Kuburan Dibersihkan, Ibadah Paskah Beralih ke Gereja

Paskah, simbol kemenangan dan bangkitnya Tuhan Yesus dari kuasa maut dan dari kubur. Bagi masyarakat kristiani yang tinggal di kawasan Tapanuli, Toba dan Samosir kemeriahan paskah selalu dirayakan dengan membersihkan kuburan/makam para leluhur dan kerabat yang sudah terlebih dahulu meninggal dunia.

Membersihkan kuburan merupakan kegiatan yang wajar dan sudah menjadi kebiasaan masyarakat kristen. Orang-orang kristen mendoakan orang-orang yang sudah terlebih dahulu meninggal, karena suatu saat nanti, dihari penghakiman atau hari kesudahan dunia ini, orang-orang mati akan bangkit dan akan dihakimi sesuai dengan perbuatannya selama hidup.

Pastor Herman Nainggolan saat berbincang dengan Analisa menyampaikan, orang kristen harus selalu menyiapkan diri terhadap kematian. Oleh karena itu, dengan berziarah dan membersihkan kuburan, orang kristen diingatkan untuk terus bersyukur kepada Tuhan dan mendoakan orang-orang yang meninggal supaya diterima oleh Tuhan Allah.

“Paskah merupakan perayaan yang sangat penting bagi orang Kristen. Kematian akan dikalahkan. Bagi orang-orang yang percaya selama hidupnya akan bangkit dan akan hidup bersama Tuhan selamanya,” katanya.

Hal senada disampaikan B Pasaribu warga Porsea saat bertemu di Ajibata. Melihat orang tua yang sudah renta dan diperkirakan berumur 80 tahunan ini, Analisa mencoba berdiskusi dengan pria yang berdiri dengan menggunakan tongkat ini. Pasaribu mengaku, dia adalah penetua didaerah tempat dia tinggal.

Bagi dirinya membersihkan kuburan atau makam setiap menjelang perayaan paskah adalah kewajiban orang-orang Batak. Makam atau kuburan dibersihkan sedemikian rupa, ditata dengan baik dan ditanami bunga-bunga yang indah. Jika kuburannya sudah terbuat dari batu, maka akan dicat dan dihias lebih menarik. Para keluarga yang mendatangi kuburan leluhurnya juga selalu ramai. Ada yang datang dari berbagai daerah dan dari perantauan untuk merayakan hari paskah ini.

Setelah kuburan dihias dan dibersihkan, saatnya keluarga yang berziarah untuk makan dan minum. Diakui Pasaribu, makan dan minum diatas kuburan para leluhur dilakukan untuk mengingat kembali para leluhur dan keluarga yang meninggal. Tidak heran, makanan dan minuman yang disediakan saat itu merupakan makanan yang disukai dan digemari para leluhurnya sewaktu hidup.

“Makanan seperti daging, lepat (lampet), mie gomak, hingga menyediakan minuman kopi dan rokok yang dulu dikomsumsi para leluhur yang sudah meninggal juga disediakan. Rokok pun disulut dan diletakkan di atas makam. Ada juga meletakkan makanan di atas makam. Biasanya setelah berdoa kepada Tuhan, makanan-makanan itupun dibagi-bagikan oleh keluarga yang berziarah dan disantap bersama-sama. Bukan disantap oleh begunya (red-hantunya),” katanya dengan tawa yang terbahak.

Tidak berhenti disitu, setiap peziarah yang akan pulang dari makam leluhurnya, harus membersihkan diri dengan mencuci muka, mencuci kaki dan tangan dalam istilah Toba disebut (Marsuap).

Menggunakan air, semua keluarga harus marsuap, bahkan untuk anak-anak hingga bayi yang ikut berziarah juga harus diparsuap. Konon, kalau tidak Marsuap, arwah leluhurnya bisa datang dan menggentayangi, sehingga harus semua keluarga diparsuap.

Tidak Lagi Ke Kuburan

Berbagai tradisi memeriahkan paskah juga selalu menarik. Pada beberapa tahun lalu, orang kristen juga kerap mengunjungi kuburan leluhurnya di pagi hari tepatnya pukul 04.00 wib dini. Di kala itu, mengunjungi kuburan pada subuh-subuh di Minggu Paskah, dilakukan untuk beribadah dan mengenang kebangkitan Yesus. Di gereja HKBP disebut “Mar-Buha-Buha Ijuk”.

Buha-Buha ijuk adalah salah satu nama waktu dalam tradisi Batak. Artinya pukul 04.00 pagi. Kalo pukul 01.00 pagi namanya Haroro Ni Panangko, kalo jam 02.00 pagi namanya Martahuak Manuk I, kalo jam 03.00 pagi namanya Martahuak Manuk II, sedangkan pukul 05.00 pagi namanya torang ari. Kalau pukul 04.00 pagi namanya “Buha-Buha Ijuk”. (sumber- St. Henry Irawan Sianturi, SKM)

Tradisi ini sempat turun-temurun dilakukan oleh orang Kristen di daerah-daerah di Tapanuli, Toba dan Samosir. Penulis sendiripun  sewaktu kecil sampai menanjak dewasa beberapa kali merayakan paskah dengan mendatangi kuburan pada subuh hari.

Saat ini gereja HKBP sendiri bersama lembaga-lembaga Kristen sudah mengubah situasi itu dengan merayakan ibadah Minggu Paskah di gereja. Merayakan ibadah paskah di gereja dengan berbagai lomba juga dilakukan untuk anak-anak, seperti mencari telur paskah dan makan bersama sesudah ibadah paskah gereja.

Sudah tidak zaman lagi melaksanakan ibadah di kuburan, orang-orang kristen kekuburan hanya berziarah dan hanya membersihkan kuburan, namun untuk beribadah, sudah dilaksanakan digereja.

Melaksanakan ibadah Minggu Paskah di gereja juga jauh lebih efesien dan lebih hemat. Kalau dikuburan harus bertarung dengan medan yang berlumpur apalagi hujan turun serta penerangan yang minim. Di gereja orang Kristen jauh lebih nyaman dalam memuji dan memuliakan nama Tuhan.

()

Baca Juga

Rekomendasi