Kamus Khazanah 78.000 Kata

Maulana Syamsuri. Pulang dari Pontianak Kalimantan Barat, di pintu masuk bandara Supadio, saya dihadang oleh kerabat saya. Dia seorang dosen Fakultas Teknik Universitas Tanjung Pura. Sang dosen mengucapkan selamat ulang tahun ke 71 kepada saya dan memberikan sebuah kado. Bingkisan seberat 2,1 kg, berukuran 18x25x6 cm. Setelah tiba di rumah, kado ulang tahun itu saya buka dan saya sangat bersyukur.

Isinya Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi ketiga yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka. Saya merasa lebih senang menerima kado sebuah kamus, ketimbang segepok uang. KBBI edisi ketiga tebalnya 1.387 halaman ditambah kata pengantar 25 halaman termasuk kata pengantar dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI (waktu itu), Fuad Hasan dan Yahya A.Muhaimin.

 Di kamus itu terhimpun 78.000 kata termasuk kata-kata serapan dari bahasa Arab, Belanda, China, Inggris, Italia, Jerman, Jepang, Latin, Parsi, Portugis. Skotlandia, Sansekerta, Spanyol dan Yunani. Tidak ketinggalan serapan dari bahasa daerah, seperti Batak, Bali, Dayak, Jawa, Madura, Minang, Manado, Palembang dan Sunda. KBBI edisi pertama terbit tanpa melupakan jasa para leksikograf yang tersebar di 22 provinsi dan para ahli bahasa lain.

“Kamus”, bukan berasal dari bahasa Belanda, bukan dari bahasa Inggris atau Latin, tapi dari bahasa Arab qomus dan dalam bentuk jamak qawamis. Sebagian ahli bahasa mengatakan, kamus merupakan kata serapan dari bahasa Yunani okeanos yang berarti “lautan” (ilmu). Sejarah kata itu jelas memperlihatkan makna dasar yang terkandung dalam kata kamus yaitu wadah pengetahuan. Khususnya pengetahuan bahasa yang tidak terhingga dalam dan luasnya.

Saya yakin kamus adalah lautan ilmu yang tidak terhingga. Terbukti ketika saya bertandang ke rumah kerabat saya, di kompleks perumahan dosen Universitas Tanjung Pura, saya melihat sederetan buku-buku tebal sejenis ensiklopedia dan kamus. Kamus Istilah oleh S. Takdir Alisjahbana, Kamus Tehnik oleh B. S. Anwir, Kamus Istilah Ilmu dan Teknologi oleh H. Johannes dan tidak ketinggalan KBBI. Kamus merupakan khazanah yang memuat perbendaharaan kata suatu bahasa, secara ideal tidak terbatas jumlahnya.

Sejarah Perkamusan

Menyusun kamus membutuhkan kecermatan pancatatan bahasa, kesempurnaan dan tidak dapat dipisahkan dari ideologi bahasa. KBBI edisi pertama (1988) penerbitannya dipimpin penyunting penyedia Prof. Dr. Anton M. Moeliono dengan bantuan lebih dari 100 orang ahli pengumpul data dan tesaurus. KBBI edisi pertama diawali oleh gagasan Dr. Sri Wulan Rujiati Mulyadi, kepala Lembaga Bahasa Nasional, priode 1969-1975 bersama Prof. Dr. Amran Halim, serta Prof. Dr. Anton M. Moeliono. Terbitnya KBBI edisi pertama tidak terlepas dari dukungan Prof. Dr. Harimurti Kridalaksana.

Di Eropa, terutama di Inggris, kamus sudah dikenal sejak tahun 1.755. Dengan terbitnya kamus oleh Samuel Johnson, Bapak Leksikografi Inggris, menyusun Dictionary of the English Language. Beliau menulis, fungsi kamus ialah memelihara kemurnian bahasa. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Noah Webster, Bapak Leksikografi Amerika, penyusun An America Dictionary of the English Language (1828), menurunkan beberapa generasi kamus yang memakai nama Webster di Amerika.

