

 

()

Baca Juga

Rekomendasi