Oleh: SAURMA. Kalau mendengar kata Kebaya, kita pasti akan langsung teringat akan Kebaya Kartini, karena gaya Kebaya ala Kartini demikian popular di masa lalu. Bahkan, Kebaya Kartini sempat menjadi simbol Kebaya Nasional di negeri ini, yang menggambarkan gaya busana perempuan Indonesia. Tetapi sesungguhnya perjalanan Kebaya dari masa ke masa memiliki perkembangan yang cukup menarik sebagaimana kami sarikan dari berbagai sumber. Selain Kebaya Kartini, kita juga mengenal apa yang disebut dengan Kebaya Bali, Kebaya Encim, Kebaya Kutu Baru. Kesemua jenis Kebaya tersebut telah mengalami berbagai perubahan, hingga kemudian belakangan kita dengan diberi embel-embel "modern", guna menunjukkan adanya perubahan yang berarti dari konsep desain Kebaya asalnya.
Awalnya Kebaya hanya menjadi busana atasan perempuan di kalangan istana atau keluarga kerajaan. Selanjutnya dikenal istilah Kebaya Kutu Baru yang paling orisinil dari zaman Majapahit. Kemudian muncul dan cukup popular Kebaya hitam beludru sebagai asimilasi dari budaya Eropa. Demikian pula Kebaya motif bunga tercatat populer di masa kerajaan Mataram setelah mengalami berbagai proses asimilasi budaya. Kebaya menjadi busana atasan yang menarik karena menampilkan pemakainya sebagai perempuan yang feminin.
PERKEMBANGAN BAHAN DAN MODE
Bahan Kebaya sebagai pakaian atasan tradisional Indonesia awalnya, sebut saja di kisaran abad ke-15, terbuat dari bahan tenun ataupun katun kasar yang tipis. Dulu, hanya perempuan dari kalangan keluarga kerajaan yang menggunakan busana kebaya. Selanjutnya, masuknya Islam ke Indonesia sekitar awal abad ke-19, memberi pengaruh pada mode kebaya, yang tadinya merupakan kebaya pendek menjadi kebaya panjang berupa tunik sederhana layaknya baju kurung.
Penjajahan Belanda disebut-sebut juga memberi pengaruh terhadap mode Kebaya tradisional dari segi bahan. Pada masa ini, perempuan Indonesia secara umum sudah menggunakan Kebaya sebagai busana keseharian mereka. Lalu terjadi perkembangan menarik dimana perempuan dari keluarga kerajaan atau bangsawan lantas menggunakan bahan beludru, sutra hingga katun halus sebagai pilihan bahan Kebaya mereka. Ditambah lagi aneka ornamen berupa sulam gim benang emas, khususnya pada Kebaya berbahan beludru. Di sini, sentuhan pergeseran desain Kebaya terlihat nyata sekali akibat perbedaan bahan yang digunakan. Demikian pula pada kalangan perempuan Belanda yang tinggal di Indonesia yang menyukai Kebaya, mereka lebih memilih bahan katun halus dengan aksen lace (brokat) di bagian pinggir untuk Kebaya pendeknya.
Selanjutnya, di masa penjajahan Jepang tahun 1942-1945, atasan Kebaya menjadi busana yang dikenakan para tahanan perempuan Indonesia di masa itu sehingga tidak ada kalangan khusus atau ningrat yang berminat mengenakan Kebaya. Namun itu berubah setelah kemerdekaan dimana Kebaya kembali disukai dan menjadi tren busana bagi kalangan perempuan aristokrat dan perempuan berkarir. Tetapi hal itu tidak lama.
KONSEP TREN TERBARU
Perkembangan positip muncul kembali pada tahun 90an dengan konsep Kebaya yang lebih mewah dengan bahan sutra organdi dan serat alam lainnya yang ditawarkan para desainer Indonesia. Mereka mulai berimprovisasi dengan bahan dan mode sehingga menjadikan Kebaya semakin menarik dan mulai menjadi tren bagi perempuan dari kalangan elit. Para penggiat busana Kebaya kemudian berkreasi dengan bahan brokat dan bordir, teknik aplikasi, drapery hingga pencampuran bahan yang membuat Kebaya semakin istimewa dan disukai. Inovasi Kebaya dimainkan para fashion desainer melalui teknik pola, siluet, cuttingan hingga permainan bahan yang berkembang dari katun hingga organza, sutra, satin, lace, shantung serta serat jute, nenas, pisang dan unsur metal.
Konsep tren terbaru Kebaya adalah tidak adanya batasan atas detail pelengkap dari desainnya. Sehingga kita dapat saja menemukan Kebaya dengan teknik aplikasi yang menjadikan Kebaya sebagai sebuah karya seni yang menarik. Tidak heran jika saat ini banyak perancang busana Kebaya menambah detail payet, hingga pemanfaatkan material mewah seperti Kristal, batu-batu mulia dan bulu binatang. Semua itu menjadi konsep tren terbaru dari Kebaya yang kini menunjukkan berbagai kreasi yang sangat atraktif, termasuk dengan melakukan modrenisasi berupa melonggarkan atau mengetatkan sampai dengan pemilihan dan penempatan bahan dan detail pelengkap di area yang tidak lazim. Perkembangan ini akan terus berlangsung selama pecinta Kebaya masih mencintai apa yang kita yakini sebagai salah satu identitas perempuan Indonesia ini. (bs)