Perbaungan, (Analisa). Ratusan warga Kota Perbaungan memblokir lintasan kereta api di stasiun Perbaungan, Senin (3/2). Akibatnya, jalur kereta api jurusan Medan-Tebingtinggi lumpuh total selama sekira 7 jam.
Aksi blokir tersebut dilakukan warga yang didominasi penduduk Lingkungan Tempel, Kelurahan Simpang Tiga Pekan, Kecamatan Perbaungan, sejak pukul 07.00 WIB sampai 14.00 WIB karena pihak PT KAI Divre I Sumut dianggap berlaku tidak adil. Soalnya, perusahaan itu memutuskan tidak lagi melayani tiket penumpang untuk stasiun Perbaungan dan Seirampah serta tidak berhenti di 2 stasiun itu sejak 1 Februari 2014 .
Kebijakan itu menyebabkan warga tidak bisa lagi bepergian menggunakan jasa angkutan transportasi kereta api sekaligus mematikan pendapatan pedagang asongan yang sudah turun-temurun sejak puluhan tahun silam.
Awalnya warga hanya mendirikan bendera merah putih di tengah-tengah lintasan rel kereta api dan sempat memecahkan beberapa pot bunga yang dipajang di stasiun itu.
Suasana ricuh sempat terjadi tatkala pertemuan antara pedagang yang tergabung dalam Ikatan Pedagang Asongan (IPA) Perbaungan dengan pihak PT KAI Divre I Sumut didampingi anggota DPRD Sergai dan turut dihadiri Camat Perbaungan serta Lurah Simpang Tiga Pekan tidak menghasilkan kesepakatan.
Terlebih saat warga merasa tersinggung dengan sikap Kepala Pengamanan Polisi Khusus Kereta Api (Polsuska) Kolonel (Marinir) Marwan M yang dinilai tidak bersahabat dan membela perusahaan sehingga sempat menjadi bahan olok-olokan warga.
Aksi puncak terjadi sekira pukul 12.25 WIB saat kereta api penumpang dari Medan menuju Tebingtinggi akan melintas. Warga yang sebelumnya mengultimatum tidak akan membiarkan kereta api melintas sebelum tuntutan pedagang asongan boleh berjualan dan kereta api berhenti di stasiun Perbaungan, spontan beraksi memalangkan belasan balok besar dan besi-besi sekitar stasiun di lintasan rel kereta api.
Warga yang didominasi kaum ibu bahkan sempat menyerang seorang petugas stasiun yang mengatur perjalanan kereta api sehingga pihak PT KAI Divre I Sumut memutuskan menghentikan laju kereta api sebelum sampai stasiun Perbaungan.
Kericuhan tersebut membuat Wakil Kepala Kepolisian Resort (Wakapolres) Sergai Kompol Supriatmono didampingi Kapolsek Perbaungan AKP Amir M turun ke lokasi dan berupaya menenangkan warga yang sudah tersulut emosi karena tuntutan mereka tidak dikabulkan.
Dari hasil mediasi yang dilakukan Polres Sergai antara pengurus IPA dengan PT KAI Divre I Sumut dihadiri Camat Perbaungan Akmat Koto, Lurah Simpang Tiga Pekan M Nurdin, Kepling Kampung Tempel anggota DPRD Sergai Safrul Hayadi, tokoh pemuda Perbaungan Syafrizul Herlach, disimpulkan akan dilakukan pertemuan, Kamis (6/2) di Kantor Pemkab Sergai, Seirampah.
Namun keputusan itu ditolak warga yang menilai terlalu lama. Warga menyetujui pertemuan itu dilakukan, Kamis (6/2), jika perjalanan kereta api juga ditunda sampai hari yang sama atau ada kompensasi terhadap pedagang asongan yang kehilangan pendapatan sampai ada keputusan dan solusi.
Akibat penolakan itu, Wakapolres Kompol Supriatmono yang tidak mampu melunakkan hati warga kembali bernegosiasi. Akhirnya diputuskan pertemuan akan dilaksanakan, Selasa (4/2) hari ini.
