Tontonlah Film Sesuai Kategori Usia

Oleh: Ely Zhua. tentu kita semua tahu apa itu bioskop. Sebuah tempat di mana film–film dari dalam negeri dan luar negeri ditayangkan. Tentu saja film yang ditayangkan bukan hanya film komedi. Ada juga film action, drama, animasi dan masih banyak jenis lainnya. 

Penulis kali ini bukan mau membahas tentang genre film tapi tentang kategori umur pada sebuah film. Setiap kali sebelum film ditayangkan, pasti selalu ada kalimat “Tontonlah film yang sesuai dengan kategori umur Anda”. Saat akan membeli tiket bioskop pasti ada layar televisi yang menayangkan film apa saja yang akan tayang hari ini, pukul berapa dan tentu saja kategori usia untuk menonton film itu.

Ada beberapa kategori umur. Semua Umur, biasanya disingkat SU. SU tentu saja bisa ditonton oleh anak kecil sampai orang dewasa. Ada pula yang menargetkan Remaja atau R. Sebagai remaja terpelajar tentu tahu batas usia untuk remaja. Lalu ada lagi D yang berarti Dewasa. Ya, tentu saja hanya orang dewasa yang pantas menonton film berlabel D. Bukan karena ada adegan (maaf) seks saja tapi juga karena ada unsur psikologi yang dianggap belum mampu dipahami remaja maupun anak–anak.

Tapi setelah puluhan kali ke bioskop, penulis miris melihat orangtua yang dengan santai membawa anak kecil yang bahkan mungkin masih duduk di bangku Taman Kanak– kanak untuk menonton film yang berlabel dewasa. 

Sebagai orangtua seharusnya tahu tontonan yang pantas untuk anak mereka. Bagaimana menjelaskan kepada anak kecil yang menyaksikan adegan ciuman yang selalu ada di film barat atau menjelaskan adegan pembunuhan yang terlihat sadis? Mungkin ada orangtua yang mampu menjelaskan tapi bagaimana kalau ada orangtua yang tak peduli. Membiarkan saja anak mereka mengembangkan imajinasi tanpa membatasi atau menjelaskan secara benar.

Sebuah film atau tayangan yang ditonton sangat mudah diserap oleh pemikiran polos anak–anak. Daya serap anak–anak seperti spon tapi spon yang tidak dibatasi lama–lama akan membengkak lalu mengeluarkan air yang malah membasahi. Semakin dibiarkan, semakin berkembang tidak baik. Demikian pula dengan otak anak–anak.

Remaja dan anak–anak tentu saja berbeda dalam menyaring informasi di otaknya. Penulis yakin para remaja yang terpelajar tak akan melanggar batas usia dalam sebuah tontonan. Bukan karena takut tapi lebih karena kesadaran diri. Tidaklah hebat ketika bisa menonton film yang diperuntukkan bagi orang dewasa. Malah akan hebat jika para remaja bisa menjelaskan kepada kenalan, orangtua, atau paman dan bibi yang sering membawa anak–anak menonton film yang tidak pantas untuk ditonton anak– anak.

Petugas tiketnya saja tak melarang siapa pun yang mau menonton, jadi mengapa kalian harus repot mengikuti peraturan? Mungkin pertanyaan itu yang terlintas di benak. Banyak yang membahas tentang hal ini, seharusnya bioskop di Indonesia menerapkan dengan benar kategori umur seperti bioskop luar negeri tapi tentu saja sekali lagi itu semua kembali ke diri masing– masing. 

Hebatkah ketika bisa menonton film yang sebenarnya bukan untuk usianya? Hebatkah menjadi orang pertama yang bahkan teman–teman lain belum menontonnya? Tawa bangga mungkin saja akan terkembang tapi hal yang salah tetaplah tidak ada yang hebat. 

Kembali kepada kesadaran dan sikap diri. Remaja yang berbudi dan terpelajar pasti bisa mengambil sikap mana yang patut dilakukan dan mana yang tidak. Jadi rasanya tak akan sulit menonton film yang sesuai dengan kategori.

* Februari 2014

()

Baca Juga

Rekomendasi