Ideologi bahasa yang normatif itu, melandasi kamus-kamus modern, seperti A New English Dictionary on Historical Principles (1934), lebih dikenal sebagai Kamus Oxford, dan Webster’s Third New International Dictionary (1961), berusaha mencatat dan menafsirkan pemakaian bahasa secara cermat.

Tradisi perkamusan di negara yang sudah maju itu memang dimulai dengan kamus baku dan kamus ekabahasa (monolingual). Juga dari kamus sumber itu diterbitkan kamus-kamus berikutnya, seperti Shorter Oxford Dictionary, Webster’s New Collegiate Dictionary, van Dale Handwoordenboek (dari van Dale Grootwoordenboek der Nederlandse Taal), Petit Larousse (berdasarkan Grand Larousse).

Perkamusan di Indonesia

Penerbitan kamus di Indonesia amat berbeda dengan negara-negara Eropa dan Amerika. Tidak hanya dalam hal fungsi, juga sejarah. Leksikografi di negeri ini dimulai dari daftar kata atau glosarium ke kamus-kamus dwibahasa kemudian ke kamus-kamus ekabahasa.

Menurut catatan, karya leksikografi tertua dalam studi bahasa di Indonesia ialah daftar kata China-Melayu pada permulaan abad ke-15, yang berisi 500 lema. Daftar kata Italian-Melayu yang disusun Pigafetta (1522) termasuk pula karya leksikografis merupakan titik awal. Kamus tertua dalam sejarah bahasa Indonesia ialah Spraeck ende woord-boek, Inde Malaysche ende Madagaskarche Talen met vele Arabische ende Turcsche Woorden (1603) karya Frederick de Houtman. Kamus-kamus Melayu itu jelas lebih tua daripada Lexicon Javanum (1706), anonim yang naskahnya tersimpan di perpustakaan Vatikan. Dianggap sebagai kamus Jawa tertua dan pasti jauh lebih tua daripada kamus Sunda, Nederduitsch-Maleisch en Soendasch Woordenboek (1841) oleh A. De Wilde.

Minat pada bahasa dan perkamusan pada zaman kolonial itu terbatas pada bahasa asing saja. Bahasa di Indonesia pada waktu itu ialah bahasa Melayu, Jawa, Bali, Sunda, Makasar dan lain-lain. Bukan bahasa Indonesia seperti saat ini. Kamus Melayu-Jawa berjudul Baoesastra Melajoe-Djawa (1916) karangan R. Sastrasoeganda, kamus dwibahasa pertama yang disusun oleh putra Indonesia.

Kamus ekabahasa pertama disusun oleh putra Indonesia ialah Kitab Pengetahuan bahasa, Kamus Loghat Melayu-Johor-Pohang-Riau-Lingga penggal oleh Raja Ali Haji dari Riau. Pada tahun 1345 Hijrah (1928 Masehi), kamus itu tercatat pada buku yang dicetak oleh Al Ahmadiah Press Singapura. Karena Raja Ali Haji hidup pada pertengahan abad ke-19. Dapat dipastikan, buku itu sudah beredar, pada awal abad ke-19, seperti halnya buku pelajaran ejaan dan tata bahasanya, Bustanulkatibina (dicetak tahun 1273 H atau 1857 M).

Baoesastra Djawa (1930) karangan W.J.S. Poerwadarminta, C. S. Hardjasoedarma dan J. C. Poedjasoedira dapat dianggap sebagai pelopor perkamusan ekabahasa bahasa Jawa, seperti halnya Kamoes Soenda (1948) karangan R. Satjadibrata.

Diakui oleh Prof. Dr. Anton M. Moeliono, selaku Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa RI, terbitnya KBBI berasal dari berbagai sumber dan kamus-kamus sebelumnya. Seperti Kamus Umum Bahasa Indonesia W. J. S. Poerwadarminta (1976), Kamus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (1983), Kamus Modern Bahasa Indonesia, Soetan Mohamad Zein, Kamus Indonesia B.St.Harahap (1951).

