Oleh: dr. Syamsul Bihar, MKed (Paru), Sp.P. Batuk darah atau yang dikenal sebagai hemoptisis merupakan keluarnya darah yang berasal dari saluran napas. Hemoptisis merupakan suatu kegawat-daruratan medis yang memerlukan penanganan khusus supaya tidak berakibat fatal dengan angka kematian sebesar 75 % disebabkan oleh asfiksia (kekurangan oksigen) akibat tertutupnya saluran napas oleh darah.
Penyebab terbanyak hemoptisis di Indonesia adalah penyakit tuberkulosis yaitu sebanyak 70 % dari seluruh jumlah kasus batuk darah . Hemoptisis juga dapat terjadi pada bronkiektasis bekas tuberkulosis, kanker paru, kistik fibrosis, Artery - Venous Malformation (AVM), dan yang lainnya.
Ada pula istilah hemoptisis masif, yang merupakan kondisi yang membahayakan jiwa yang membutuhkan tindakan intervensi yang cepat dan tepat. Banyaknya jumlah batuk darah yang dikeluarkan sangat penting diketahui untuk menentukan klasifikasi hemoptisis nonmasif atau masif. Batuk darah ringan apabila jumlah darah yang dikeluarkan kurang dari 25 ml/24 jam, batuk darah sedang apabila jumlah darah 25-250 ml/24 jam dan batuk darah masif bila jumlah darah lebih dari 600 ml/24 jam.
Sirkulasi pembuluh darah paru
Sirkulasi darah paru berasal dari 2 sistem sirkulasi pulmoner dan bronkial. Sirkulasi pulmoner memiliki fungsi khusus yaitu mengatur pertukaran gas. Arteri pulmonal membawa darah dari ventrikel kanan jantung menuju pembuluh darah kapiler paru dan kembali ke atrium kiri jantung melalui vena pulmonalis.
Sirkulasi bronkial berfungsi sebagai pemberi nutrisi pada paru dan saluran napas. Sirkulasi bronkial memegang peranan penting dalam terjadinya batuk darah, karena sirkulasi tersebut memperdarahi sebagian besar saluran napas, perdarahan yang berasal dari sirkulasi bronkial cenderung dapat terjadi perdarahan hebat dan dalm jumlah yang banyak.
Umumnya hemoptisis masif, sumber perdarahannya berasal dari sirkulasi bronkial sebesar 90 % bila dibandingkan dengan sirkulasi pulmoneryang hanya sebesar 5 %. Arteri bronkial memperdarahi trakea, bronkus, esofagus, mediastinum posterior dan vasa vasorum arteri pulmoner. Hemoptisis masif biasanya berasal dari sirkulasi bronkial yang mempunyai tekanan tinggi.
Penyebab batuk darah
Ada beberapa penyebab yang mendasari terjadinya batuk darah, diantaranya adalah :
1. Infeksi, seperti pada tuberkulosis, pneumonia, abses paru, infeksi jamur, parasit.
2. Neoplastik, seperti pada kanker paru, metastase paru, sarkoma
3. Penyakit saluran napas, seperti pada bronkiektasis, kistik fibrosis, bronkitis kronis, bulla emfisema, PPOK
4. Penyakit pembuluh darah, seperti pada aneurisma pembuluh darah, infark paru, hipertensi pulmonal, arteri – vena malformasi.
5. Jantung, seperti pada stenosis mitral, penyakit jantung kongenital, endokarditis trikuspidal.
6. Hematologi, seperti pada koagulopati, trombositopenia, penyakit Von Willebrand.
7. Penggunaan obat – obatan, seperti obat anti pembekuan darah, penisillamin, aspirin dan lainnya.
Mengenal gejala batuk darah
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, kita harus mengetahui volume darah yang dikeluarkan seorang penderita yang mengalami hemoptisis. Batuk darah ringan apabila jumlah darah yang dikeluarkan kurang dari 25 ml/24 jam, batuk darah sedang apabila jumlah darah 25-250 ml/24 jam dan batuk darah masif bila jumlah darah lebih dari 600 ml/24 jam.
Rumah sakit Persahabatan menggunakan 3 kriteria untuk menyatakan batuk darah masif yang mengancam jiwa yaitu :
1. Batuk darah sedikitnya 600 ml/24 jam
2. Batuk darah < 600 ml/24 jam, tetapi lebih dari 250 ml/24 jam. Hb <10 g% dan masih terus berlangsung
3. Batuk darah < 600 ml/24 jam, tetapi lebih dari 250 ml/24 jam, Hb >10 g% dalam 48 jam belum berhenti
Johnson membuat pembagian lain menurut jumlah darah yang keluar menjadi :
1. Single hemoptysis yaitu perdarahan berlangsung kurang dari 7 hari.
2. Repeated hemoptysis yaitu perdarahan berlangsung lebih dari 7 hari dengan interval 2 - 3 hari.
3. Frank hemoptysis yaitu bila yang keluar darah saja tanpa dahak.
Batuk darah ini sering dialami seorang penderita bila mempunyai penyakit di saluran napas ataupun penyakit paru, penyakit jantung, kelainan pembuluh darah ataupun penyakit lainnya yang mendasari terjadinya hemoptisis, atau dapat dikatakan batuk darah merupakan komplikasi yang timbul dikarenakan ada penyakit dasar atau penyakit utama.
