Mengimani Makna Jalan Salib

Menelusuri kembali secara singkat jalan yang ditempuh Yesus, mematuhi pengutusan Allah Bapa di bumi ini. Sejak kelahiranNya di kandang domba Bethlehem, jelas Yesus datang dengan kerendahan, mengambil rupa seorang hamba. Manusia harus senantiasa melayani. Pernyataan anak manusia datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani dan memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.

Oleh: FAHRIN MALAU

Prinsip inilah, dia menekankan agar manusia mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi serta mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Prinsip melayani dan berkurban itu, Yesus Kristus sekaligus sikap dan prinsip-prinsip orang-orang yang menamakan dirinya beragama pada saat itu. Mereka menyebut dirinya orang saleh, taat beribadah, tetapi perilaku mereka sangat buruk. Mereka menganggap diri jauh lebih tinggi dari semua orang. Membenci orang lain yang tidak sepaham dengan mereka, membatasi ruang gerak beragama bagi orang lain. Membuat aturan-aturan yang hanya menguntungkan kelompoknya, memeras orang-orang miskin dan sebagainya. Perilaku ini jelas ditentang oleh Yesus Kristus dan menyuarakan dengan keras agar mereka bertobat.

Melaksanakan misi Allah di bumi ini, Yesus tetap kepada Allah BapaNya yang di surga, sekalipun harus menanggung celaan dan siksaan. Penderitaan terakhir yang dia alami adalah salib. Yesus Kristus disalibkan di Golgata bersama dua orang penjahat, seolah-olah dia bagian dari kelompok penjahat itu. PenderitaanNya yang terpahit pun ketika tergantung di kayu salib. Yesus meminta kepada Allah agar mereka yang menyalibkanNya diampuni dan membuka jalan tobat kepada salah seorang penjahat yang tergantung di sebelah kananNya.

Pengorbanan dan kematian Yesus tidak sia-sia. KematianNya bukan seperti kematian manusia biasa. KematianNya bukan karena hukuman atas dosa-dosa yang dilakukanNya. Sekalipun dia mati di kayu salib, dia bangkit pada hari ketiga. Dengan demikian bagi orang Kristen kematian merupakan akhir dari perjalanan di bumi, tetapi merupakan bagian awal dari perjalanan baru bersama Kristus menuju kehidupan kekal di dalam Kerajaan Allah.

Peristiwa Luar Biasa

Apa yang dialami Yesus tahap demi tahap adalah peristiwa luar biasa. Betapa tidak. Perilakuan yang dialami Yesus pada peringatan Paskah semata-mata untuk menembus dosa umat manusia, khususnya umat Kristen. Dia tahu, manusia dalam hidupnya penuh dengan perbuatan berdosa. Dia penuhi janji untuk menembus dosa. Setelah kematian Yesus, pada hari ketiga kembali bangkit. Kebangkian ini mengisyaratkan ada harapan kepada umat manusia untuk berbuat yang lebih baik setelah dosa-dosa ditembus.

“Peristiwa pra Paskah dan setelah Paskah umat manusia khususnya umat Kristen harus dapat memahami dari kematian dan kebangkitan. Dengan melihat peristiwa penembusan dosa, umat Kristen harus sadar dan melakukan perubahan dengan hidup baru. Dengan penembusan berarti sudah lunas dosa manusia. Peristiwa yang dialami Yesus sudah sepantasnya menyadari manusia memahami apa yang dilakukan dan apa yang harus ditinggalkan. Berarti Pasakah hidup baru dengan untuk menjalankan perintahNya,” jelas Ketua DPD Ikatan Sarjana Katolik Indonesia Sumatera Utara, Hendrik H. Sitompul.

Dikatakan Hendrik yang kini sedang menjalani pendidikan Lemhanas angkatan 52, peristiwa ini harus diimani dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari sebenarnya manusia tidak lepas dari dosa. Kadang manusia berusaha untuk membela diri dengan menyebutkan manusia berbuat dosa adalah manusiwi. Padahal manusia mempunyai iman dan kita harus mengacu kepada firmanNya. Itulah hidup baru menjalankan dengan melaksanakan perintahnya.

Peringatan Paskah seharusnya merupakan peristiwa ibadah dan peringatan terbesar dalam komunitas Kristen. Kenyataannya berbeda. Dalam perjalanan gereja-gereja belakangan ini, termasuk di Indonesia, perayaan  Natal semakin sangat luar biasa. Kadangkala perayaan Natal dilakukan dengan semeriah-meriahnya dengan dana yang sangat besar. Hampir semua kelompok masyarakat di kota maupun di desa, bahkan di lorong-lorong kampung membentuk panitia untuk merayakan Natal bersama. Anak-anak pun lebih terkesan dengan pada saat Natal karena mereka mendapatkan hadiah.

Ibadah dan perayaan paskah tidak hanya dilakukan pada hari peringatan kematian Yesus dan peringatan kebangkitanNya. Perayaan paskah seharusnya merupakan momen yang sangat penting untuk merenungkan perjalanannya selama ini. Kita bertanya kepada diri sendiri apakah kita masih tetap mengikuti pelayanan dan pengorbanan Kristus. Menegakkan kebenaran dan keadilan, melawan segala bentuk kejahatan, mengajar umat agar memiliki sikap hidup yang sebenarnya. Kebangkitan Kristus seharusnya menjadi karunia besar bagi orang-orang yang mengimani. Membawa semangat kebangkitan itu di dalam masyarakat majemuk berupa kesediaan untuk senantiasa melayani, menentang segala hal yang dapat menyengsarakan masyarakat.

Kristus tidak pernah menyombongkan diriNya sekalipun Dia adalah Anak Allah yang menjadi manusia. Di dalam kerendahan itulah kekuatan kita untuk melawan segala bentuk kejaliman dan kesombongan rohani. Paskah menjadi berkat bagi gereja dan kemudian gereja menjadi berkat bagi masyarakat dan bangsa Indonesia.

“Bagi saya pribadi. Kehadiran Paskah memiliki makna yang sangat besar,” ungkap Hendrik yang juga Celeg Dapil V DPRD Kota Medan.

Sebagai orang Katolik, setiap peristiwa paskah memiliki makna khusus. Kami menimani peristiwa bahwa penembusan Katolik. Berbagai aktifitas dilakukan menyembut Paskah, baik sebelum dan sesudah. Seperti melakukan ibadah puasa sebulan sebelum Paskah. Puasa yang dilakukan dengan tidak makan terlalu banyak pada hari biasa. Ini bertujuan agar kita bisa merasa penderitaan mereka yang mengalami kesulitan untuk memperoleh kebutuhan hidup seperti makan. Melakukan Rabu abu, Kamis Putih, melakukan jalan salib setiap hari Jum’at. Melakukan Jum’at Agung dan melakukan kebaktian pada hari kebangkitanNya.

“Semoga dengan Paska tahun ini kita bias lebih dapat mengimanan peristiwa yang dialami Yesus untuk menjalani kebenaran setelah dosa ditembus,” ujarnya.

()

Baca Juga

Rekomendasi