Kamus Bahasa Indonesia di Luar Negeri

Di Prancis diterbitkan Dictionare Indonessien Francais oleh P. Laboueses (1984). Di Amerika terbit pula Indonesian - English. Dictionery oleh Jhon M. Echols dan Hasan Sadly (1963), dan An English-Indonesian Dictionery oleh pengarang yang sama (1975) dan Comtemporer Inddonesian-English Dictionery oleh A. Ed. Shmidgall dan Alam N.Steven (1981). Kamus Besar China-Indonesia (1985). Kamus Baru Indonesia-Tionghoa oleh Liang Lili (1989). Di Rusia juga terbit Kamus Besar Indonesia-Rusia oleh R. N. Korigjdkly (1990). Di Belanda juga terbit Kamus Indonesish-Netherlands Woordenboek oleh A.Teeuw (1990).

Kamus besar adalah khazanah kata yang menghimpun kekayaan sesuatu bahasa. Sampai pada masa tertentu, disusun dalam bentuk lema, lengkap dengan segala maknanya. Nuansa makna kata diuraikan dalam bentuk difinisi, deskripsi, contoh, sinonim atau parafrasa. Nuansa ini juga disertai dengan label pemakaian, misalnya penjebutan bidang kehidupan pemakaian sesuatu kata (label ragam bahasa), daerah atau kelompok sosial, ragam bahasa atau dialeg sosial.

KBBI edisi ketiga. memuat 78.000 kata dari para penyumbang bahan dan data setelah melalui seleksi oleh tim ahli yang sangat ketat. Istilah pelbagai bidang kehidupan dan cabang ilmu pengetahuan menurut pakar bersangkutan dan pantas dimuat dalam kamus ini. Disebut dengan kata adalah kata asal, kata berimbuhan, kata berulang, kata majemuk, frasa atau singkatan yang menurut ilmu leksikografi disebut lema.

Tidak Hanya Kata dan Istilah

KBBI, khazanah yang sangat sempurna, tidak hanya lema/kata yang ditampilkan , juga kata dan ungkapan bahasa daerah, kata dan ungkapan bahasa asing, singkatan dan akronim.

Sebagai contoh serapan kata dari daerah Batak antara lain adalah Dalihan na tolu yang bermakna hubungan kekerabatan dalam keluarga suku Batak,yaitu hula-hula, dongan sabutuha dan boru; makna harfiahnya adalah “mangku yang tiga”. Kata marsiadap ari, juga dari serapan bahasa Batak yang berarti saling membantu dalam menangani suatu pekerjaan seperti menggarap sawah dan sebagainya. Makna harfiahnya, meminjam hari dan tenaganya.

Bentuk-bentuk aksara daerah, seperti aksara Bali, Jawa, Sunda, Jawi (Melayu), Bugis dan Makassaar, Karo, Mandailing, Lampung, Toba dan Kerinci (Minang) ditampilkan di kamus ini. KBBI juga menampilkan ratusan pribahasa dan perumpamaan. Juga dimuat dalam kamus ini aksara/huruf Arab, Hasy Pesysa, Hrigasa, Katakana, Rusia, dan Yunani. Nama-nama negara sebanyak 208 negara di dunia termasuk ibukota dan bahasa nasionalnya juga lengkap hadir di kamus ini mulai dari Afghanistan, Belanda hingga Zambia dan Zimbabwe. Juga mata uang asing mulai dari Afghani mata uang Afghanistan hingga dolar, franc, gulden dan rupiah sebagai mata uang Indonesia

KBBI juga memuat nama-nama semua provinvsi di Indonesia dan setiap provinsi terdiri dari belasan daerah tingkat II/kabupaten dan walikota lengkap dengan luas dan jumlah penduduknya. Dalam KBBI juga dimuat sukatan dan timbangan. Tanda dan lambang astrologi serta astronomi, biologi, fisika, mate-matika,bahkan musik dan kedokteran juga dapat dilihat di kamus ini. Bahkan bintang dan tanda-tanda jasa serta kehormatan yang diberikan oleh pemerintah juga tercantum dalam kamus ini.

Saya bangga punya KBBI. Andapun harus memilikinya kalau ingin pintar!

Penulis sastrawan/novelis

Medan, 24 Maret 2014

()

Baca Juga

Rekomendasi