Bila penyakit saluran napas yang mendasari terjadinya batuk darah, seperti pada penyakit bronkitis, penyakit obstruksi kronik, penderita sering menyeluhkan batuk yang dapat disertai dengan dahak ataupun tidak. Keluhan lain seperti sesak napas yang terkadang dapat disertai dengan suara mengi dapat pula kita temukan.
Pada penyakit paru, seperti pada penderita tuberkulosis ataupun infeksi kuman lainnya di paru, sering kita jumpai keluhan batuk produktif yang terus – menerus dengan dahak yang terkadang sudah mulai kental, berwarna keruh dan tidak jernih lagi, dan terkadang disertai dengan bau yang tidak sedap. Batuk ini dapat dialami dalam hitungan hari, minggu pada penderita pneumonia atau bahkan telah berlangsung lebih dari 2 minggu ataupun berbulan pada penderita tuberkulosis paru. Selain batuk, sesak napas juga dapat dijumpai yang terkadang disertai dengan gejala penimgkatan suhu tubuh (demam) mulai hanya sekedar meriang ataupun demam tinggi yang disertai dengan rasa menggigil. Penderita tuberkulosis juga dapat dijumpai dengan penurunan berat badan yang disertai dengan penurunan selera makan yang hebat. Selain mengenal beberapa gejala ataupun keluhan klinis yang dirasakan pasien, penting bagi seorang dokter bertanya mengenai riwayat pengobatan sebelumnya, kebiasaan merokok ataupun sering terpapar dengan rokok di sekitar lingkungan rumah ataupun pekerjaan, riwayat pekerjaan yang dilakukan.
Sesak napas yang timbul terutama pada saat melakukan aktifitas, sesak napas yang dirasakan memberat pada saat malam hari, sehingga mengambil posisi duduk ataupun tidak dapat berbaring telentang, mempunyai resiko tekanan darah tinggi, kolesterol dan kebiasaan merokok yang buruk dapat ditemukan pada penderita penyakit jantung, seperti pada kasus gagal jantung kongestif.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menegakkan batuk darah. Hal yang sangat penting adalah dapat membedakan antara batuk darah dengan muntah darah. Batuk darah adalah keluarnya darah dari saluran napas dengan adanya penyakit saluran napas atau paru serta kelainan organ lain yang mendasarinya. Darah yang dikeluarkan pada batuk darah sering berwarna merah terang yang disertai dengan dahak dan berbuih. Sebelum batuk darah sering penderita mengeluhkan adanya batuk ataupun sesak napas yang sudah berlangsung lama.
Berbeda dengan batuk darah, ada beberapa orang juga yang mengeluhkan muntah darah. Muntah darah ataupun yang sering disebut dengan hematemesis, merupakan pengeluaran darah yang berasal dari saluran pencernaan.
Darah yang dikeluarkan melalui saluran pencernaan sering berwarna merah kehitaman dan disertai dengan campuran asam lambung tanpa adanya buih atau gelembung udara. Sebelum mengalami hematemesis, sering penderita mengeluhkan gejala mual dan muntah ataupun rasa yang tidak menyenangkan pada daerah perut.
Pemeriksaan penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat kita lakukan untuk menentukan penyebab batuk darah dan menentukan tindakan pengobatan berikutnya, diantaranya adalah
· Pemeriksaan darah rutin, yang bertujuan untuk mengevaluasi jumlah trombosit, hemoglobin (Hb), dan profil perdarahan. Hb dijaga agar >10 g/dL. Pengukuran Hb berulang membantu untuk menilai kehilangan darah. Pemeriksaan analisa gas darah (AGDA) untuk menilai pernapasan. Tes fungsi hati dan ginjal digunakan pada sindroma paru - ginjal dan gagal hati.
· Pemeriksaan dahak, yang bertujuan untuk pewarnaan kuman gram dan BTA serta kultur dahak khususnya untuk mikobakteria dan jamur. Pemeriksaan sitologi dahak diperlukan pada pasien yang mempunyai resiko terhadap kanker paru.
· Foto roentgen dada, yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan di paru atau rongga dada yang dapat mengakibatkan batuk darah.
· CT scan toraks yang dapat dilakukan dengan zat kontras, sangat berguna untuk mengidentifikasi karsinoma paru yang kecil dan bronkiektasis. CT scan dengan kontras membantu identifikasi lesi vaskular, seperti aneurisma dan malformasi arteriovenosus.
· Bronkoskopi, sangat bermanfaat untuk tindakan diagnosa, dalam penentuan sumber perdarahan dan mengetahui ada atau tidak sumber perdarahan di saluran napas. Selain itu, bronkoskopi sangat berguna dalam pengobatan dan penghentian batuk darah.
· Angiografi, dilakukan dalam penentuan lokasi pembuluh darah yang mengakibatkan batuk darah dan dapat secara langsung dilakukan pengobatan dalam penghentian batuk darah.