Alami Kerugian
Akibat pemblokiran lintasan kereta api menyebabkan pihak PT KAI mengalami kerugian besar yang belum bisa diprediksi jumlahnya. Pasalnya banyak perjalanan kereta api dari dan menuju Stasiun Besar Medan tertunda.
Humas PT KAI Divre I Sumut Rafino yang berada di lokasi menjelaskan, akibat pemblokiran warga, mereka mengalami kerugian karena tertundanya beberapa perjalanan kereta api namun belum bisa dikalkulasikan jumlah kerugiannya.
Setidaknya ada dua perjalanan kereta api tertunda dan terpaksa dihentikan karena sudah terlanjur berangkat. Satu kereta api dari arah Medan terpaksa dihentikan di stasiun Lubukpakam dan satu lainnya dari arah Tebingtinggi menuju Medan dihentikan di stasiun Telukmengkudu.
Bahkan perjalanan kereta api dari Medan yang sudah sempat berjalan terpaksa berhenti di stasiun Kota Lubukpakam dan karena tertahan cukup lama, pihak PT KAI mengambil kebijakan mengembalikan tiket penumpang. “Tadi sudah kita kembalikan tiket penumpangnya” ujarnya.
Buat Dapur Umum
Warga bersikukuh tetap aksi sampai tuntutan mereka dikabulkan. Bahkan mereka sudah membuka dapur umum dengan mendirikan teratak di sekitar lokasi stasiun Perbaungan.
Sebagai bentuk solidaritas, warga juga sudah mengumpulkan dana secara spontan untuk kebutuhan aksi mereka. Mereka juga sudah mulai memasak di dapur umum tersebut.
Nona (53), seorang warga menuturkan, sebenarnya aksi mereka tidak bakal terjadi dan panjang serta tidak merugikan pihak PT KAI bila tuntutan para demonstran dikabulkan. “Sebenarnya mudah saja.
Tuntutan warga hanya kereta api berhenti dan pedagang bisa jualan lagi,” tegasnya.
Menurut Nona yang sejak usia 10 tahun sudah berjualan di kereta api dan usaha itu kini dilanjutkan anaknya, warga Perbaungan khususnya Kampung Tempel sudah puluhan tahun melakoni diri sebagai pedagang asongan di kereta api.
Usaha turun-temurun itu menjadi pendapatan dan pekerjaan utama warga Kampung Tempel sehingga bila PT KAI tidak lagi membolehkan mereka berjualan akan berdampak terhadap keberlangsungan hidup mereka.
“Ini masalah yang sejengkal (perut-red), Pak. Kalau yang sejengkal ini terganggu, orang akan nekat dan tidak takut melakukan apa saja,” ucapnya.
Nona juga memastikan, keberadaan pedagang asongan di kereta api tidak pernah mengganggu kenyamanan penumpang seperti ditudingkan pihak PT KAI Divre I Sumut. Bahkan pedagang asongan banyak membantu penumpang untuk memenuhi kebutuhan jajan mereka selama perjalanan termasuk petugas masinis.
Hal serupa dikatakan Nurhati (73). Sejak kecil dia menjadi pedagang asongan. Kini dia sudah pensiun.
Ketua IPA Ahmad Sukri menuturkan, kebijakan PT KAI yang menutup tiket penjualan di stasiun Perbaungan tidak saja berdampak terhadap warga Sergai yang tak bisa lagi menikmati jasa transportasi kereta api. Lebih dari itu, puluhan pedagang asongan kehilangan pendapatan. Padahal pedagang yang tergabung di IPA meski jumlahnya 204 orang, hanya sekira 87 orang berjualan di kereta api dan dibagi dalam 3 sesi.
Selain dibagi 3 keberangkatan kereta api dengan jalur Perbaungan-Seirampah dan Perbaungan Tembung 2 kali, pedagang asongan juga membayar karcis sekali perjalanan Rp6.500 sehingga untuk pergi dan pulang dikenakan biaya Rp13.000. (ak)